Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

BMKG: 10 Tahun Terakhir Periode Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah

Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati membuka acara Ekspose Nasional Perubahan Iklim sekaligus menjadi keynote speaker di Aula Raja Inal Siregar Medan, Senin (26/8/2024). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)
Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati membuka acara Ekspose Nasional Perubahan Iklim sekaligus menjadi keynote speaker di Aula Raja Inal Siregar Medan, Senin (26/8/2024). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Medan, IDN Times - Satu dekade terakhir merupakan periode tahun terpanas sepanjang sejarah, dengan tahun 2023 merupakan tahun terpanas. Selain itu, berdasarkan data pengamatan BMKG di Staklim deli Serdang tercatat tren kenaikan suhu udara sebesar 0.9 oC dalam 70 tahun atau periode data tahun 1951-2021 menyebabkan perubahan pola curah hujan dan distribusi air.

Hal ini diungkapkan oleh Plt. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati membuka acara Ekspose Nasional Perubahan Iklim sekaligus menjadi keynote speaker di Aula Raja Inal Siregar Medan, Senin (26/8/2024).

Ia membeberkan sejalan dengan visi BMKG untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan melalui layanan meteorologi, klimatologi, dan geofisika yang andal. Dalam mencapai visi tersebut, BMKG telah menetapkan berbagai inisiatif strategis yang melibatkan pemantauan iklim dan cuaca, mitigasi bencana, serta penyediaan informasi yang akurat dan dapat diandalkan.

BMKG bekerja keras untuk memastikan bahwa setiap data yang kami hasilkan dapat digunakan oleh berbagai sektor dalam perencanaan dan pengambilan keputusan yang lebih baik.

"Kolaborasi merupakan kunci dalam upaya BMKG terus memastikan kementerian, lembaga, dan komunitas internasional untuk memanfaatkan data dan informasi yang kami hasilkan secara optimal. BMKG juga telah menjalin kerjasama dengan universitas dan institusi penelitian untuk meningkatkan kapabilitas kami dalam pemantauan dan prediksi cuaca serta iklim," ujarnya.

1. Perubahan iklim telah menjadi tantangan serius bagi sektor perkebunan

Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati membuka acara Ekspose Nasional Perubahan Iklim sekaligus menjadi keynote speaker di Aula Raja Inal Siregar Medan, Senin (26/8/2024). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)
Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati membuka acara Ekspose Nasional Perubahan Iklim sekaligus menjadi keynote speaker di Aula Raja Inal Siregar Medan, Senin (26/8/2024). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Menurutnya saat ini perubahan iklim telah menjadi tantangan serius bagi sektor perkebunan. Perubahan kenaikan suhu udara dan pola curah hujan juga berdampak pada
ketersediaan air yang dapat menyebabkan produksi perkebunan menurun signifikan.

Karena itu guna menginisiasi ketahanan iklim di sektor perkebunan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Ekspose Nasional Perubahan Iklim di Medan. Ekspose Nasional Perubahan Iklim mengusung tema “Menuju Satu Abad Pengamatan Iklim di Sumatera Utara Dalam Rangka Mendukung Ketahanan Iklim di Sektor Perkebunan.”

Kegiatan tersebut bertujuan antara lain guna memperoleh rekomendasi dari pemangku kepentingan untuk layanan baru informasi iklim BMKG bagi sektor perkebunan sebagai bagian penting untuk mitigasi perubahan iklim. Upaya adaptasi dan mitigasi yang tepat dapat mempertahankan, dan bahkan meningkatkan produktivitas perkebunan untuk masa depan.

Menurut Dwikorita, perubahan iklim merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini. Dampaknya sangat luas, mencakup berbagai sektor seperti pertanian, kesehatan, dan infrastruktur dan air. Perubahan distribusi curah hujan berpotensi mengganggu ketersediaan air bagi tanaman pertanian maupun perkebunan. Adaptasi yang efektif melalui menjawab dampak perubahan iklim pada skala lokal dengan menyediakan data dan informasi cuaca, iklim dan air.

"BMKG berperan penting sebagai penyedia data iklim yang akurat dan terkini. Data ini sangat dibutuhkan dalam perencanaan dan perumusan kebijakan berbasis data observasi dan sains. Pada sektor perkebunan, data iklim membantu dalam membuat keputusan yang lebih baik untuk manajemen perkebunan, dari pemilihan varietas tanaman, pengelolaan air dan pemupukan, sehingga hasil perkebunan dapat meningkat meskipun menghadapi tantangan perubahan iklim," bebernya.

2. Kunci menggali potensi layanan iklim di bidang perkebunan adalah komitmen, sinergitas, dan aksi mitigasi

Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati membuka acara Ekspose Nasional Perubahan Iklim sekaligus menjadi keynote speaker di Aula Raja Inal Siregar Medan, Senin (26/8/2024). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)
Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati membuka acara Ekspose Nasional Perubahan Iklim sekaligus menjadi keynote speaker di Aula Raja Inal Siregar Medan, Senin (26/8/2024). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Pengamatan iklim di Sumatera Utara telah dilakukan sejak lebih dari 70 tahun yang lalu. Analisis BMKG terhadap data suhu dan curah hujan menunjukkan tren perubahan, dan ini mengkonfirmasi adanya perubahan iklim. Artinya: Kondisi iklim di Sumatera Utara saat ini, sudah tidak sama lagi dengan beberapa puluh tahun yang lalu, dan akan terus mengalami perubahan pada masa yang akan datang.

