5 Fakta Unik Taman Beringin Medan, Simbol Diplomasi dan Pusat Literasi

- Taman Beringin adalah simbol persahabatan antara Medan dan Amerika Serikat, dengan status istimewa sebagai taman persaudaraan yang harus dijaga kelestariannya.
- Pernah direncanakan menjadi lokasi Masjid Raya baru, tetapi rencana tersebut tidak dilanjutkan setelah memicu perdebatan mengenai pentingnya mempertahankan Ruang Terbuka Hijau di pusat kota.
- Taman Beringin berlokasi di depan Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara, memiliki topografi unik, mitos seputar pohon beringin, dan fasilitas perpustakaan untuk mendukung budaya literasi warga.
Taman Beringin merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang paling dikenal di Kota Medan. Letaknya strategis di kawasan Polonia, tepatnya di persimpangan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Teuku Cik Ditiro, taman ini menjadi penyejuk di tengah padatnya aktivitas perkotaan. Keberadaan pepohonan beringin besar yang menaungi area taman memberikan suasana sejuk dan asri, menjadikannya destinasi favorit bagi warga kota untuk beristirahat sejenak atau berolahraga ringan.
Taman ini menyimpan berbagai lapisan cerita yang mencakup sejarah diplomasi, dinamika kebijakan tata ruang kota, hingga fungsi sosial yang terus berkembang. Sebagai salah satu taman bersejarah, keberadaannya telah menjadi saksi bisu perubahan wajah Kota Medan dari masa ke masa, mempertahankan eksistensinya di tengah pesatnya pembangunan infrastruktur komersial.
Bagi masyarakat umum, mungkin taman ini hanya terlihat sebagai lahan hijau biasa. Padahal, banyak terdapat berbagai fakta unik dan menarik yang melatarbelakangi keberadaannya. Mulai dari statusnya yang memiliki kaitan dengan hubungan internasional hingga transformasi fasilitas yang kini mendukung kegiatan edukasi, berikut adalah lima fakta menarik mengenai Taman Beringin Medan yang perlu diketahui.
1. Simbol resmi persahabatan Medan dan Amerika Serikat

Taman Beringin memiliki status istimewa dalam konteks hubungan internasional daerah. Pemerintah Kota Medan menetapkan taman ini sebagai simbol jalinan persahabatan antara Kota Medan dengan Amerika Serikat. Penetapan ini dikukuhkan melalui penandatanganan prasasti "Taman Persahabatan" oleh Wali Kota Medan saat itu, Dzulmi Eldin, bersama perwakilan dari Amerika Serikat pada tahun 2014.
Peresmian status ini didahului dengan kegiatan gotong royong membersihkan taman yang melibatkan kedua belah pihak. Dengan status ini, Taman Beringin menjadi salah satu aset kota yang memiliki nilai diplomatis, sebagai monumen persaudaraan antarnegara yang harus dijaga kelestariannya.
2. Pernah direncanakan menjadi lokasi masjid raya baru

Pada tahun 2013, Taman Beringin sempat menjadi pusat perhatian publik terkait kebijakan tata ruang kota. Saat itu, di bawah kepemimpinan Wali Kota Rahudman Harahap, muncul rencana untuk membangun Masjid Raya Medan yang baru di lokasi taman ini. Pemerintah kota berargumen bahwa dibutuhkan ikon religius baru yang representatif di kawasan strategis tersebut, mengingat kapasitas Masjid Raya Al-Mashun yang dinilai sudah terbatas.
Rencana tersebut sempat berjalan cukup jauh hingga tahap pengalokasian anggaran dan persetujuan perubahan peruntukan lahan. Namun, wacana ini memicu perdebatan mengenai pentingnya mempertahankan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di pusat kota. Setelah melalui berbagai pertimbangan dan dinamika publik, rencana alih fungsi lahan tersebut akhirnya tidak dilanjutkan.
3. Berlokasi di depan kediaman resmi gubernur

Salah satu faktor yang membuat Taman Beringin begitu strategis adalah lokasinya yang berada tepat di depan Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara. Posisi ini memberikan karakter yang unik pada taman tersebut, Keberadaannya di jalur protokol VVIP menuntut standar kebersihan dan keamanan yang relatif lebih tinggi.
Secara lanskap, taman ini juga memiliki topografi yang unik dengan kontur tanah yang tidak rata, berbeda dengan taman kota lain yang cenderung datar. Kontur ini terbentuk secara alami karena lokasi taman yang berada di bantaran Sungai Babura. Posisi yang bersebelahan langsung dengan pusat kekuasaan provinsi menjadikan taman ini bagian integral dari citra kawasan elit Polonia.
4. Mitos dan cerita seputar pohon beringin

Sesuai dengan namanya, vegetasi dominan di taman ini adalah pohon beringin (Ficus benjamina) yang berukuran besar dan berusia tua. Dalam kultur masyarakat setempat, keberadaan pohon beringin tua sering kali dikaitkan dengan berbagai mitos atau cerita rakyat yang bernuansa mistis. Cerita-cerita mengenai "penunggu" taman kerap beredar dari mulut ke mulut, menambah sisi misterius dari lokasi ini.
Meskipun demikian, cerita-cerita tersebut tidak menyurutkan minat warga untuk berkunjung. Justru, keberadaan pohon-pohon raksasa ini menjadi daya tarik utama karena mampu menciptakan iklim mikro yang sejuk. Rimbunnya dedaunan beringin berfungsi efektif sebagai peneduh alami dan penyaring polusi udara.
5. Memiliki fasilitas perpustakaan (Taman Baca)

Fakta menarik terbaru adalah transformasi Taman Beringin menjadi ruang edukasi. Pemerintah Kota Medan, melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, membuka fasilitas Perpustakaan Cabang atau taman baca di dalam area taman sejak Juni 2023. Fasilitas ini menyediakan berbagai koleksi buku, mulai dari buku pelajaran untuk siswa hingga bacaan umum yang dapat dinikmati oleh pengunjung secara gratis.
Kehadiran taman baca ini menegaskan fungsi taman kota yang bukan hanya tempat rekreasi fisik, tapi juga sarana literasi publik. Dengan adanya fasilitas ini, pengunjung dapat menikmati suasana asri taman sambil membaca buku, menjadikan Taman Beringin sebagai destinasi yang ramah pelajar dan mendukung budaya literasi di tengah masyarakat Medan.
Taman Beringin membuktikan bahwa sebuah ruang publik dapat memiliki fungsi yang multidimensi. Dari sejarah politiknya yang dinamis, perannya sebagai simbol persahabatan internasional, hingga fungsinya kini sebagai pusat literasi warga, taman ini merupakan aset berharga bagi Kota Medan.
Sebagai warga kota, menjaga kebersihan dan fasilitas yang ada di Taman Beringin adalah tanggung jawab bersama. Dengan merawat warisan hijau dan fasilitas pendukungnya, kita turut memastikan bahwa taman ini dapat terus dinikmati sebagai ruang interaksi sosial, edukasi, dan rekreasi yang berkualitas bagi generasi mendatang.


















