Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

PT Agincourt Resources Seimbangkan Eksplorasi dan Konservasi

Orangutan Tapanuli ARFL6523 - Copy.JPG
Orangutan Tapanuli di Hutan Batangtoru, Tapanuli Selatan (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Tapanuli Selatan, IDN Times - Eksplorasi hasil bumi dan konservasi ibarat dua kutub berlawanan. Jika ingin eksplorasi, maka kemungkinan besar merusak konservasi di sekitarnya. Sebaliknya, jika ingin mempertahankan konservasi maka segala macam hal yang berkaitan dengan eksplorasi harus dijauhkan. Bak air dan minyak, tak bisa diletakkan pada wadah yang sama.

Namun hasil orkestra para ilmuwan dan akademisi, Eksplorasi dan Konservasi di PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola tambang emas di Batangtoru, Tapanuli Selatan berjalan seirama. 'Tim Orkestra' itu diberi nama Biodiversity Advisory Panel atau disingkat BAP. Di Sumatera Utara, satu-satunya perusahaan tambang yang memiliki BAP adalah PTAR.

Dibentuk pada tahun 2019, BAP terdiri dari akademisi kampus ternama Indonesia: Rondang Siregar (IPB), Dr Sri Suci Utami Atmoko (UNAS), Dr Puji Rianti (IPB), dan Dr Onrizal (USU). Mereka bertugas untuk memberikan rekomendasi agar kegiatan eksplorasi dan konservasi di Batangtoru bisa beriringan. Salah satu rekomendasi yang memberikan dampak besar adalah membuat kawasan konservasi di area eksplorasi tambang.

Onrizal menjelaskan tambang Emas Martabe berada di dalam Ekosistem Batangtoru yang kaya akan flora dan fauna endemik. Ekosistem Batangtoru bahkan menjadi rumah bagi fauna langka dan species kunci yang terancam punah. Harimau, Tapir, Beruang Madu, dan Orangutan Tapanuli yang merupakan satwa endemik di dalam ekosistem Batangtoru. Serta jadi rumah bagi flora langka yang terancam punah seperti Shorea platycarpa, Nepenthes, Aqularia, Shorea, hingga pohon kemenyan (dryobalanops aromatica). Sehingga akan sangat penting memiliki kawasan konservasi di dalam area eksplorasi.

"Jika eksplorasi tidak memerhatikan konservasi keanekaragaman hayati, maka nanti anak-anak cucu kita gak akan bisa lagi lihat Orangutan Tapanuli, Harimau Sumatra, Tapir, Beruang Madu dan Flora langka di dalamnya," ujar Onrizal salah satu anggota tim Biodiversity Advisory Panel saat acara Media Capacity di Samosir beberapa waktu lalu.

Dr Onrizal (tengah) dan Manager Environmental PTAR Mahmud Subagya (kanan) dalam Talkshow ESG bersama jurnalis, Kamis (6/3/2025). (Dok. IDN Times)
Dr Onrizal (tengah) dan Manager Environmental PTAR Mahmud Subagya (kanan) dalam Talkshow ESG bersama jurnalis, Kamis (6/3/2025). (Dok. IDN Times)

Pria yang akrab disapa Oni ini menjelaskan era bisnis modern kini makin berkembang. Perusahaan semakin didorong mengadopsi pendekatan berkelanjutan untuk memastikan bahwa kegiatan operasional tidak hanya menguntungkan secara finansial tetapi juga memberikan dampak positif pada lingkungan, masyarakat, dan tata kelola perusahaan. Salah satu konsep yang makin mendapat perhatian adalah ESG, singkatan dari Environmental (Lingkungan), Social (Sosial), dan Governance (Tata Kelola).

ESG, kata Oni, memiliki peranan penting sebagai itikad baik perusahaan terhadap upaya menjaga keberlangsungan lingkungan yang sehat. Salah satu upaya PTAR untuk menerapkan ESG adalah membentuk tim Biodiversity Advisory Panel (BAP) pada tahun 2019. Bertugas secara independen untuk mengindentifikasi, memetakan, dan memitigasi risiko terhadap keanekaragaman hayati. Salah satunya melakukan survei tentang orangutan dan tentang langkah-langkah mitigasi yang tepat untuk meminimalkan dampak pada spesies kunci dan membuat kawasan konservasi di area tambang.