Sumatera Utara juga merupakan salah satu sentra perkebunan di Indonesia. Komoditi hasil perkebunan yang utama dari Sumatera Utara saat ini, antara lain: kelapa sawit, karet, kopi, coklat dan tembakau. Potensi besar perkebunan di Sumatera Utara ini, juga menghadapi tantangan dari perubahan iklim seperti kebutuhan air, serta hama dan penyakit tanaman. Upaya adaptasi dan mitigasi yang tepat terhadap perubahan iklim akan dapat mempertahankan - bahkan meningkatkan produktivitas perkebunan di Sumatera Utara untuk masa depan.

BMKG terus mendukung langkah-langkah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, melalui peningkatan kualitas data dan informasi iklim. BMKG terus mengembangkan teknologi pengamatan cuaca, iklim dan kualitas udara melalui pengamatan terestrial dan penginderaan jauh. Demikian juga dengan layanan iklim, BMKG terus meningkatkan pelayanan dan informasi iklim multi sektor.

Kunci untuk menggali potensi layanan iklim khusus di bidang perkebunan adalah komitmen bersama, sinergitas antar lembaga dan membangun langkah adaptasi dan aksi mitigasi bersama dalam menghadapi dampak perubahan iklim di sektor perkebunan.

"Sebagai penutup, saya ingin merangkum komitmen BMKG dalam mendukung kebijakan perubahan iklim dan pembangunan berketahanan iklim yang berkelanjutan. Mari kita perkuat kerjasama dalam melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, khususnya di sektor perkebunan. Saya memohon Bapak Pj. Gubernur Sumatera Utara dapat mendorong dan mendukung seluruh entitas perkebunan di Sumatera Utara untuk dapat mewujudkan kerjasama bersama BMKG dalam pengembangan layanan informasi iklim untuk sektor perkebunan, demikian juga dukungan dari Bapak-Ibu stakeholder perkebunan," pungkasnya.

3. Suhu udara di Sumatera Utara telah mencapai 0,9℃ dalam 70 tahun terakhir

Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati membuka acara Ekspose Nasional Perubahan Iklim sekaligus menjadi keynote speaker di Aula Raja Inal Siregar Medan, Senin (26/8/2024). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)
Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati membuka acara Ekspose Nasional Perubahan Iklim sekaligus menjadi keynote speaker di Aula Raja Inal Siregar Medan, Senin (26/8/2024). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dr. Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan bahwa
berdasarkan analisis, peningkatan suhu udara di Sumatera Utara telah mencapai 0,9℃ dalam 70 tahun terakhir. Perubahan iklim telah berdampak signifikan ke berbagai sektor, termasuk perkebunan.

Sebagai upaya untuk mendukung pengendalian perubahan iklim dan dampaknya itu, BMKG Kedeputian Klimatologi telah menyediakan sedikitnya 14 Layanan Informasi Iklim Terapan di berbagai sektor.

Informasi Iklim BMKG seperti Prakiraan Musim, Prakiraan Curah Hujan dan Suhu, Kelembapan, Ketersediaan Air Tanah, dan Analisis Perubahan Iklim sangat penting karena menjadi acuan untuk melakukan langkah-langkah mencegah risiko kerusakan pada tanaman dan infrastruktur perkebunan, serta risiko serangan hama dan penyakit.

“Jadi, kehadiran informasi iklim berperan penting dalam mewujudkan perkebunan yang resilien terhadap perubahan iklim,” kata Ardhasena Sopaheluwakan.

Kegiatan Literasi Perubahan Iklim bekerja sama dengan Museum Perkebunan Indonesia menjadi Side Event berupa lomba sketsa dan lomba foto bertema dampak perubahan iklim di Indonesia. Juga ada Bazar UMKM sektor perkebunan di Sumatera Utara. Hasil Stakeholder Meeting Sektor Perkebunan berupa simpulan bahwa “informasi iklim harus menjadi panduan dalam pengelolaan perkebunan”, selanjutnya dibahas pada acara Expert Meeting dan diperkuat dengan dukungan Para Pemangku Kebijakan yang dilaksanakan di Aula Raja Inal Siregar Kantor Gubernur Sumatera Utara.

Program ini menghasilkan rencana implementasi atau tindak lanjut Layanan Informasi Iklim sektor perkebunan di Provinsi Sumatera Utara.

Hingga kini Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perkebunan di Indonesia. Di daerah ini terdapat tiga Perkebunan Besar BUMN dan ratusan perkebunan besar swasta. Komoditi hasil perkebunan yang paling penting dari Sumut antara lain kelapa sawit, karet, kopi, coklat, dan tembakau. Khusus komoditi tembakau, di kota Bremen, Jerman, tembakau Deli sangat terkenal.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Arifin Al Alamudi
EditorArifin Al Alamudi
Follow Us