Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tragedi Mistis Mencekam yang Pernah Terjadi di Sumatra Utara

Pemandangan Malam Yang Suram (pexels.com/Braian Zambrano)
Pemandangan Malam Yang Suram (pexels.com/Braian Zambrano)
Intinya sih...
  • Kasus pembunuhan berantai oleh Dukun AS yang mengejutkan dan menjadi high-profile criminal case. Motifnya murni klenik dan akhirnya dieksekusi mati.
  • Aliran sesat Madina dan "bisikan gaib" menghabisi keluarga
  • Satu keluarga dibakar hidup-hidup Histeria massa terjadi di Muara, Tapanuli Utara
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di tanah Sumatera Utara, kepercayaan pada hal gaib tak pernah benar-benar sirna. Di balik gemericik air dan desir angin yang menampar jiwa, manusia kerap tergoda pada jalan yang tak semestinya. Mereka mencari kuasa lewat mantra, memohon rezeki lewat cara yang tak biasa, berharap mukjizat turun hanya karena percaya. Dalam misteri keheningan dari dunia yang berbeda, batas antara doa dan dosa jadi samar di mata manusia.

Dunia klenik jelas bukan tempat aman untuk bermain bagi yang haus harta atau kuasa. Ia seperti api yang tampak jinak di awal, tapi siap melahap siapa pun yang terlalu dekat padanya. Di Sumatera Utara, keyakinan yang semula dianggap suci sering berubah arah menjadi malapetaka, dari pencarian menjadi celaka. Begitu manusia menukar nalar dengan percaya, malapetaka pun datang tanpa aba-aba.

Sejarah mencatat, ada masa ketika klenik tak lagi hanya sekadar kisah cerita, melainkan tragedi berdarah yang mengguncang Indonesia. Dari dukun yang menebar maut demi kesaktian, hingga histeria massa yang membakar manusia hidup-hidup, inilah lima kisah klenik berakhir tragis paling mencekam yang pernah mengguncang Nusantara dan berasal dari Sumatra Utara.

1. Dukun AS, mengorbankan 42 awnita demi "kesaktian"

ilustrasi pembakaran dupa (unsplash.com/Ray Allbrow)
ilustrasi pembakaran dupa (unsplash.com/Ray Allbrow)

Kasus ini adalah yang paling diingat sebagai pembunuhan berantai tersadis dalam sejarah modern Indonesia dan tindakan kasus kriminal profil tinggi (high-profile criminal case). Media Nasional bahkan terus menyiarkan pemberitaan ini hampir setengah tahun.

Beroperasi di Desa Sei Semayang, Deli Serdang, Dukun AS alias Ahmad Suradji memiliki dua wajah, seorang petani biasa di siang hari, dan seorang "dukun" yang disegani di malam hari.

Selama rentang waktu sebelas tahun, ia menjalankan praktik mautnya. Motifnya murni klenik. Suradji mengklaim telah mendapatkan bisikan gaib dalam mimpinya yang memerintahkan dia untuk membunuh 70 wanita agar bisa mencapai level kesaktian tertinggi.

Korbannya adalah para "pasien" wanita yang datang kepadanya untuk mencari bantuan spiritual. Ia membujuk mereka, membawanya ke perkebunan tebu, lalu menghabisi mereka. Total, 42 jasad wanita ditemukan terkubur di lahan perkebunan dekat rumahnya. Kasus ini meledak pada tahun 1997 dan menjadi guncangan nasional. Ahmad Suradji akhirnya dieksekusi mati oleh regu tembak pada Juli 2008.

2. Aliran sesat Madina dan "bisikan gaib" menghabisi keluarga

Ilustrasi Orang di Balik Kain Puitih (pexels.com/Pedro Figueras)
Ilustrasi Orang di Balik Kain Puitih (pexels.com/Pedro Figueras)

Kisah mengerikan lainnya terjadi di Mandailing Natal (Madina) pada Juni 2018. Tiga orang pria, yang semuanya masih terikat hubungan keluarga Almahdi, Buyung, dan Mukmin menghabisi nyawa tiga anggota keluarga mereka sendiri.

Mereka mengklaim telah mendapat "perintah gaib". Setelah diusut, mereka ternyata adalah penganut sebuah aliran kepercayaan yang didirikan oleh ayah Almahdi, bernama Jalaluddin. Ajaran ini dianggap menyimpang, salah satunya adalah keyakinan bahwa salat hanya boleh dikerjakan jika ada "bisikan dari Malaikat Djibril".

Cara pembunuhannya pun sangat ritualistik. Seorang korban yang masih bayi dibuang ke sungai, sementara dua korban lainnya dibunuh dan jasadnya ditelanjangi.

Mirisnya, MUI dan aparat setempat sebenarnya sudah pernah turun tangan untuk "meluruskan" ajaran Jalaluddin beberapa bulan sebelumnya. Namun, setelah sang ayah meninggal, Almahdi sebagai putranya melanjutkan ajaran itu dengan cara yang jauh lebih brutal.

