Alasan BKSDA Kerahkan Gajah Bantu Bersihkan Puing Banjir di Pidie Jaya

- BKSDA survei lokasi sebelum turunkan gajah
- Kebutuhan pakan, istirahat, dan air minum gajah dipastikan cukup
- Penentuan lokasi kerja melalui koordinasi dengan pihak terkait untuk menjaga kesejahteraan satwa
Banda Aceh, IDN Times - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mengerahkan empat gajah sumatra atau Elephas maximus sumatranus jinak untuk masa pascabanjir bandang dan longsor di Kabupaten Pidie Jaya. Satwa dilindungi tersebut bantu membersihkan puing-puing kayu di permukiman warga sejak Minggu (7/12/2025).
“Dalam upaya mempercepat penanganan dan pemulihan pasca dampak banjir di Kabupaten Pidie Jaya,” kata Kepala Balai KSDA Aceh, Ujang Wisnu Barata, kepada IDN Times, Selasa (9/12/2025).
1. BKSDA sudah terlebih dahulu survei lokasi

Pengerahan gajah ini menuai prokontra di media sosial. Banyak warganet yang merasa hal ini mengeksploitasi gajah. Ujang mengatakan gajah yang diturunkan ke sejumlah titik lokasi terdampak tersebut sudah terlatih. Hewan-hewan tersebut diserahkan beserta tim pendukung.
Proses ini, kata Ujang, dilakukan dengan penuh kehati-hatian, perencanaan yang matang serta mengutamakan penerapan prinsip kesejahteraan satwa atau animal welfare.
Kepala Balai KSDA Aceh menyampaikan tim terlebih dahulu mensurvei menyeluruh kondisi lokasi, aksesibilitas, tingkat keamanan, dan kebutuhan operasional gajah sebelum turun ke lapangan.
“Hasil survei tersebut menjadi dasar penentuan rute, titik kerja, area istirahat gajah, serta pengaturan durasi kerja yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi satwa,” ujar Ujang.
2. Kebutuhan pakan hingga tempat istirahat gajau dipastikan cukup

Dia mengatakan tim juga memastikan area istirahat telah dipersiapkan secara memadai, termasuk ketersediaan pakan yang cukup, suplemen pendukung, serta sistem pemantauan kesehatan secara berkala. Hal ini sebagai bagian dari komitmen menjaga kesehatan gajah.
Kebutuhan air minum satwa juga menjadi perhatian utama. Untuk menjamin kecukupan konsumsi air, tim menyiagakan satu unit mobil slip-on berisi tangki dan selang air yang standby setiap saat di lokasi kerja.
Ujang menerangkan, pemanfaatan gajah terlatih untuk penanganan bencana sebenarnya telah diterapkan di beberapa negara Asia termasuk Indonesia, dan merupakan salah satu bentuk pemanfaatan gajah secara lestari dengan prinsip kehati-hatian.
Gajah memiliki kemampuan yang membuatnya efektif dalam penanganan bencana selama dilakukan secara aman, didampingi mahout/petugas, dan mengedepankan kesejahteraan satwa.
Keempat Gajah terlatih diangkut menggunakan truk langsir dari tempat tambat menuju lokasi target penanganan.
“Hal ini dilakukan untuk keamanan dan keselamatan Gajah termasuk menghindari stres sebelum mendukung penanganan area terdampak banjir,” ujar Ujang.
3. Menuai prokontra di media sosial

Menurutu Ujang, penentuuan titik-titik lokasi kerja juga telah dilakukan melalui koordinasi intensif dengan Bupati Pidie Jaya dan unsur kepolisian setempat. Koordinasi ini tidak hanya memastikan keamanan seluruh personel dan satwa, tetapi juga mengatur batas waktu kerja agar gajah tidak bekerja melebihi kapasitasnya.
Ujang menerangkan lebih lanjut bahwa tim yang bertugas terdiri dari delapan orang mahout, personel polisi kehutanan (polhut) resor, serta dokter hewan lengkap dengan perlengkapan medis lapangan.
Seluruh kegiatan turut mendapat pengawalan penuh dari unsur kepolisian, sehingga operasional dapat berlangsung tertib, aman, dan terarah. Menurutnya Mobilisasi gajah jinak ini merupakan langkah kolaboratif untuk membantu percepatan pemulihan kondisi lingkungan pasca banjir, terutama di wilayah yang sulit dijangkau alat berat.
“Selain berfokus pada pemulihan, misi ini juga menunjukkan komitmen kuat bahwa penggunaan satwa dalam operasi lapangan harus selalu menghormati dan menjaga kesejahteraannya,” kata Ujang.

















