UMKM Ramah Lingkungan Harus Digeber Jadi Gaya Hidup

Peran perguruan tinggi sangat penting

Medan, IDN Times – Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia. UMKM  dinilai sebagai cara yang efektif untuk mendongkrak kesejahteraan.

Di masa pandemik COVID-19, 94 persen UMKM terpukul. Namun perlahan kembali bangkit di era new normal.

UMKM menyediakan hampir 90 persen dari total lapangan kerja. Dengan banyaknya pelaku UMKM mencapai  62 juta atau 98 persen total pelaku ekonomi. Pada masa pra pandemi, UMKM menyumbang 60,34 persen dari total PDB nasional,” kata Ellyna Chairini saat menjadi narasumber program Pengabdian Masyarakat (Pengmas) yang diselenggarakan oleh Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL), Universitas Indonesia, Sabtu siang (26/12/2020).

1. UMKM ramah lingkungan mulai dilirik jadi gaya hidup

UMKM Ramah Lingkungan Harus Digeber Jadi Gaya HidupPexels

Meskipun belum banyak, sejumlah UMKM mulai memerhatikan soal ramah lingkungan. Ini justru langkah baik bagi peletarian lingkungan jika terus diikuti. Tren UMKM ramah lingkungan juga terus dilirik. Khususnya pada konsumen millennials.

“UMKM yang ramah lingkungan meliputi beberapa hal, antara lain, pertama Eco friendly material (bahan baku ramah lingkungan) mudah terurai, tidak beracun, aman untuk kesehatan organik, tidak ada/sedikit limbah, hindari bahan sekali pakai tapi bisa reuse oleh konsumen tanpa menurunkan kualitas. Kedua Eco friendly proses produksi (energi listrik, air, transpot, kemasan, penataan gudang). Ketiga,  Eco friendly delivery dan pemakaian oleh konsumen (tren gaya hidup di kota-kota besar—brand bisnis),” ujar Ellyna.

Baca Juga: Duo ART di Ikatan Cinta, 10 Adu Gaya Ayya Vs Chika di Dunia Nyata

2. Kemasan plastik menjadi penyumbang besar sampah nasional

UMKM Ramah Lingkungan Harus Digeber Jadi Gaya Hidupilustrasi sampah (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Selama ini, dalam membangun UMKM, tampilan kemasan dan logo memang menjadi daya tarik untuk konsumen. Namun acapkali menafikkan soal dampaknya terhadap lingkungan. Kemasan khususnya plastik menjadi salah satu penyumbang besar sampah nasional.

 “Menurut data KLHK pada 2019, total sampah nasional 175 ribu ton/hari atau 0.7 kg/orang/ hari. Sebanyak 15 persen sampah plastik umumnya dari makanan minuman, kemasan consumer goods, kantong belanja,” ungkapnya.

3. Perguruan tinggi harus terjun mengawal UMKM ramah lingkungan

UMKM Ramah Lingkungan Harus Digeber Jadi Gaya HidupPexels.com/Porapak Apichodilok

Membuang sampah rumah tangga dianggap  bukan solusi melindungi lingkungan dari kerusakan. Potensi kerusakan lingkungan menjadi lebih besar.

 “Dampak sampah organik juga banyak seperti, menimbulkan penyakit, menambah gas metana dan menimbulkan efek rumah kaca. Begitu pula dengan sampah anorganik yang dapat menyebabkan pencemaran air sungai dan laut, pencemaran tanah, serta sulit terurai,” ujar Founder ‘Demi Bumi’, Jessica Halim.

Saat ini. Tim Pengmas terus berupaya melakukan penyadaran lewat pelatihan dan kompetisi UMKM bertema ramah lingkungan. Hal ini menjadi salah satu cara memberikan cara pandang baru untuk UMKM ramah lingkungan.

“Saya rasa perlu pengabdian masyarakat ini dilaksanakan supaya para pelaku UMKM sudah harus mulai mempraktekkan prinsip lingkungan meski di tengah kondisi serba sulit seperti saat ini, namun tanggung jawab kepada lingkungan tetap menjadi prioritas,”  ujar Ketua Pengmas UI Herdis Herdiansyah.

Baca Juga: Bikin Pangling, 10 Potret Asli Kiki Pembantu Aldebaran di Ikatan Cinta

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya