Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita Lebaran: Memori Sandal Jepit dan Pembalasan di Idul Fitri

Ilustrasi sandal jepit (unsplash.com/Alexey Demidov)
Ilustrasi sandal jepit (unsplash.com/Alexey Demidov)

Kenangan soal Idul Fitri selalu menyenangkan saat menyelami masa kecil. Saat pikiran belum terbebani bagaimana caranya bisa memenuhi kebutuhan keluarga saat momen lebaran.

Apakah itu untuk beli baju lebaran untuk istri dan anak, Tunjangan Hari Raya (THR) untuk orangtua, anak, para keponakan, dan lainnya. Masih belum dimumetkan dengan pertanyaan 'uang dari mana untuk bawa keluarga liburan?".

Ya, masa kecil adalah masa paling menyenangkan untuk merayakan lebaran. Bersama teman-teman di Medan, Sumatra Utara, lebaran selalu jadi ajang untuk membeli mainan baru. Maklum, saat itulah terkumpul uang THR dari sanak saudara.

Ada juga yang kami cari sendiri dengan botot (jual-jual barang loak). Cerita soal ini ada di artikel "Cerita Ramadan: Tempus Tergiur Duit hingga Modal Beli Kaset Game" sebelumnya.

Selain itu salah satu tujuan untuk menghabiskan uang THR adalah main ke mal atau plaza. Soalnya bisa lihat-lihat kaset game hingga main ding dong (video game arcade). Cukup dengan satu koin seharga Rp500 atau Rp1.000 sudah bisa bermain satu kali. Bagi anak kecil di era 90-an saat itu, sudah jadi momen terbaik menghabiskan waktu di sana.

Ada satu pengalaman yang cukup kami ingat saat momen lebaran. Saat itu kami masih duduk di bangku sekolah dasar. Ceritanya, sebelum Idul Fitri, saya bersama teman-teman sejawat sempat pergi ke sebuah mal saat bulan Ramadan. Tujuannya mau 'ngadem' dari panasnya cuaca. Sekalian main game sekadarnya dari sedikit uang yang kami punya.

Game arcade yang marak di tahun 80an (unsplash.com/@carltraw)
Game arcade yang marak di tahun 80an (unsplash.com/@carltraw)

Hanya saja saat itu ada kejadian kurang mengenakkan. Usai masuk ke mal bernama Perisai Plaza itu (kini sudah tutup permanen), saya bersama 4 orang teman kemudian naik ke lantai paling atas. Di situlah lokasi tempat bermain video game yang kami mau. Tapi alangkah kagetnya kami karena kemudian seorang petuga keamanan menghadang kami.

"Stop, kalian pakai sandal, dilarang masuk. Lihat itu," ujar pria dengan seragam putih biru khas satpam itu. Dia kemudian menunjuk sebuah kertas pengumuman yang persis seperti yang diucapkannya.

Kami kemudian kaget. Kebetulan kami semua memang memakai sandal jepit. Tampilan kami saat itu mungkin terlihat kucel di matanya. Dengan kaos oblong, celana pendek, dan tentunya sandal jepit. Tapi kami bukan gembel. Di kantong kami ada cukup uang untuk membeli koin game.

Perasaan kesal pun hadir. Kenapa ada peraturan yang berbau diskriminasi seperti itu di sebuah pusat perbelanjaan. Apakah orang yang memakai sandal itu mengganggu pengunjung lain? Atau apakah orang yang memakai sandal itu sudah pasti gak punya uang untuk main game?

Meskipun kesal, saat itu kami tak mau terlalu mendebat satpam tadi. Kami tahu dia hanya menjalankan peraturan dan dia tentunya lebih tua. Yang harus bertanggung jawab adalah atasannya, para bos-bos pengelola mal. Kami pun pulang dengan perasaan kecewa.

Tapi setelah momen itu kami berjanji. Kami akan datang lagi saat lebaran nanti. Momen itu pun tiba. Saat Idul Fitri, kami kembali lagi ke sana. Kali ini tampilan kami berbeda. Di kaki kami tak lagi beralaskan sandal jepit, tapi sepatu baru. Lengkap dengan baju dan celana baru. Kami datang dengan pakaian lebaran terbaik. Kalau diistilahkan saat ini 'Outfit of The Day' atau OOTD.

Dengan percaya diri kami melangkah ke mal tersebut. Tentunya juga dibekali dengan uang di kantong. Di pikiran kami, saatnya 'balas dendam' atas peraturan tadi. Kami orang yang sama saat diusir dulu, tapi kini kami boleh masuk hanya dengan style berbeda. Yang mungkin terlihat seakan lebih berduit.

Kami datang sambil memberikan kode saat melintas ke satpam yang mempersilakan kami masuk itu. "Dulu kita diusir gara-gara sandal jepit, sekarang tengok ni sepatu baru. Diusir lagi gak?," kata temanku dengan suara yang sedikit keras dengan maksud agar didengar Pak Satpam. Entah dia ingat atau tidak kepada kami.

Tapi kami seakan puas bisa 'balas dendam' ala anak ingusan. Kami berharap tak ada lagi mal yang menerapkan diskriminasi seperti itu lagi. Semua orang berhak datang ke tempat yang diinginkannya selama tidak mengganggu orang lain.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

Tak Terima Anak Ditampar Guru, Belasan Wali Murid Geruduk SMPN 13 Pekanbaru

16 Sep 2025, 20:00 WIBNews