Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jalan Terbuka Menuju Swasembada Aluminium Nasional

Seorang pekerja mengendarai forklift mengangkut ingot yang diproduksi PT Inalum di Smelter Kuala Tanjung, Batubara, Selasa (2/9/2025) (IDN Times/Doni Hermawan)
Seorang pekerja dengan mengendarai forklift mengangkut ingot yang sudah dicetak di Smelter PT Inalum Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, Selasa (2/9/2025).Dengan hilirisasi produksi Inalum meningkat menjadi 274 ribu ton aluminium. (IDN Times/Doni Hermawan)

Medan, IDN Times- Program hilirisasi yang digaungkan pemerintah sejak beberapa tahun terakhir terus digeber. Bahkan saat ini ada beberapa progres positif sudah terlihat. Terutama kolaborasi para anggota holding pertambangan MIND ID. 

PT Inalum (persero) ujung tombak dalam industri aluminium nasional salah satunya. Mulai berdirinya sejumlah proyek strategis seperti Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) 1 kolaborasi dengan PT Antam di Mempawah, Kalimantan Barat tak dipungkiri meningkatkan kapasitas produksi.

Kolaborasi Inalum dengan saham 60 persen dan PT Antam 40 persen menjadi PT Borneo Alumina Indonesia ini sudah melakukan pengiriman pertama dalam bentuk trial shipment sebanyak 21 ribu MT alumina pada 21 April 2025 lalu. Smelter Inalum di Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara sudah menerima pengiriman pertama yang menjadi sejarah awal hilirisasi dari bijih bauksit ke alumina.

Grup Head Business Development PT Inalum Al Jufri mengatakan Indonesia adalah negara dengan cadangan bauksit nomor 6 di dunia dengan jumlah 3,6 miliar ton (data 2024). Tentunya ini jadi modal besasr untuk kontribusi alumina sendiri. Terutama di Kalimantan Barat yang saat ini dijadikan lokasi SGAR.“Bisa digunakan sampai lebih dari 30 tahun,” kata Al Jufri di Medan, Kamis (27/8/2025).

 Dia merincikan 6 ton bauksit bisa dikonversi menjadi 2 ton alumina dan kemudian 1 ton aluminium. Al Jufri mencontohkan, sebelum tahun 2020, Inalum ketergantungan dengan impor.

“Dulu kita tambang bauksit lalu kita ekspor, harganya 40 dollar per ton. Kemudian kita impor aluminium yang harganya 2.800 dollar. Bisa dibayangkan berapa kali lipat itu kerugiannya,” ucap Jufri.

Maka, upaya hilirisasi menurutnya jadi jalan terbaik untuk mewujudkan mandatory yang diamanahkan Presiden Prabowo Subianto dalam Asta Citaya kepada holding MIND ID. Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri. Maka, misi besar Inalum saat ini adalah mewujudkan swasembada aluminium.

Al Jufri mengungkap, saat ini pangsa pasar domestik masih dikuasai Inalum 46 persen. Artinya ada pekerjaan rumah sebanyak 54 persen lagi agar Inalum bisa mengurangi ketergantungan impor untuk memenuhi kebutuhan aluminium domestik.

Seorang pekerja mengendarai forklift mengangkut ingot yang diproduksi PT Inalum di Smelter Kuala Tanjung, Batubara, Selasa (2/9/2025) (IDN Times/Doni Hermawan)
Seorang pekerja mengendarai forklift mengangkut ingot yang diproduksi PT Inalum di Smelter Kuala Tanjung, Batubara, Selasa (2/9/2025) (IDN Times/Doni Hermawan)

Namun Inalum ada di trek yang benar dan jalan terbuka menuju swasembada aluminium nasional dengan perwujudannya kolaborasi tersebut. Sejak berada di bawah holding MIND ID, PT Inalum memang punya ruang untuk bereksplorasi.

Maka, kapasitas produksi yang sebelumnya mentok di angka 250 ribu ton pun perlahan meningkat. Dari data tahun 2024, Inalum sudah mampu meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 274.230 ribu. Meningkat 27,6 persen year on year dari tahun 2023 sebesar 214.883 ton dan 223.774 ton.

Penjualan juga meningkat signifikan. Pada 2024, Inalum menjual 276.381 ton atau 25,6 persen dari tahun 2023.Inalum mampu membukukan revenue hingga 716.987 ribu USD. Dari data Desember 2024, Inalum disebutkan mencatat rekor pencapaian All-Time High Supply Chain & Commercial Management, dengan penjualan aluminium tertinggi sebesar 263.195 metric ton (MT).

Dengan impor saat ini 750 ribu ton per tahun (data Inalum Mei 2025), perusahaan plat merah sejak 2013 itu kini sedang mengejar gap tersebut. Jalan terbuka dengan akan beroperasinya 100 persen SGAR September 2025.

“Hilirisasi adalah ide yang sangat bagus. Perlu disupport. Kapasitas produksi inalum harus ditingkatkan jauh lebih besar untuk swasembada yang menjadi mandatory. Sebelum 2024 kita beli alumina dari luar, mayoritas impor. kita beli sekarang domestik. 50 persen berhasil. Insya Allah 100 persen di bulan depan. karena PT BAI akan beroperasi secara komersil bulan depan. Jadi sudah selesai ketergantungan impor kita,” tambah Al Jufri.

