Kisah Bebas Stunting dari Rumah Panggung Pesisir Medan Utara

Medan, IDN Times - Jarak tempuh dari titik nol Kota Medan menuju Jalan Bawal, Lingkungan 19, Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Medan Belawan berkisar 25 KM dengan waktu tempuh 34 menit hingga satu jam jika tak macet. Terdapat banyak rumah panggung yang telah lama ditempati para warga sekitar.
Memang beruntungnya, siang itu, pada Rabu (12/10/2022) tak terlihat banjir rob bisa mencapai 50cm hingga 100cm di kawasan Medan Utara yang biasa terjadi.
Medan Utara adalah bagian kota yang kompleks. Sebagian masyarakatnya bekerja sebagai nelayan. Area ini merupakan pusat pelabuhan Kota Medan, dan pusat makanan seafood .
IDN Times mencoba untuk menyusuri kawasan Medan Utara dengan isu yang sedang disoroti pemerintah yakni angka stunting.
Makan ikan ketika ayah pulang dari laut

Seorang anak perempuan dengan kaos pink sedang bermain bersama anak tetangga lainnya di halaman rumah panggung berbahan dasar kayu ini. Ia bernama Sri Nurhayati tengah menginjak usia 4 tahun.
“Untungnya, saat itu tak terjadi banjir, jika tidak maka seluruhnya akan digenang air laut,” begitulah ucap Kader Posyandu Belawan Bahagia, Satila kepada IDN Times saat tiba di lokasi tempat tinggal anak yang dinyatakan bebas dari stunting.
Memang kawasan ini terkenal banjir rob, sebab tempat tinggal mereka di tepi laut. Sehingga dapat dikatakan tak layak huni.
Orangtuanya mengarahkan kaki kami agar tak terpeleset untuk menapaki dua anak tangga masuk ke rumah panggung mereka.
Sri Nurhayati (4) merupakan anak bungsu dari Erni Sariani (49) Ibu Rumah Tangga/IRT dan Suwaidi (60) selaku nelayan.
Penghasilan Suwaidi Rp50ribu per hari. Artinya selama 12 hari ia mendapatkan Rp600 ribu. Artinya dalam sebulan bisa mencapai Rp1,2 juta.
Saat Sri lahir pada 16 Februari 2018 lalu, Suwaidi mengaku tak ada di samping Erni karena sedang melaut.
Sri dinyatakan stunting di usia 3 tahun dengan berat badan 11 kg, Erni mengaku telah memberikan makan secara baik seperti anak-anak yang lain diberikan sehari tiga kali, dan pantauan jajan tanpa MSG. Sayangnya, Sri kerap diberikan air putih pakai gula terkadang berganti dengan Kental Manis (SKM) disebabkan faktor ekonomi.
“Sempat terpikir juga kami keluarga apakah karena bapak mamaknya pendek, gak tinggi kayak (seperti) orang lain pada umumnya. Makanya dinyatakan stunting Sri ini. Ternyata, bukan pengaruh orangtua,” jelas Erni.
Sri mendapat susu formula dari Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) Kota Medan. Sebelumnya, Erni mengatakan bahwa awalnya Sri diberikan ASI sejak lahir, tetapi hampir setahun tidak ASI lagi disebabkan saat itu sang ibu sedang sakit dan Sri lahir dengan operasi, karena menurut Erni dokternya takut terjadi kejang-kejang pada sang ibu.
Erni sempat kaget dan tak menyangka saat posyandu menyatakan anaknya yang paling aktif di keluarga ini termasuk anak stunting. Ahli gizi dan Kader Posyandu memberikan edukasi untuk mengubah pola asupan gizi.
Sri sering memakan ikan sebagai menu favorit baginya sejak usia setahun, dan bisa dihabiskannya 4 sampai 5 ekor sekali makan.
Ayahnya, Suwaidi sering membawa ikan tenggiri, bawal dan ikan laut lainnya untuk Sri.
Sejak Sri dinyatakan stunting, Erni memberikan penanganan khusus pada anaknya dengan meningkatkan asupan gizi makanan dan tidur siang. Namun, lagi-lagi ia diberi kental manis karena tak ada pilihan lain. Di lidah Sri kental manis adalah susu terbaik yang telah dikenalkan oleh ibunya.
