Perjuangan Rohayati, Mendigitalisasi UMKM Demi Bangkit di Masa Pandemi

Rohayati memberdayakan perempuan di sekitar rumah

Medan, IDN Times – Usaha Mikro Kecil Menengah Medan Tuntungan (UMKM MTT) berhasil memasukkan produknya ke beberapa swalayan besar di Kota Medan. UMKM MTT kini memiliki lebih dari 80 anggota perempuan yang memproduksi berbagai jenis kerajinan dan kuliner, hingga meraih omzet lebih dari Rp20 juta per bulan.

Didirikan tahun 2014 oleh seorang ibu rumah tangga bernama Rohayati.

Awalnya hanya mengajarkan menjahit para tetangga dan membantu memasarkan produk tape, kini Rohayati berhasil mendirikan sentra UMKM MTT di halaman rumahnya dan memasarkannya secara digital lewat website, e-commerce, dan GoFood.

Yuk simak kisah perjuangan Rohayati:

Perjuangan Rohayati, Mendigitalisasi UMKM Demi Bangkit di Masa PandemiGaleri UMKM Medan Tuntungan (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Rohayati berkisah, awalnya ia duduk di dekat penjual tape. Selama satu jam ia melihat ada beberapa tukang kredit yang datang silih berganti menagih pembayaran. Ia pun merasa kasihan, untuk pelaku usaha kecil seperti ini bagaimana mau membaik ekonominya jika terus berurusan dengan ‘lintah darat’ atau tukang kredit yang memberi bunga sangat tinggi.

Akhirnya ia mencoba membantu memasarkan tape milik pedagang tersebut. Sebagian besar tetangga dan warga kampung Rohayati adalah pembuat dan penjual tape yang sudah turun-temurun.

Guru Prakarya di satu SMP Kota Medan ini juga mengajari penjahit di sekeliling tempat tinggalnya. Semua produk tape, tas hasil jahitan, dan lain sebagainya ia kumpulnya dan dipasarkan. Semua anggota koperasinya saat ini adalah perempuan di sekitar rumah.

“Awalnya UMKM ini dari jahit menjahit, lali sekarang jadi kuliner yang paling banyak. Kenapa perempuan? Saya berpikirnya perempuan sekarang banyak diam di rumah, kalau suami sakit ga bisa belanja dan perekonomian terganggu. Jadi saya inisiatif mengajak perempuan agar punya penghasilan dan bekerja dari rumah,” ujar Rohayati kepada IDN Times pertengahan Maret 2022 lalu.

Selain itu, ia ingin menjauhkan para pelaku UMKM dari tukang kredit harian atau lintah darat yang mematok bunga tinggi dan mengutip pembayaran harian.

“Para perempuan ini perempuan tangguh, tetapi mereka berutang dengan kredit harian, sehingga penghasilannya tidak kelihatan, habis-habis membayar ke tukang kredit saja,” ungkap perempuan 45 tahun ini.

Perlahan-lahan produk UMKM MTT makin banyak. Kini tercatat ada lebih dari 50 jenis produk kuliner dan kerajinan tangan. Seperti tape, keripik, kerajinan tangan kriya, rajut, dan jahit, minyak karo, rempah, jahe merah, tas, bakso frozen, tape, dimsum, dan aneka camilan lain.

Awalnya produk hanya pajang di rumahnya, kini tidak muat lagi. Akhirnya Rohayati berpikir untuk merenovasi halaman rumahnya menjadi sentra UMKM. Ia juga menjual produk UMKM lewat media sosial, website UMKM MTT, dan GoFood.

Perjuangan Rohayati mendapat perhatian dari BRI. Ia mendapat bantuan untuk merenovasi sentra UMKM MTT.

“Awalnya BRI cari UMKM perempuan dan kebetulan semua anggota UMKM kami adalah perempuan sehingga berlanjutlah pembicaraan. Nah, pelebaran bangunan UMKM MTT ini 50 persen dibantu oleh BRI, bukan pinjaman ke BRI. Alhamdulillah UMKM MTT bisa diperbaiki seperti sekarang,” jelas ibu tiga anak ini.

Berkat digitalisasi yang dilakukan, kini produk UMKM MTT sudah dikenal luas. Terlebih di masa pandemi COVID-19, pembeli tak perlu lagi datang langsung ke sentra UMKM, cukup memesan secara online. Yaitu melalui website UMKM Medan Tuntungan dan melalui GoFood.

Awalnya produksinya hanya jahitan, kini produk kulinernya jadi favorit. Tape dan Keripik Pisang Balado jadi produk terlaris.

Lalu beberapa waktu yang lalu, Camat Medan Tuntungan bersama Pemko Medan membantu memperkenalkan produk-produk UMKM MTT ke swalayan-swalayan. Berbuah manis. Kini produk dari UMKM MTT dipasarkan di Swalayan Brastagi Medan di antaranya tape, keripik pisang balado, keripik pisang ori, rempeyek teri, dan talas.

Dulu omzetnya hanya sekitar Rp4 jutaan per bulan, kini bisa meraih omzet lebih dari Rp20 juta per bulan.

“Suatu kebanggan juga bagi kita. Dulunya warga di sini secara turun-temurun hanya menjual tape di kaki lima. Kini produk UMKM MTT sudah naik kelas dan dipasarkan di swalayan besar. Harapan kami produk-produk yang lain juga bisa naik kelas,” katanya.

Ia juga mengajak para pelaku UMKM lain di Medan Tuntungan untuk bergabung. Caranya sangat gampang. Jika kuliner, harus enak dan layak dijual, sedangkan untuk produk pakai memang produknya harus bagus dan layak dijual.

Rohayati tidak ingin sembarangan menerima anggota. Ia akan menyeleksi terlebih dahulu produk UMKM yang dihasilkan sebelum bisa bergabung dengan UMKM MTT.

Selain itu, jika anggota kekurangan bahan untuk produksi, makan akan dibantu oleh UMKM dan hasil penjualan akan dipotong untuk UMKM.

“Tujuan saya hanya untuk mendongkrak ekonomi mereka, kita beri kebutuhan misalnya butuh minyak untuk produksi, mereka utang bahan, lalu potong setelah masuk orderan,”

Ia berharap UMKM MTT ini bisa menular ke kecamatan-kecamatan lain di Kota Medan. Sehingga geliat UMKM bisa tumbuh subur dan membantu perekonomian para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang ada di Kota Medan.

Baca Juga: Honda Berikan 20 Motor Listrik untuk Operasional KTT Presidensi G20

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya