Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Air Danau Toba Keruh, Penyebabnya Pencemaran hingga Cuaca

ARFL4222 - Copy.JPG
Pemandangan Danau Toba dari Bukit Gajah Bobok Kabupaten Karo (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Medan, IDN Times - Fenomena air keruh yang terjadi di perairan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, menyita perhatian publik. Keruhnya air Danau Toba ini tak hanya memengaruhi aktivitas wisata, tapi juga mengakibatkan kematian massal ikan—baik yang berada di keramba jaring apung (KJA) maupun ikan liar.

Menurut para ahli, penyebabnya bukan cuma satu. Kombinasi antara fenomena alam dan ulah manusia menjadi biang keladi terganggunya ekosistem danau kaldera terbesar di dunia ini. Guru Besar Universitas Sumatera Utara, Professor Ternala Alexander Barus mengatakan Danau Toba sedang mengalami fase eutrofikasi yang berbahaya jika tidak segera ditangani.

“Pengaruh terpenting dari seluruh kegiatan tersebut adalah produksi sampah dan limbah secara langsung maupun tidak langsung yang masuk ke perairan Danau Toba,” kata Ternala dalam dokumen laporan singkat risetnya, Senin (4/8/2025).

1. Fenomena alam: Upwelling dan angin kencang

WhatsApp Image 2025-07-25 at 14.17.14_6440ac5f.jpg
Bukit di Samosir sudah gundul akibat Karhutla, bahkan beberapa titik masih terlihat terbakar dari kawasan Tele, Jumat (25/7/2025). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Dalam laporan itu Ternala menuliskan, terjadinya fenomena air keruh di Danau Toba, khusunya di sekitar perairan Pangururan merupakan akumulasi dari faktor alam dan masalah pencemaran air Danau Toba.

Angin kencang saat musim kemarau dapat memicu turnover atau perputaran massa air dari dasar ke permukaan. Air dari dasar danau yang mengandung lumpur dan senyawa beracun naik ke atas dan merusak keseimbangan ekosistem.

 “Air dasar membawa senyawa kimia toksik ke permukaan. Oksigen berkurang drastis dan ikan tidak bisa bernapas,” ujar Ternala.

 

2. Limbah dan sisa pakan mencemari Danau Toba

Keramba Jaring Apung (KJA) dianggap berkontribusi pada pencemaran lingkungan Danau Toba (IDN Times/Prayugo Utomo)
Keramba Jaring Apung (KJA) dianggap berkontribusi pada pencemaran lingkungan Danau Toba (IDN Times/Prayugo Utomo)

Penyebab lainnya yakni, limbah rumah tangga, peternakan dan lainnya langsung mengalir ke danau tanpa pengolahan yang memadai. Ditambah lagi, sisa pakan dari keramba jaring apung mengendap di dasar dan memicu pertumbuhan zat organik yang beracun.

Standar baku mutu kualitas danau menyebut kandungan fosfor tidak boleh lebih dari 10 μg/l. Namun, riset menunjukkan total fosfor di Danau Toba kini mencapai rata-rata 23,03 μg/l.

“Artinya Danau Toba sudah mengalami eutrofikasi (peningkatan nutrient) yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan danau,” ungkapnya.

 

3. Erosi akibat kerusakan lahan di hulu dan sekitarnya

Patung Kristus Penyelamat di Bukit Sibeabea, Samosir, Sumut merupakan destinasi wisata baru di sekitar Danau Toba (IDN Times/Arifin Al Alamudi)
Patung Kristus Penyelamat di Bukit Sibeabea, Samosir, Sumut merupakan destinasi wisata baru di sekitar Danau Toba (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Pembukaan hutan secara ilegal, alih fungsi lahan, dan kebakaran menyebabkan erosi parah di daerah tangkapan air. Material hasil erosi terbawa hujan masuk ke danau, memperparah sedimentasi yang mengganggu kejernihan air.

“Kerusakan lahan, terutama di daerah tangkapan air, terjadi akibat perambahan hutan dan kebakaran hutan yang menyebabkan erosi dan sedimentasi yang kemudian masuk ke dalam danau,” katanya.

Kondisi, lanjut dia, perlu penanganan serius. Upaya kolaboratif untuk menjalankan solusi perlu dilakukan.

Beberapa solusi yang bisa dilakukan di antaranya; melakukan pengendalian dan pembatasan KJA, menggunakan pakan ikan yang memiliki kadar fosfor rendah. Kemudian, melakukan pengolahan limbah cair (secara biologi dan kimia) sebelum dibuang ke Danau Toba. Selain itu, seluruh pihak harus bekerja sama melakukan pemulihan lahan di kawasan Danau Toba.

“Masyarakat perlu diberikan pemahaman mengenai fenomena upwelling (turn over) dan dampaknya, serta cara-cara untuk mencegah dan menanggulangi dampak negatifnya,” pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Arifin Al Alamudi
EditorArifin Al Alamudi
Follow Us