"PTAR juga telah melakukan pekerjaan yang cukup besar dalam kaitannya dengan inisiatif konservasi untuk melindungi orangutan Tapanuli di ekosistem Batangtoru yang lebih luas dan sedang mengerjakan program potensial untuk mengimbangi dampak yang tidak dapat dihindari atau dikurangi. Jadi kalau kita lihat, apa yang dilakukan PTAR sudah melebihi dari apa yang sudah dipersyaratkan pemerintah, BAP gak ada diatur tapi dibuat oleh PTAR,” bebernya.

Dilihat lebih juah, Tambang Emas Martabe yang dikelola oleh PTAR berada di dalam Ekosistem Batangtoru. Tidak hanya Tapanuli Selatan, Ekosistem Batangtoru juga mencakup Tapanuli Utar, dan Tapanuli Tengah. Ekosistem ini terdiri dari 3 bagian: Genetic Diversity, Species Diversity, dan Ecosystem Diversity.

Tipe hutannya sangat kompleks, jenis pohon dan tumbuhannya sangat tinggi dengan kelangkaan yang tinggi juga. Keanekaragaan fauna juga sangat tinggi bahkan memiliki spesian primata yang paling tinggi dibanding hutan yang lain di Sumut. Serta jadi rumah bagi flora langka yang terancam punah. Artinya kini Ekosistem Batangtoru tempat PTAR beroperasi menjadi rumah bagi fauna langka dan species kunci yang terancam punah.

Sehingga, menurut Oni, treatment PTAR untuk lingkungan tidak bisa disamakan dengan tambang lain, butuh treatment dan inisiatif khusus untuk mempertahankan ekosistem Batangtoru tanpa menghambat operasional tambang. Salah inisiatif terbaru yang ditelurkan PTAR adalah membangun Stasiun Riset Keanekaragaman Hayati.

"Ini satu-satunya di Indonesia. Ini bentuk tanggung jawab PTAR menjaga keanekaragaman hayati dan untuk menjaganya memerlukan data. Ini lah fungsi Stasiun riset yang didirikan Sejak Januari 2025 sudah diresmikan," jelas Oni.

inisiatif konservasi PTAR.jpg
Inisiatif Konservasi PTAR hasil rekomendasi tim BAP dikutip dari berbagai sumber (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Sebagai Informasi, luas Kontrak Karya PTAR sejak 1997 adalah seluas 6.560 Km2 atau 656.000 Ha, kemudian berkurang menjadi 130.252 Ha. Dengan batas luas AMDAL 4.000 Ha. Area yang telah dibuka untuk Pit dan Fasilitas Pendukung per Desember 2024 adalah 600 ha atau 15 persen dari AMDAL dan hanya 0,46 persen dari Kontrak Karya. Sampai tahun 2034/2035, luas operasional diperkirakan mencapai 918 Ha atau 22,95 persen dari Kontrak Karya.

Pusat riset, menurut Dosen Fakultas Kehutanan USU ini akan sangat membantu mengembalikan ke ekosistem awal jika PTAR berhenti beroperasi pada 2035. Sejak awal membuka tambang, pohon di hutan Batangtoru sebagian diambil dan dikembangbiakkan di pusat pembibitan (Nursery) PTAR untuk mewujudkan living of harmony. Jadi tambang tidak merusak habibat asli flora dan fauna.

Jika flora dikembangbiakkan di nursery, maka fauna diberlakukan dengan cara berbeda. Alih-alih ditangkap, fauna dibiarkan berkembang biak sendiri dan dirancang agar operasional tambang tidak membuat mereka terjebak atau terisolasi sehingga meminimalisir risiko kematian. Kemudian dibangun Canopy Bridge atau jembatan arboreal antar koridor sebagai jalur lalu lintas agar primata tidak terisolasi.