Kader Posyandu Belawan Bahagia, Satila menambahkan selama 44 hari anak-anak stunting diberikan makanan yang dimasak oleh mereka para pengurus Posyandu di Belawan Bahagia.
Menurut Erni, makanan yang diberikan 2 kali sehari selama 44 hari ini berpengaruh karena menu yang diberikan komplet dengan sayur hingga minuman jus serta edukasi tentang kebersihan. Setelah itu, Sri dinyatakan bebas dari stunting (28/3/2022) dengan bukti berat badan 14 kg.
Cerita bayi yang dinyatakan stunting di usia 4 bulan

Sela Alkirana (21) bersama Panji (23) kaget dan tak menyangka bahwa bayi mereka bernama Rayen Kalandra (8 bulan), dinyatakan stunting sejak usia 4 bulan karena tinggi badannya 58 cm. Sedangkan normalnya 61,5 cm hingga 66 cm. Jika dilihat berat badannya seperti bayi-bayi pada umumnya. Rayen lahir secara normal dan pas di bulannya.
“Secara kasat mata orang gak percaya, pas diukur baru ketahuan,” jelas Sela.
Sela mengatakan anaknya stunting saat kekurangan MPASI (Makanan Pendamping ASI). Kemudian, mendapatkan penyuluhan untuk menjaga pola makan meskipun anaknya masih ASI maka orangtua harus pintar menjaga MPASI.
Berbeda dari anak-anak yang lain mendapatkan makanan tambahan 44 hari yang dimasak pihak Kader Posyandu, Rayen bersama ibunya tak mendapatkan penambah makanan, karena pada saat itu ia belum dinyatakan stunting (belum kategori stunting/masih normal). Program penambah makanan tersebut dilakukan akhir tahun 2020.
Di usia Rayen 8 bulan, ia dinyatakan tidak lagi stunting karena tinggi badannya bertambah menjadi 72 cm.
Sela mengakui bahwa makan mie instan sekarang telah dibatasinya, karena berpengaruh pada ASI.
Ekonomi keluarga pasangan Sela dan Panji dapat dikatakan mendukung untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari dibandingkan dengan keluarga nelayan di sekitar rumahnya. Panji bekerja sebagai buruh pabrik minyak di salah satu perusahaan Kota Medan, dengan penghasilan Rp100 ribu per hari.
“Pengeluaran sehari-hari sekitar Rp80 ribu paling banyak. Kalau Rp100 ribu kami bertiga masih bisalah sisanya nabung,” jelas Sela.
Rumah panggung yang ditempati keluarga Rayen juga sering mengalami banjir sekitar 50 cm hingga 75 cm.
Edukasi orangtua sangat dibutuhkan

Upaya orangtua untuk membebaskan anaknya dari stunting juga dilakukan oleh Dewi Safitri (22) untuk Muhammad Adka (11 bulan).
Muhammad Adka dinyatakan stunting saat usia 5 bulan. Tinggi badan 61cm dan berat badan 6 kg disebut tak sesuai dengan usianya. Sedangkan, bayi menginjak usia 5 bulan berat badan yang ideal untuk bayi laki-laki sekitar 6 sampai 9,5 kg dan panjang badan 62 hingga 70 cm.
Muhammad Adka tidak lagi stunting seiring meningkatnya berat badan menjadi 7 kg dam tinggi 65cm di usia 8 bulan.
Usaha Dewi mendengarkan penyuluhan atau edukasi tentang pola makan anak yang baik sebagai solusi tidak sia-sia. Ia juga mendapatkan bantuan dari Puskesmas Belawan Bahagia seperti susu dan bubur kacang hijau.
Adka terlihat tidur lelap saat Dewi mengayun anaknya dengan putaran musik ayat suci pada smartphone di rumah panggung mereka.
Dewi menyatakan untuk kebutuhan keluarga kadang tercukupi dan terkadang juga tidak. Suami sebagai nelayan hanya berpenghasilan Rp1,8 juta perbulan dengan hitungan kotor, sesekali menumpang pada teman yang searah untuk menghemat ongkos.
