12 Daerah di Sumut Tetapkan Status KLB Campak

- Kota Medan memiliki kasus campak tertinggi di Sumut, dengan 1.191 kasus suspek dan 362 kasus terkonfirmasi positif.
- Dinkes Sumut melakukan langkah-langkah seperti penyelidikan epidemiologi, pelacakan kontak erat, dan koordinasi dengan dinas kabupaten/kota.
- Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Sumut baru mencapai 38,66 persen dari target nasional, dengan rendahnya kesadaran masyarakat sebagai faktor penghambat utama.
Medan, IDN Times - Kasus campak di Sumatera Utara menunjukkan peningkatan signifikan sepanjang tahun 2025. Hingga akhir Juli, ratusan anak terinfeksi, bahkan beberapa daerah telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).
Dinas Kesehatan Sumut kini bergerak cepat menangani wabah ini dengan berbagai strategi lintas sektor, meski masih terkendala rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL).
1. Kota Medan posisi satu kasus campak

Dinkes Sumut mencatat sebanyak 1.191 kasus suspek campak hingga 31 Juli 2025. Dari angka tersebut, 362 kasus terkonfirmasi positif campak dan 10 lainnya positif rubella.
Kota Medan mencatat angka tertinggi dengan 159 kasus, diikuti Deli Serdang sebanyak 101 kasus, dan Tebing Tinggi dengan 16 kasus.
"Daerah lainnya meliputi Tapanuli Selatan, Dairi, Padang Lawas, Tapanuli Tengah, Samosir, Padang Lawas Utara, Mandailing Natal, Binjai, dan Pematang Siantar," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sumut, Novita Saragih kepada awak media, Senin (4/8/2025).
2. Kajian epidemologi masih dilakukan
.jpg)
Menghadapi situasi darurat ini, Dinas Kesehatan Sumut tidak tinggal diam. Langkah-langkah seperti penyelidikan epidemiologi (PE), pelacakan kontak erat, hingga penemuan kasus tambahan di sekitar pasien telah dilakukan.
Koordinasi dengan dinas kabupaten/kota, sekolah, serta tokoh masyarakat juga digencarkan. Selain itu, Dinkes juga menerapkan strategi teknis seperti survei cepat komunitas dan penyusunan microplanning untuk pelaksanaan imunisasi tanggap wabah (Outbreak Response Immunization/ORI).
"Strategi juga kami lakukan melalui survei cepat komunitas, kajian epidemiologi, dan penyusunan mikroplanning untuk pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI)," lanjutnya.
3. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap masih rendah, baru 38,66 persen

Rendahnya cakupan imunisasi menjadi tantangan utama. Hingga akhir Juli, Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Sumut baru mencapai 38,66 persen dari target nasional sebesar 58 persen. Namun, capaian itu menempatkan Sumut pada posisi kelima nasional.
Temuan dari penyelidikan epidemiologi menunjukkan bahwa sebagian besar pasien belum pernah mendapatkan imunisasi MR.
"Meski anak yang sudah divaksin tetap bisa tertular, gejalanya biasanya lebih ringan. Ini karena efektivitas vaksin tidak selalu 100 persen, tergantung paparan virus dan daya tahan tubuh," jelas Novita.
Minimnya pengetahuan, rendahnya kesadaran masyarakat, dan hoaks seputar vaksin menjadi faktor penghambat utama. Untuk mengejar ketertinggalan imunisasi, Dinkes kini menjalankan program jemput bola melalui Imunisasi Kejar dan akan melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PENARI) secara serentak pada 4–9 Agustus 2025.
"Kolaborasi semua pihak, termasuk pemda, sekolah, tokoh agama, organisasi masyarakat dan media sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat,” pungkasnya.