Gara-gara Cuaca Buruk, Harga Beras di Sumut Melambung

Medan, IDN Times – Harga beras mengalami kenaikan beberapa waktu terakhir. Bahkan beras menyumbang inflasi paling besar. Termasuk di Sumatra Utara.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melakukan pemantauan ke lapangan. Sekaligus melakukan penelusuran, apakah naiknya harga beras dipicu oleh persaingan usaha tidak sehat.
Peninjauan ini juga dilatari oleh data Badan Pusat Statistik (BPS). Di mana BPS menyatakan bahwa produksi gabah petani mengalami surplus. Sehingga ada anomali jika harga beras mengalami kenaikan.
1. Peninjauan dilakukan mulai dari kilang hingga pasar

Pemantauan lapangan ini merupakan tindaklanjut dari monitoring dan pengecekan harga di tingkat pedagang di Pasar Tradisional Sukaramai (22/09/2023) yang dilakukan oleh KPPU. Bersama beberapa pemangku kebijakan lainnya, mereka juga sudah melakukan inspeksi mendadak ke beberapa gudang distributor.
Dalam dua hari terakhir, tim dari KPPU yang dipimpin oleh Kabid Kajian dan Advokasi, Shobi Kurnia, bersama pemangku kebijakan melakukan tinjauan langsung ke beberapa kilang penggilingan padi di Kabupaten Deli Serdang, Kamis (5/10/2023).
2. Temuan di pasar, selisih harga beras terpaut jauh dari HET

Dari hasil peninjauan KPPU, terungkap jika harga beras di pasar terpaut selisih yang mencolok dari Harga EceranTerendah (HET). Pantauan di Pasar Sukaramai misalnya, harga beras medium dibanderol hingga Rp15 ribu per Kg. Sementara HET beras medium untuk Sumut adalah Rp11.500 per Kg.
Informasi dari pedagang menyebut permintaan beras tetap stabil meski ada selisih harga yang tinggi.
“Para pedagang juga mengaku adanya kekurangan pasokan beras lokal dari kilang,” kata Kabid Kajian dan Advokasi, Shobi Kurnia KPPU Kanwil I Shobi Kurnia dalam keterangan tertulis kepada IDN Times, Kamis (5/10/2023) petang.
Sementara itu di tingkatan distributor menyebut jika kenaikan beras diduga karena berkurangnya pasokan beras yang bersumber dari Gabah Kering Petani (GKP).
Ketersediaan beras di beberapa lokasi gudang distributor yang dikunjungi, terdapat pasokan dari luar Sumut seperti dari Sulawesi Selatan dan juga yang diproduksi oleh PT Wilmar Padi Indonesia dengan merk Sawah dan Sawah Hijau. Adapun untuk harga beras premium yang dibeli dari PT Wilmar Padi Indonesia adalah Rp12.700 per Kg dan dijual ke pengecer dengan harga Rp13.500 per Kg.
3. Cuaca buruk diduga jadi penyebab kenaikan harga gabah

Sedangkan dari tinjauan langsung ke kilang, terungkap faktor penyebab kenaikan harga gabah yang mencapai Rp7.000 per kg di bulan Agustus-September karena beberapa daerah pertanian di Sumut seperti Pantai Cermin, Sei Rampah dan Tebing Tinggi mengalami banjir sehingga sebagian besar petani padi mengalami gagal panen dan terjadi kelangkaan gabah.
“Faktor cuaca menjadi penyebab terjadinya kompetisi harga di tingkat kilang. Petani atau agen berani memasang harga paling tinggi, jika kilang tidak mau membeli, mereka akan pindah ke kilang lainnya, mau tidak mau kilang juga ikut menaikkan harga” ujar Shobi Kurnia
Shobi menambahkan bahwa agen membeli gabah dari petani di harga Rp6.800 per Kg dan menjual kepada penggilingan padi dengan harga Rp7.000 per Kg. Pada Juli hingga September 2023, harga gabah masih di sekitar Rp 7.000 per Kg. Namun awal Oktober ini harga sudah mengalami penurunan menjadi Rp5.800 per Kg.
"Saat ini produksi gabah sudah mulai stabil karena masuknya masa panen, sehingga harga gabah diprediksi akan terus mengalami penurunan" ujar Shobi.
Dari hasil rangkaian sidak yang dilakukan, Shobi mengaku pihaknya belum menemukan adanya spekulan yang bermain untuk menahan stok beras agar harganya tinggi ataupun penjualan bersyarat yang dilakukan dengan memanfaatkan kondisi penurunan pasokan.
”KPPU bersama pemerintah dan satgas pangan akan tetap mengawasi dan memantau pelaku usaha dalam rantai pasok beras ini agar tidak melakukan perilaku yang melanggar hukum persaingan usaha ataupun mengeksploitasi konsumen,” pungkasnya.