Beberapa proyek lain pun dikebut untuk peningkatan kapasitas produksi. SGAR Mempawah fase II sedang direncanakan. Nantinya akan berkapasitas 1-2 jta ton alumina. Proyek ini masih kerja sama Inalum dengan Antam yang diproyeksikan tuntas 2028.

Satu proyek lainnya adalah Smelter baru aluminium yang juga diproyeksikan tuntas pada 2028. Smelter ini akan berkapasitas 600 ribu ton. “Kita berencana buat smelter aluminium di Mempawah. Jadi ada tambang bauksit, jadi alumina, dan langsung diintegrasi jadi aluminium,” ucapnya.

 Rantai pasok dari hulu ke hilir ini dikerjakan ntuk kebermanfaatan sebesarnya untuk masyarakat Indonesia. “Mulai dari pengusaha hingga masyarakat akan merasakan dampaknya. Seperti tersedianya lapangan kerja,” tambahnya.

MIND ID menargetkan peningkatan kapasitas produksi aluminium nasional dari 274 ribu ton (KTPA) per tahun menjadi 900 ribu ton pada 2029. Ada waktu empat tahun bagi Inalum untuk menggeber produksi.

"Grup MIND ID berkomitmen untuk menjadi penggerak hilirisasi aluminium terintegrasi guna memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen aluminium dunia, dan mampu berdaulat dalam mendukung industri manufaktur sekaligus mengurangi ketergantungan impor,” kata Direktur Utama MIND ID Maroef Sjamsoeddin saat meninjau di Mempawah, 24 Juli 2025 lalu.

Menurutnya ini langkah nyata menuju kemandirian industri material strategis. Apalagi aluminium jadi tulang punggung industri masa depan dengan digalakkannya penggunaan kendaraan listrik.

_ON_9911.JPG
Seorang pekerja memasukkan alumina ke tungku untuk diproduksi menjadi aluminium di Smelter PT Inalum Kuala Tanjung, Batubara, Selasa (2/9/2025) (IDN Times/Doni Hermawan)

Inalum saat ini juga menjalin kolaborasi dengan beberapa anggota MIND ID dan perusahaan BUMN lain. Seperti Industrial Baterai Indonesia (IBI) gabungan dari Inalum, Antam, Pertamina dan PLN. Ada juga Sinergi Mitra Lestari (SML), gabungan dari Inalum, Antam, Timah dan Bukit Asam. Untuk secondary aluminium, Inalum sudah membangun Indonesia Aluminium Alloy (IAA) yang lokasinya di area pabrik smelter Kuala Tanjung.

Semua upaya itu juga tentunya didukung dengan penggunaan energi hijau. Sejak awal berdiri tahun 1976, Inalum sudah menggunakan energi terbarukan. Head of Corporate Communicatio PT Inalum Utrich Farzah mengatakan hingga akhir 2024, sebanyak 99,31 persen dari total energi yang digunakan Inalum berasal dari energi terbarukan dengan sumber utama dari dua unit PLTA di Sungai Asahan. Energi ini menjadi tulang punggung operasional di Pabrik Peleburan Kuala Tanjung, memperkuat komitmen perusahaan dalam mendukung transisi energi berkelanjutan.

Selain itu Inalum memanfaatkan bahan bakar minyak (BBM) dan gas untuk proses pemanggangan anoda, pencetakan aluminium, serta operasional pabrik peleburan. Dibanding tahun 2023, penggunaan energi terbarukan pada tahun 2024 terjadi peningkatan yaitu dari 12.778.887 Gigajoule (GJ) pada tahun 2023 menjadi 16.339.725 GJ pada tahun 2024.

“Peningkatan ditopang oleh kenaikan jumlah penggunaan natural gas. Realisasi penggunaan energi ini merupakan komitmen perusahaan dalam menciptakan manufaktur industri pertambangan berkelas dunia yang ramah lingkungan dan sesuai dengan semangat Net Zero Emission 2030 dan SDG's 2030,” kata Utrich.

Sementara ekonom asal Sumatra Utara Gunawan Benjamin mengatakan, nilai tambah hilirisasi ini akan sangat mendukung industri nasional. Dengan kolaborasi antar anggota holding MIND ID, akan meningkatkan peluang untuk menuju swasembada aluminium.

“Nilai tambah hilirisasi bukan hanya soal menekan bahan baku impor yang besar. Tetapi ada multiflier effect yang besar. Hilirisasi ini kita harapkan mendorong tumbuhnya industi turunan seperti otomotif, konstruksi hingga energi terbarukan. Jika konsistensi kebijakan dan investasi terjaga, Indonesia berpeluang menjadi pemain penting bukan hanya memperkuat kemandirian dalam negeri, tetapi juga dalam rantai pasok aluminium global,” kata Gunawan kepada IDN Times, Kamis (4/9/2025).

Selain itu efek hilirisasi diharapkan juga membangun industri yang bisa menyentuh hingga masyarakat. "Dampak pembangunan SGAR dan smelter baru akan terasa lewat lapangan kerja ribuan orang dan tumbuhnya UMKM penunjang industri. Kalau tata kelola lingkungannya kuat, maka hilirisasi memberi pertumbuhan ekonomi yang kuat," pungkasnya.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

5 Cara Menjaga Kaca Mobil Tetap Bening saat Musim Hujan

05 Sep 2025, 10:40 WIBNews