Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Istri Tukang Ojek yang Tewas Dibegal Kesulitan Lunasi Biaya Rumah Sakit

IMG-20250730-WA0019.jpg
Sriana menunjukkan foto suaminya (IDN Times/Eko Agus Herianto)
Intinya sih...
  • Sriana, seorang pekerja migran, harus menelan pil pahit setelah suaminya tewas dibegal di Medan.
  • Biaya rumah sakit yang besar membuat Sriana kesulitan untuk melunasi perawatan sang suami.
  • Sriana kini harus menghidupi 5 anaknya seorang diri setelah kepergian suaminya.

Medan, IDN Times - Sriana (42) merupakan pekerja migran yang bertugas sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia. Pertengahan bulan Juli 2025 ia terpaksa harus menelan pil pahit karena suaminya, Iman Kurnia Abadi (45), meninggal dunia karena dibegal oleh komplotan pemuda saat bekerja sebagai tukang ojek pengkolan.

Sriana sampai di Medan dengan kondisi sang suami yang sudah siaga dimakamkan. Yang membuatnya sampai saat ini masih terpukul ialah tanggungan biaya dari rumah sakit. Sampai berita ini ditulis, Sriana masih memutar otaknya untuk dapat melunasi biaya pengobatan mendiang suaminya.

1. Cerita Sriana berangkat dari Malaysia begitu mendengar suaminya kritis usai dibegal di Belawan

IMG-20250730-WA0020.jpg
Sriana selaku istri Iman Abadi yang meninggal dunia diduga dibegal (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Sriana bercerita kepada IDN Times dengan air mata yang meluruh berulang kali. Tak sanggup bagi Sriana jika harus mengenang kembali tragedi yang menimpa keluarga kecilnya.

"Saya di Malaysia jadi pembantu rumah tangga, sudah 10 bulan. Saya sampai di rumah hari itu juga saat suami dinyatakan meninggal dunia. Saya tak sempat menyapanya, karena ketemu dia sudah jadi mayat," kata Sriana, Rabu (30/7/2025).

Banyak aral gendala yang telah ia lalui saat pulang kembali ke Indonesia. Termasuk melalui jalur yang tak seharusnya dilewati.

"Waktu saya dengar kabar dia koma, saya di Malaysia sempat minta video call kepada anak saya. Di situ saya melantunkan syahadat. Saya lihat suami saya membalasnya dengan linangan air mata saja. Kemudian saya bilang sama anak saya, untuk membisikkan ke ayahnya bahwa saya ikhlas kalau dia pergi. Karena kasihan kalau menahan sakit. Semua orang yang dekat sama dia, datang menjenguk dan membisikkan agar menunggu saya sampai ke Indonesia. Tapi ternyata tidak sempat," ceritanya dengan air mata berlinang.

2. Sriana tak mampu membayar biaya perawatan sang suami

IMG-20250730-WA0021.jpg
foto Iman Abadi semasa hidupnya (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Iman Abadi meninggal dunia dengan pembekuan darah di kepalanya dan patah tulang bahu. Luka ini didapatkannya ketika 3 orang pria nekat melempar kayu broti saat Iman melintas. Membuatnya terjatuh hingga terseret beberapa meter jauhnya.

Kini setelah kepergian suaminya, Sriana mendapat aral gendala cukup serius. Hidupnya yang serba pas-pasan harus diusik dengan biaya rumah sakit yang tidak sedikit.

"Biaya RS saya tanggung pribadi, mulanya sebesar Rp38 juta, dipotong jadi Rp20 juta. Saya belum bisa bayar karena tak ada uang. Nanti tanggal 14 Agustus 2025 saya mediasi untuk ke 3 kalinya. Saya baru bisa bayar Rp3 juta. Jadi nanti harus tetap bawa uang Rp17 juta. Kalau tidak bawa uangnya, saya disuruh bawa surat berharga seperti surat tanah dan lainnya," ujar Sriana.

Sejauh ini sudah ada beberapa pihak yang memberinya bantuan. Namun, Sriana tetap harus berusaha banting tulang untuk melunasi tanggungan rumah sakit.

"Saya bingung sekarang bagaimana untuk bertahan hidup. Saya gak tahu bagaimana lagi, masalah ini juga belum selesai, kan. Saya harus bolak-balik ke RS, kantor polisi, saya belum bisa fokus untuj mencari uang untuk biaya anak. Saya belum mampu. Mau mencoba buka usaha lagi juga pasti butuh dana, sementara saya masih berpikir dana untuk pelunasan biaya rumah sakit," akunya.

3. Kini Sriana berusaha melanjutkan hidup dan membesarkan kelima anaknya seorang diri

IMG-20250730-WA0019.jpg
Sriana menunjukkan foto suaminya (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Iman Abadi pergi meninggalkan 5 anak-anaknya yang masih kecil. Istrinya, Sriana, tak urung menceritakan kali terakhir sang suami berpesan kepadanya.

"Terakhir dia baru video call saya. Dia bilang terima kasih kepada saya karena jadi istri yang tangguh, kuat. Terlebih karena saya merantau, ekonomi keluarga terbantu. Dia VC (video call) dia bilang dia rindu ingin memeluk saya. Saya bilang kalau bulan 12 saya pulang dan majikan mau membayar ongkos pesawat saya. Di situ saya membatin, bahwa ucapan-ucapan dia melantur dan pertanda seperti ingin pergi (meninggal)," cerita Sriana.

Kini perempuan yang dulunya bekerja sebagai penjual nasi goreng itu terpaksa harus menghidupi 5 anaknya seorang diri. Mimpi Sriana ingin menua bersama suami juga telah tercerai-berai.

"Demi anak-anak saya akan berjuang ke negeri orang lagi. Mau nyari duit dan melanjutkan hidup. Bagi saya ini seperti mimpi, dalam sekejap saya menyandang status janda. Mimpi saya bisa menua sama suami ternyata sudah hancur," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us