Kisruh Pemilu 2019, Pengamat: Kita Sudah Kehilangan Para Negarawan

Medan, IDN Times - Pemilu 2019 berbuntut pada kekisruhan politik yang juga menimbulkan kerugian kepada masyarakat. Pemilu kali ini menambah panjang catatan masih buruknya demokrasi di Indonesia.
Menjadi sorotan penting, jika kontestasi politik berimbas kepada perpecahan masyarakat. Di mana para negarawan yang harusnya hadir sebagai patron untuk memberikan kesejukan.
Pengamat sosial politik Dadang Darmawan Pasaribu memberikan pandangannya terkait kisruh politik yang terjadi. Dia cuma berharap, demokrasi di Indonesia bisa kembali kepada Pancasila sebagai ideologi bangsa.
1. Indonesia sudah kehilangan para negarawan
Dadang Darmawan mengatakan, di tengah kekisruhan politik, Indonesia banyak kehilangan sosok tokoh bapak bangsa. Kondisi ini sudah terjadi beberapa tahun belakangan.
“Kita kehilangan para negarawan, sehingga praktis, apapun situasi yang berkembang dalam konteks politik dan lainnya tidak ada penyeimbang dan tidak ada narasi-narasi yang menyejukkan memberi ketenangan ditengah masyarakat,” kata Dadang Rabu (22/5).
Mantan Ketua Umum Badko HMI Sumut itubjuga berpendapat, saat ini elit politik dan pengamat serta para tokoh malah ikut terbelah menjadi dua bagian. Terikut dalam pusaran kontestasi politik.
“Dalam kekosongan ini, negarawan yang sebetulnya kita harapka,” ujarnya.
Baca Juga: [BREAKING] Azan Magrib, Massa Aksi Buka Puasa di Depan Kantor Bawaslu
2. Politik Indonesia menemui jalan buntu
Saat ini, situasi politik sudah menemui jalan buntu. Tuntutan yang saat ini disuarakan oleh masyarakat tidak bisa disahuti secara politis oleh pemerintah mau pun oleh penyelenggara Pemilu.
“Faktanya begini, kubu 02 (Prabowo-Sandiaga) ini selalu narasinya meminta adanya keadilan dan penghentian kecurangan. Dan itu direspon sebaliknya oleh KPU atau pun Bawaslu secara hukum. Tidak ada upaya yang lebih maju ketimbang langkah hukum yang diminta KPU atau Bawaslu,” terangnya.
Bagi Dadang, ini yang dianggap menjadi salah satu penyebab masalah dalam kontestasi politik.
“Akhirnya semua tidak terjawab dan 02 akhirnya membuat langkah langkah politik, seperti aksi massa dan sebagainya. Kalau ini bisa diseriusi semua pihak, kita semua harus berupaya mencari jalan keluar. Kita harusnya memberi keleluasaan kepada 02, karena yang saya tangkap semua permasalahaan ini akan diajukan ke Mahkamah Konstitusi. Oleh karena itu semua pihak harus memberi jalan dan pembuktian,” jelasnya.
3. Media sosial jadi ring tinju para provokator, rakyat jadi korbannya
Dadang juga menyampaikan kritik terhadap kondisi media sosial yang sudah tidak sehat lagi. Menurut akademisi USU ini, Medsos hanya menjadi ring tinju para provokator.
“Banyak pihak sudah memperkeruh jagad maya kita. Karena hampir bisa dikatakan, narasi kebencian, peperangan wacana paling parah hari ini di Media sosial. Semua pihak harus mendinginkan ini,” tukasnya.
“Pihak yang menang harus menahan diri. Karena ini baru pengumuman bukan ketetapan dari KPU,” ujarnya.
4. Harus ada penyeimbang wacana untuk mencegah kerusuhan massal
Kisruh politik, kata Dadang akan semakin meluas jika tidak ada penyeimbang dari semua wacana yang digulir. Kebijakan para negarawan dan para tokoh publik sangat dibutuhkan saat ini untuk mengimbangi wacana yang ada.
Potensi kisruh politik bisa saja terjadi karena upaya yang dilakukan kubu 02 selama ini belum mendapatkan respon signifikan dari para penyelenggara.
“Media sosial juga turut memperkeruh dan kita dihadapkan berita-berita yang tidak diketahui juntrungannya seperti apa. Dan itu memancing kita, yang buahmya kita petik hari ini,” katanya.
5. Fanatisme tidak baik untuk kehidupan bermasyarakat
Dadang juga melihat, kondisi politik saat ini bercampur dengan fanatisme yang tinggi. Para pendukung kedua kubu gelap mata melihat dinamika politik yang ada.
Fanatisme juga yang mengancam runtuhnya persatuan di tengah masyarakat. Dadang pun mengimbau agar masyarakat tidak terikut-ikut dengan fanatisme buta yang saat ini terjadi.
“Kita berharap masyarakat bisa tenang. Harus bisa lebih sabar melihat situasi ini. Jangan membawakan fanatisme. Walau pun kita tahu, pancingan emosi kita, provokasi di media sosial sangat luar biasa m. Dan itu bisa memancing keruh di tengah masyarakat,” pungkasnya.
Baca Juga: [BREAKING] Massa Aksi Janji Tertib, Kawat Berduri di Bawaslu Dibuka