Kepiting Lunak Bang Naga, Kisah UMKM Inalum dari Batubara Menembus Eropa
Batubara, IDN Times- Dari pesisir Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, kepiting cangkang lunak Edi Irawan Sinaga tak hanya terhidang di meja makan warga lokal. Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) binaan PT Inalum grup MIND ID ini mampu memasarkan kepiting cangkang lunaknya hingga menembus Eropa.
Lokasinya ada di Desa Sukaramai Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara. Saat IDN Times datang berkunjung Selasa (2/9/2025), terlihat pemandangan bak-bak (kolam) tambak tempat penampungan kepiting di area yang cukup luas. Salah seorang pekerja terlihat melakukan proses pemisahkan kepiting.
Bang Naga menyapa ramah. Begitu Irawan biasa dipanggil, sesuai panggilan marganya Sinaga. Nama usahanya pun dilabeli Kepiting Lunak Bang Naga.
Lahir dari keluarga nelayan, sejak kecil Bang Naga sudah akrab dengan budidaya ikan hingga udang. "Orangtua saya nelayan, jadi sejak kecil sudah melaut. Waktu SMP sudah pelihara udang, kerapu. Hobinya budidaya. Semua sudah dicoba air payau, air tawar, tapi yang cepat putarannya untuk keluarga ya kepiting ini," kata Naga mengawali cerita.
Awalnya hanya mengandalkan hasil tangkapan sebagai nelayan
Awalnya Naga hanya menjualnya dengan jumlah yang sedikit berdasar hasil tangkapan sebagai nelayan. Dengan permintaan yang semakin banyak, dia mulai melakukan budidaya.
"Cangkang lunak ini sebelumnya hasil dari alam. Hanya beberapa saja dapat, itulah rezekinya yang dibawa pulang. Rata-rata pun dapatnya sering cangkang keras. Jadi karena ada permintaan itulah coba saya kembangkan," tambah pria berusia 43 tahun itu.
Berbeda dengan cangkang kepiting yang biasanya keras, kepiting lunak bisa dimakan seluruh tubuhnya dari ekor hingga kepala. Biasa disebut juga dengan Kepiting Soka alias Soft Karapas atau soft-shell crab.
Bibit yang diambil Naga adalah kepiting yang akan mengalami pertumbuhan anggota tubuh dari capit, tangan dan kaki hingga pergantian kulit. Kemudian dimasukkan dalam kolam persalinan dan menunggu proses pergantian kulit seara alami selama 15-40 hari. Kepiting muda dan cangkang lunak itu kemudian dibungkus dengan dimasukkan lemari pendingin hingga beku dan kemudian dipasarkan.
Secara bertahap, Naga pun mulai melakukan budidaya. Untuk bibitnya dia dapatkan dari nelayan yang datang untuk menjual kepadanya. Tak hanya dari pesisir Batubara, tapi juga lintas kabupaten.
"Sebelumnya sekitar 2009 mulainya. Untuk lokasi yang di sini sudah jalan 5 tahunan. Masuk bibitnya setiap hari. Untuk 45-50 hari satu siklus selesai pengisian (ke kolam persalinan), tapi gak sekaligus panen," beber Naga.
Di balik majunya usaha Bang Naga, ada peran PT Inalum. Hingga kini, perusahaan peleburan aluminium milik negara itu menaruh perhatian kepada perkembangan usaha kepiting ini. Keterkaitan Bang Naga dengan Inalum juga sudah terjalin sejak lama. Sebelum budidaya kepiting, ia mengaku sudah mendapat bantuan dari Inalum.
"Lokasi kami kan gak jauh dari Inalum. Mereka selalu perhatikan kita. Tahun 2019 mulai kerja sama. Tapi sebelum itu, saat saya sempat jadi petani sudah dibantu. Mereka bantu apa yang kami butuhkan seperti peti pendingin, alat-alat budidaya lainnya seperti kincir air dan lainnya," ucapnya.
Menurutnya dirinya tak pernah meminta patokan anggaran yang diminta. Namun, Inalum selalu menyediakan hal yang dibutuhkan. “Seperti kanopi ini, saya yang mulai. Kemudian Inalum bilang lanjutkan saja dan mereka fasilitasi,” ungkapnya.
Kini dengan semakin berkembangnya kepiting lunak Bang Naga tak hanya pasar domestik yang disentuh, namun hingga luar negeri. Selain reseller, ada perusahaan yang menampung kepiting lunaknya untuk dipasarkan ke luar negeri.
"Pasarnya ada reseller. Selain itu masuk ke PT (perseroan terbatas) lalu disalurkan ke pasar Eropa. Kalau pengirimannya tergantung, karena kita juga tidak pemodal besar kan. Sesuai putarannya saja. Satu pekan bisa dua kali pengiriman," ucap Naga.
Berbeda dengan China yang suka kepiting yang fresh, pasar Eropa meminati kepiting yang frozen atau beku. Hal itu yang membuat kepiting Bang Naga bisa sampai ke sana. Dia bisa meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah. Bang Naga juga mampu memberdayaka pekerja dari warga sekitar.
"Saya jual berbagai grade, dari A sampai C semua ada. Harapannya ke depan lebih luas lagi pasarnya," katanya.
PT Inalum sendiri memang punya fokus dalam pengembangan UMKM di wilayah operasinya baik. Head of Corporate Communication PT Inalum Utrich Farzah mengatakan pengembangan UMKM tidak hanya sebatas pemberian bantuan, tetapi dirancang berkesinambungan agar UMKM naik kelas, lebih mandiri, dan berdaya saing.
"Hingga kini, lebih dari 500 UMKM binaan telah merasakan manfaat dengan peningkatan pendapatan rata-rata 20–30 persen serta turut menciptakan lapangan kerja baru, bahkan sebagian sudah mampu menembus pasar nasional," kata Utrich saat dihubungi Rabu (3/9/2025).
Dalam kurun waktu hingga 2025, Inalum telah menyalurkan ratusan program keberlanjutan, mulai dari penyediaan modal kerja bersama Bank BRI, dukungan peralatan usaha, pelatihan keterampilan, hingga promosi produk melalui pameran nasional dan platform digital.
"Program ini telah menjangkau ribuan masyarakat di 11 kabupaten/kota, khususnya di Batubara dan Toba, sehingga menghadirkan dampak nyata bagi ekosistem ekonomi lokal.Dengan langkah-langkah ini, Inalum bukan hanya hadir sebagai pelaku industri, tetapi juga mitra masyarakat dalam membangun ekonomi lokal yang berdaya saing dan berkelanjutan," pungkasnya.