Sasude Konsisten Edukasi Anak-anak untuk Tidak Buang Sampah ke Sungai Deli

Medan, IDN Times - Sungai Deli menjadi salah satu dari delapan sungai yang ada di Kota Medan, provinsi Sumatera Utara. Asal mulanya, sungai ini merupakan urat nadi perdagangan ke daerah lain pada masa Keseultanan Deli dulu.
Pada jamannya, Sungai Deli adalah sumber kehidupan dan pusat peradaban Kota Medan, tempat airnya masih bisa diminum dan digunakan untuk transportasi serta perdagangan. Namun, kini kondisinya memprihatinkan, tercemar limbah industri dan domestik, dipenuhi sampah, mengalami pendangkalan, dan sering banjir, menjadikannya bukan lagi sumber air bersih melainkan tempat pembuangan limbah kota.
Kondisi Sungai Deli di masa lalu merupakan sumber kehidupan dan peradaban, air bersih karena belum tercemar oleh limbah industri. Namun, kini kondisi Sungai Deli telah tercemar limbah dan sampah baik dari industri besar maupun limbah domestik dari pemukiman di bantaran sungai.
Selain itu juga, terjadinya pendangkalan dan penyempitan lahan. Hal ini disebabkan erosi lahan dan banyaknya pemukiman di bantaran sungai. Sehingga, debit air naik drastis saat hujan. Bahkan, Kota Medan sering terjadi banjir.
Dari keresahan ini, salah satu inisiatif masyarakat atau kelompok orang bernama Sanggar Sungai Deli (Sasude), melakukan aksi bersih-bersih Sungai Deli dengan mengajak seluruh masyarakat sekitar mulai dari dewasa dan juga anak kecil untuk sadar membuang sampah di sekitaran Sungai Deli.
1. Masih banyak limbah plastik yang mengapung disungai dan sampah menumpuk ditepian Sungai

Pendiri Sanggar Sungai Deli (Sasude), Lukman Hakim Siagian menjelaskan bahwa, kondisi Sungai Deli sebelum dibersihkan sangat jauh dari kata bersih. Akhirnya pada 2018 ia mengagas Sasude sebagai sebuah inisiatif yang lahir dari keprihatinan terhadap kondisi anak-anak di tepian Sungai Deli.
Tekadnya adalah untuk mengubah lingkungan ini menjadi lebih baik dan mengajarkan anak-anak untuk sadar akan kebersihan lingkungan. Mengajarkan anak-anak bahwa Sungai Deli bukan "tong sampah"
“Sasude didirikan dengan harapan dapat mengubah wajah tepian Sungai Deli menjadi lebih baik dan melindungi karakter anak-anak agar tidak terpengaruh oleh lingkungan buruk di sekitar mereka,” katanya.
Saat ini banyak limbah plastik yang mengapung di sungai dan sampah menumpuk di tepian Sungai. Setelah dilakukan perawatan sedikit demi sedikit sampah yang dibersihkan dan sebagian tepian sudah menjadi taman terbuka. "Namun, tetap masih ada juga sampah yang mengapung di sungai dan di tepian sungai yang belum terjangkau oleh Sasude," jelasnya pada IDN Times, Minggu (14/9/2025).
2. Fasilitas pengelolaan sampah yang belum memadai

Menurutnya, kondisi saat ini disejumlah titik sampah belum dibersihkan karena beberapa warga di sekitaran rumahnya berada di tepi sungai.
"Yang paling sulit adalah mengajak warga untuk bekerjasama membersihkan sungai, dan dasilitas pengelolaan sampah yang belim memadai serta kurangnya kesadaran warga pentingnya," kata Lukman.
Fasilitas pengelolahan sampah yang belum memadai, serta kurangnya kesadaran warga terhadap pentingnya kelestarian Sungai.
3. Lukman mengajak masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai

Dia menjelaskan bahwa, pada awalnya penting untuk melakukan aksi dari komunitas Sasude, dan mengajak komunitas-komunitas yang peduli lingkungan untuk terlibat dalam kegiatan pelestarian Sungai.
"Untuk masyarakat yang mau melakukan kegiatan pelestarian Sungai, Hal yang Pertama yang harus dilakukan adalah tidak membuang sampah sembarangan dan memilah sampah dari sampah serta menjadikan tepian Sungai menjadi Ruang Terbuka Hijau/ Taman.
Lukman juga mengajak kepada masyarakat yang ingin melakukan kegiatan pelestarian Sungai. Yaitu, harus dilakukan adalah tidak membuang sampah, sembarangan dan memilah sampah dari sampah serta menjadikan tepian Sungai menjadi Ruang Terbuka Hinau (RTH).
"Mari kita lestarikan dan rawat sungai agar sungai memberikan manfaat yang baik, untuk sekarang dan masa tang akan datang. Sungai Lestari Masyarakat ssejahtera," pungkasnya.