"Jadi ketika nanti Kawasan tambang PTAR direklamasi, habitat pohonnya, floranya kembali seperti semula, dan fauna akan kembali lagi ke situ. Itu fungsinya Research Stasion," jelasnya.

IDN Times mencoba melakukan observasi langsung di Hutan Batangtoru selama satu pekan pada pertengahan 2025, dua hari di Tapanuli Tengah dan lima hari di Tapanuli Selatan. Hasilnya melihat langsung orangutan tapanuli, gibon, rangkong, dan fauna lainnya.

Superintendent Environmental Site Support PTAR, Syaiful Anwar menyebutkan pada prinsipnya dalam operasional tambang ada hulu ke hilir. Dari semua proses ini diperhatikan kondisi alam, air, udara, tanah dan lain sebagainya. PTAR bertugas melakukan improvement untuk menjaga ini semua untuk mencegah pencemaran air dan memiliki kebijakan menjaga keanekaragaman hayati untuk menjaga flora dan fauna.

Untuk mewujudkan program biodiversity hasil rekomendasi BAP, PTAR rutin melakukan monitoring area. Jika ditemukan ditemukan spesies kunci maka tidak akan dilakukan eksplorasi. Kalau tidak ditemukan satwa maka dilakukan border clearing sehingga tidak melukai satwa saat melakukan eksplorasi.

"Arboreal bridge ini fungsinya mencegah terjadinya accident dan satwa tidak terisolasi. Dari hasil pemantauan kami selama ini, banyak satwa melintas di jembatan Arboreal, ada monyet ekor panjang, monyet ekor pendek, musang akar dan lain sebagainya. Apa yang dilakukan PTAR sebagai upaya untuk menghindari kerusakan habitat," jelasnya.

image002.jpg
PTAR mendirikan stasiun riset orangutan dan laboratorium khusus di dalam area tambang (Dok. IDN Times)

Teranyar pada Oktober lalu, PTAR mengumumkan komitmen terhadap konservasi keanekaragaman hayati di dalam kawasan ekosistem Batangtoru dalam IUCN World Conservation Congress 2025 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Wakil Presiden Direktur PTAR, Ruli Tanio yang jadi pembicara pada acara tersebut menjelaskan strategi Perusahaan melampaui sekadar pemenuhan regulasi, untuk mencapai dampak positif bersih (net positive impact) terhadap keanekaragaman hayati melalui dua inisiatif tata guna lahan berskala bentang alam.

Pertama, refugia di dalam konsesi tambang. PTAR secara resmi menetapkan sekitar 2.000 hektare wilayah dalam Kontrak Karya (CoW) sebagai kawasan biodiversity refugia yang dikelola secara aktif dan jangka panjang. Area ini berfungsi sebagai zona penyangga penting dan koridor strategis ekologis utama untuk mendukung keberlangsungan dan pergerakan satwa liar, termasuk spesies primata kunci di kawasan tersebut.

Kedua, proyek offset keanekaragaman hayati berskala besar. Perusahaan juga berkomitmen mengembangkan proyek biodiversity offset berskala besar di luar area operasi tambang. Proyek kompensasi ini, yang diperkirakan mencakup sekitar 3.700 hektare, merupakan implementasi tahap akhir dari hierarki mitigasi internasional, dirancang untuk mengimbangi dampak keanekaragaman hayati yang tidak dapat dihindarkan dengan melindungi dan memulihkan kawasan yang lebih luas dan bernilai ekologis tinggi.

“Komitmen kami melampaui batas operasional tambang. Dengan menetapkan 2.000 hektare area di dalam konsesi sebagai refugia yang dikelola, serta mengembangkan proyek offset berskala besar, kami memastikan perlindungan jangka panjang bagi ekosistem Batang Toru. Langkah ini merupakan upaya ilmiah dan strategis untuk memberikan dampak positif bersih terhadap keanekaragaman hayati,” ujar Ruli Tanio.

