Gak Bikin Sampah Baru! Begini Cara Relawan Rawat Mangrove di Tapteng

Direktur Bank Sampah Yamantab (BSY), Damai Mendrofa, menjelaskan bahwa kegiatan ini terbuka bagi siapa pun. Para pelajar, pegiat lingkungan, personel TNI AL, karyawan PLN NP UP Pandan, hingga pegawai PTAR turut ambil bagian.

“Aksinya sederhana, tanpa seremoni, tapi terfokus dan bernilai edukatif,” ujar Damai.

Aksi bersih-bersih dilakukan di tiga titik, termasuk dermaga dan pusat pembibitan mangrove. Sampah yang dikutip diklasifikasikan menjadi dua: plastik keras (seperti botol dan cup) dan plastik lunak (seperti bungkus makanan, kantong plastik, serta spanduk dan tikar bekas).

Berbeda dari aksi serupa pada umumnya, relawan tak langsung membuang sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Justru, mereka mencuci dan menjemur plastik untuk diolah menjadi ecobrick—bata ramah lingkungan yang terbuat dari plastik bekas.

“Sampah yang dikutip langsung diurus, dan sebagian lagi yang belum ter-Ecobrick dibawa ke Bank Sampah Yamantab,” jelas Damai.

Uniknya, aksi ini tidak menimbulkan sampah plastik baru. Semua relawan membawa wadah makan sendiri, menggunakan daun pisang sebagai alas makanan, serta memakai tumbler dan cangkir untuk minuman.

“Clear, aksi tak menghasilkan sampah plastik baru. Sampah organik makanan, kita masukin wadah khusus dan dibawa ke Bank Sampah,” ujar Damai.

Public Relation PT Agincourt Resources, Reni Radhan, menekankan pentingnya menjaga mangrove sebagai bagian dari mitigasi krisis iklim. Menurutnya, aksi ini bukan hanya memungut sampah, tetapi juga bentuk pengembalian nilai ekosistem mangrove.

“Aksi Bersih Dari Hati Untuk Bumi di Kawasan Mangrove Lestari PTAR ini bukan hanya tentang memungut sampah, tetapi juga mengembalikan nilai lingkungan, ekonomi, dan sosial dari hutan mangrove,” jelas Reni.