Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cerita Pedagang Kedai Kelontong yang Hampir Tiap Malam Diancam Preman

Pedagang kedai kelontong diancam preman yang mengaku-ngaku anak polisi (dok.istimewa)

Medan, IDN Times - Sukses di Aceh mendirikan kedai kelontong, Salman dan keluarganya mencoba peruntungan menggeluti bisnis serupa, kali ini di Medan. Sebagai pedagang, menjalankan usaha memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Selain harus memiliki modal dan keberanian yang besar, banyak faktor eksternal yang menjadi aral gendala.

Termasuk apa yang dialami Salman baru-baru ini. Ia yang saat itu berjualan pada malam hari, diancam oleh preman yang meminta rokok kepadanya secara gratis. Berdasarkan kesaksiannya, preman tersebut membawa sebilah pisau dan mengaku-ngaku sebagai anak dari petinggi Polrestabes Medan.

Pengancaman yang dialami oleh Salman telah viral di media sosial dan memantik beragam reaksi warganet. Saat ditemui IDN Times, Salman mengaku bahwa selama menjadi pedagang kedai kelontong, ancaman serupa bukanlah sekali atau dua kali saja dialaminya, alih-alih hampir setiap hari.

1. Seorang preman ngaku anak polisi ancam pedagang kedai kelontong sembari meminta beberapa rokok gratis

Kedai kelontong di Jalan Medan-Batang Kuis (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Keresahan sudah memenuhi tiap sudut hati Salman. Kali ini ia tidak tahan lagi atas perilaku meresahkan komplotan preman. Ia dengan mantap datang ke Polsek Medan Tembung melaporkan kasus pengancaman yang baru kemarin dialaminya.

"Sebelum ada pengancaman kemarin, mulanya ada keributan di depan kedai saya. Saya tidak tahu permasalahannya, katanya ada yang menghilangkan jam begitu," kata Salman, Kamis (24/7/2025) sore.

Karena di depan kedainya ada keributan, Salman keluar sebentar untuk melihat-lihat. Ternyata mereka sedang mencari seorang pemuda yang membawa pistol dan senjata tajam.

"Saya masuk lagi ke dalam menjaga kedai. Sekitar 10 menit kemudian, datang beberapa orang mau membeli rokok 2 batang. Saya jualkan. Kemudian ada datang yang mengaku-ngaku anak Kasat Narkoba, dia ambil rokok (tanpa bayar). Yasudah saya kasih sebatang, ngamuk dia mukul meja kasir," ceritanya.

2. Salman diancam pakai sebilah pisau yang dibawa preman

Pedagang kedai kelontong diancam preman yang mengaku-ngaku anak polisi (dok.istimewa)

Video Salman diancam pria yang mengaku-ngaku anak polisi itu viral di media sosial. Remaja yang tak ia kenal itu bukan hanya mengaku anak Kasat Narkoba Polrestabes Medan, namun juga tampak ingin mengeluarkan sebilah pisau.

"Di situ ada kawannya yang gondrong mau ditempel (tusuk) juga. Soalnya sudah dikeluarkan pisaunya. Syok saya, mau membela diri juga gak bisa karena dia ada kawannya. Sambil mengamuk, dia menyuruh saya di google melihat kalau dia anak siapa," aku pria berumur 20 tahun ini.

Karena diselimuti rasa takut yang mendalam, akhirnya Salman menuruti permintaan preman yang mengamuk itu. Salman memberinya beberapa batang rokok mentol kepadanya.

"Dia ngambil rokok saja. Kalau gak saya kasih, sudah modar saya ditikamnya. Bahkan dengar dari warga juga dia katanya ada membawa senjata lain," bebernya.

3. Salman: ancaman serupa hampir tiap malam saya rasakan

Kedai kelonting yang berada di Jalan Medan - Batang Kuis (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Perkara ini sudah dilaporkan Salman kepada Polsek Medan Tembung. Ia berharap preman tersebut segera ditangkap.

"Saya kemarin juga dibimbing tim patroli untuk buat laporan polisi. Karena kalau masalah dipalak (diperas) seperti ini, hampir setiap malam saya alami," jelas Salman.

Kepada IDN Times ia menceritakan pengalaman-pengalaman pahit yang pernah ia alami sejak berjualan di Medan. Selain diancam pakai sebilah pisau karena beberapa batang rokok, ia juga pernah diancam pakai obeng.

"Pernah juga jadi korban penipuan. Ada orang mau top-up Dana buat judol game judi online. Dia bayar. Tetapi kalau diminta biaya admin dia malah ngotot. Kita kan kalau pakai (top up) Dana, itu lama muncul sampai 2 jam gak muncul-muncul. Di situ arogan dia gak mau bayar. Ternyata bawa obeng. Terus dia menelepon teman-temannya. Kemudian ada yang pernah saya alami juga, di mana komplotan ini pernah mengambil barang dagangan saya. Sering saya pergoki dan tegur juga," pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us