Makanan yang diberikan Dewi untuk anaknya terbebaskan dari stunting adalah makanan seperti rebusan jipang, tahu dan ikan teri goreng dan susu serta makanan dari Puskesmas.
Sejak Adka lahir, ASI Dewi tak keluar sehingga sebagai penggantinya susu formula menjadi andalan. Kader Posyandu Belawan Ujung, Desi Mustika menjelaskan di Lingkungan 19 ini terdapat 2 posyandu yakni Bawal Ujung dan Bawal Kenanga.
Di Posyandu Bawal Ujung terdapat 7 anak stunting dan Posyandu Bawal Kenanga 1 anak stunting, pada bulan April telah berkurang menjadi 4 anak stunting. Artinya 50 persen telah terbebaskan dari stunting. Sebagai rinciannya, 3 anak stunting di Posyandu Bawal Ujung, dan 1 anak stunting di Posyandu Bawal Kenanga.
Desi mengatakan anak-anak yang telah bebas dari stunting merupakan hasil dari upaya pemantauan dan penanganan serta edukasi makanan bergizi kepada para orangtua.
Kerutinan edukasi dilakukan saat orangtua datang ke Posyandu setiap bulannya, sekaligus memantau perkembangan anak mulai ukuran tinggi badan dan berat badan.
“Kami kasih motivasi juga ke orangtua agar tetap semangat agar anak-anaknya terbebaskan dari stunting,” jelas Dewi.
Dewi melihat kendala untuk dapat bebas stunting adalah kebersihan serta faktor ekonomi keluarga yang tak mencukupi gizi anaknya.
“Lingkungannya padat penduduk, kumuh, dan ini menjadi faktor anak bisa stunting. Jadi kesannya kurang sehat, asupan makannya juga. Bapaknya nelayan ikan yang dibawa itu untuk dijual, untuk beli berasnya,” tambah Dewi sebagai Kader Posyandu Bawal Ujung yanh telah 2 tahun.
Sementara itu, Satila yang sejak 1997 menjadi Kader Posyandu Kenanga menambahkan bahwa faktor ekonomi memang menjadi pemicu kurangnya asupan gizi. Namun, jika orangtua pandai dan rajin mengatur pola makan pada anaknya serta kebersihan anak akan sehat dan terbebaskan dari stunting. Makanan sehat dan bergizi yang dimaksud tak harus mahal, contohnya tempe dan tahu juga bisa.
Adapun kendala yang sering didapat para Kader Posyandu adalah saat memberikan edukasi ataupun penyuluhan pada keluarga adalah penolakan orangtua karena tidak terima anaknya dibilang stunting.
“Karena mereka merasa anaknya sehat, kalau pendek memang sudah keturunan. Sebagian orangtua ada yang menerima juga karena beda jaman dulu dengan jaman sekarang,” tuturnya.
Satila mengatakan, pihak Posyandu berinisiatif untuk memberikan setiap bulan makanan kepada anak seperti kacang hijau dan buah yang berganti-ganti.
“Ini kami sendiri yang mengendalikannya, tidak ada kelurahan, tidak ada dari pemerintah, dengan cara setiap balitanya datang kami minta bantu Rp2.000,” katanya.
Meskipun, orangtua tak memberikan uang Rp2.000 untuk makanan tambahan, kacang hijau ataupun buah tetap diberikan pada anaknya. Inisiatif ini dilakukan sejak tahun 2001 Rp1.000 dan naik menjadi Rp2.000 tahun 2016.
2 tahun belakangan ini Satila menampung permintaan ibu-ibu untuk memberikan anak mereka telur puyuh rebus karena mudah memakannya.
Satila berharap ke depannya orangtua yang anaknya dalam kondisi stunting dapat menjaga anak lebih fokus, terutama dari kebersihan, makanan, dan tidurnya.
“Gak mesti orangtuanya kaya. Kalau memang pandai mengatur pola makanan anak dan kebersihan anak, tidurnya maka anak sehat,” ujar Kader Posyandu Bawal Kenanga yang memiliki 4 anak.