3. Histeria Begu Ganjang Muara, satu keluarga dibakar hidup-hidup

ilustrasi orang dekat api (pexels.com/pixabay)
ilustrasi orang dekat api (pexels.com/pixabay)

Di sebagian wilayah Sumut, Begu Ganjang adalah sosok entitas mistik yang sangat ditakuti, sering dihubungkan dengan praktik santet atau pesugihan. Doktrin ketakutan ini meledak menjadi histeria massa yang mematikan di Muara, Tapanuli Utara, pada Mei 2010.

Pemicunya adalah kematian beberapa warga desa yang dianggap tidak wajar. Seorang "paranormal" lantas didatangkan dan menuduh satu keluarga di desa itu memelihara Begu Ganjang. Massa yang sudah marah dan disulut emosi akhirnya terprovokasi. Mereka bahkan dilaporkan sempat "berdoa bersama" sebelum melakukan penyerangan.

Catatan pengadilan mengungkap adanya seorang provokator bernama Anda Rajagukguk yang menghasut massa. "Tidak usah pohon aren itu kita tebang, tapi orangnya saja kita matikan," teriaknya, yang dijawab serempak oleh massa, "Setuju!"

Akibatnya, satu keluarga yang terdiri dari Gipson Simaremare, Riama Br Rajaguguk, dan putra mereka, Lauren Simaremare, tewas mengenaskan setelah dibakar hidup-hidup oleh massa.

4. Isu Begu Ganjang terulang di Barus, korban tewas dikeroyok

ilustrasi tempat kejadian (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi tempat kejadian (pexels.com/cottonbro studio)

Lima belas tahun setelah tragedi Muara, isu Begu Ganjang kembali memakan korban jiwa. Kali ini terjadi pada September 2025 di Barus, Tapanuli Tengah. Seorang pria berinisial RP tewas dihakimi massa karena tuduhan serupa.

Pihak kepolisian menyebut kasus ini sebagai pembunuhan yang "keji dan terencana". Dalam reka ulang kejadian, terungkap bahwa sekitar dua puluh pelaku sengaja memancing RP keluar dari rumahnya dengan lemparan batu. Mereka lalu menyeretnya dari rumah ke area persawahan, memukulinya tanpa ampun dengan kayu dan batu hingga tewas.

Dampak sosial dari kejadian ini sangat besar. Istri korban dan kelima anak mereka terpaksa mengungsi karena trauma dan ancaman. Dalam langkah yang tidak biasa, Bupati Tapteng Masinton Pasaribu turun tangan. Beliau tidak hanya memberikan pendampingan psikologis, tetapi juga merealisasikan pembelian rumah dan tanah baru di lokasi lain agar keluarga korban dapat direlokasi secara permanen demi keselamatan mereka.

5. Ritual gagal Dukun Ganda Uang Alfian yang habisi kawan lama

ilustrasi pria memegang wadah dengan asap (pexels.com/Prabhala Raghuvir)
ilustrasi pria memegang wadah dengan asap (pexels.com/Prabhala Raghuvir)

Kasus klenik terbaru terjadi pada Agustus 2025 di Percut Sei Tuan, Deli Serdang. Pelakunya adalah Alfian, seorang dukun, dan korbannya adalah KJ, yang ironisnya merupakan kawan lamanya sendiri.

KJ mendatangi Alfian dengan maksud ingin melakukan ritual "penggandaan uang". Alfian meminta mahar sebesar dua puluh juta rupiah, namun KJ datang hanya dengan membawa uang Rp.1.100.000. Meski begitu, ritual nekat dilanjutkan. Alfian mengajak KJ ke lokasi sepi, sementara putri korban, CC, diminta menunggu di rumah pelaku.

Saat KJ sedang dalam posisi ritual, duduk bersila dan membakar dupa, Alfian menebaskan parang ke leher belakangnya hingga tewas. Pelaku kemudian kembali ke rumah dan mencoba membunuh CC, satu-satunya saksi. Beruntung, CC melakukan perlawanan. Ia menendang kemaluan Alfian hingga pingsan dan berhasil kabur meminta tolong.

Belakangan terungkap, Alfian sebenarnya dikenal warga sebagai dukun pengobat anak, dan itu adalah percobaan pertamanya melakukan ritual ganda uang.

Kisah-kisah kelam dari tanah Sumatera, bukanlah sekadar bualan atau bumbu cerita. Potret sisi gelap manusia ini menunjukkan, resiko yang didapatkan saat logika dikalahkan oleh kepercayaan buta yang berujung pada hilangnya nyawa. Catatan tragis ini meninggalkan duka bagi keluarga, dalam sebuah tragedi yang begitu nista.

Dari jerat Dukun AS yang memburu kuasa, hingga amuk massa Begu Ganjang yang buta, kita melihat betapa bahayanya terlibat dalam dunia yang berbeda. Semua adalah luka lara yang nyata. Semoga ini menjadi pelajaran berharga, agar hukum, nalar, dan kemanusiaan, tetap kita letakkan di atas takhayul yang tak punya dasar logika.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

Elemen Ekosistem Pertembakauan Minta Pansus DPRD Medan Tinjau Ulang Raperda KTR

10 Nov 2025, 19:33 WIBNews