Dorong Konservasi Pesisir

Pelepasliaran 55 ekor bayi penyu lekang atau penyu abu-abu yang baru menetas sehari sebelumnya di Pantai Barat Muara Upu, Kecamatan Muara Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut (IDN Times/Arifin Al Alamudi)
Pelepasliaran 55 ekor bayi penyu lekang atau penyu abu-abu yang baru menetas sehari sebelumnya di Pantai Barat Muara Upu, Kecamatan Muara Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Selain itu advise dari tim BAP yang menjadi tonggak penting adalah pemanfaatan air daur ulang. Dalam pengelolaan air limbah PTAR mengklaim sangat transparan dan melibatkan para pakar melakukan pengecekan rutin atau sampling per bulan. Sampel akan diantarkan ke Jakarta dan hasilnya diumumkan secara transparan pada warga dan pakar. ini bukti pemantauan kita secara rutin.

Mantan Plt Bupati Tapanuli Selatan, Rasyid Assaf Dongoran mengaku pernah terlibat dalam proses pengecekan rutin ini. Saat menjabat Plt Bupati selama tiga bulan, ia mengantar langsung sampel air ke laboratorium di Jakarta untuk memastikan transparansi PTAR.

"Dari pengambilan sampel air sampai mengantarkan langsung ke Jakarta saya dilibatkan. Ia baik untuk menunjukkan transparansi, hasil dari uji sampel itu juga diumumkan untuk public," terangnya pada IDN Times, 8 November 2025.

Bukan hanya konservasi hutan di Batangtoru, Syaiful membeberkan bahwa PTAR juga mendukung konservasi di kawasan pesisir yang jaraknya hampir 30 kilometer dari lokasi operasional PTAR. Yaitu dengan membangun Pusat Konservasi Penyu di Pantai Barat Muara Upu, Kecamatan Muara Batangtoru, Tapsel.

"Ini tempat bertelurnya penyu, spesies penyu yang ada di Pantai Muara Upu tetap terjaga keberlangsungan hidupnya. Tidak semua daerah menjadi habitat penyu, program ini bisa membantu program konservasi pesisir," terangnya.

Erwin Siregar, Aktivis Lembaga Ovata Indonesia menjelaskan sejak 12 tahun lalu pihaknya sudah aktif melakukan konservasi penyu di Pantai Muara Upu. Panjang pantai di Kabupaten Tapanuli Selatan hanya 17 kilometer. Namun di pantai kecil ini Tuhan memberikan anugerah yang luar biasa. Empat dari enam jenis penyu Indonesia bisa ditemukan di Pantau Barat Muara Upu: Penyu Belimbing, Penyu Sisik, Penyu Hijau, dan Penyu Abu atau Penyu Lekang.

Ia menjelaskan PTAR mulai terlibat dalam upaya konservasi penyu di Muara Upu sejak 2022 dengan mendukung kegiatan Pantai Barat Camp. Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dan Gen Z tentang pentingnya menjaga kebersihan Pantau Muara Upu demi keberlangsungan habitat penyu.

"Penyu ini satwa yang unik, meski sudah mengarungi Samudra ribuan kilometer, ia akan bertelur ke tempat pertama kali ia menetas. Jadi Siklus bertelur penyu akan bisa terus terjadi di Muara Upu jika pantai ini tetap bersih, jauh dari kebisingan, dan hewan predator. Ini yang kita edukasi setiap pelaksanaan Pantai Barat Camp," jelasnya.

Pada tahun 2023 Lembaga Ovata Indonesia dikirim PTAR untuk melakukan studi banding terkait konservasi penyu ke Bengkulu. Hingga saat ini Lembaga Ovata dan PTAR terus berkolaborasi untuk melakukan program konservasi pesisir.

"PTAR membantu kita untuk membangun Kantor Pengelola, Bangunan Penetasan, dan Bangunan Pembesaran Penyu di Muara Upu," ungkap Erwin.

Share
Topics
Editorial Team
Arifin Al Alamudi
EditorArifin Al Alamudi
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

Anggaran Proyek Sekolah Rakyat Tahap 2 di Sumut Capai Rp1,2 Triliun

09 Nov 2025, 21:25 WIBNews