Cerita Marilyn Rifani, Mendirikan Yayasan untuk Anak Tuna Netra

Low vision bukan hambatan untuk raih pendidikan

Medan, IDN Times - Tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat bukan menjadi sebuah akhir dari kehidupan. Tapi awal dari kehidupan kita untuk berjuang. Kata seperti itu dilontarkan oleh Gadis berusia 28 tahun.

Ia bernama Marilyn Lie, yang telah mendirikan yayasan Dwituna Netra dan saat ini anak yang telah mendaftar sudah ada 7 orang dengan masing-masing memiliki maslaah pada mata. Dirinya juga pernah mendapatkan sejumlah prestasi cerdas cermat matematika.

”Awal saya membangun yayasan itu adalah saat saya tahu jati diri saya sesungguhnya tuna netra,” ucapnya.

1. Low vision bukan hambatan untuk raih pendidikan

Cerita Marilyn Rifani, Mendirikan Yayasan untuk Anak Tuna NetraIDN Times/ Instagram @ypd_harapanbaru

Penglihatan yang tak normal dialaminya sejak Sekolah Dasar. Namun, ia tak menghiraukan mata dengan penglihatan “low vision”. Baginya tak ada yang dapat menghambat pendidikan sekalipun pada penglihatan yang dialaminya.

“Saya sempat merasa aneh sama mata dulu waktu sekolah, tapi gak saya hiraukan. Pernah dapat nilai jelek karena tidak terlalu nampak hurufnya,” jelas Marilyn.

2. Orangtua Marilyn lama ketahui dirinya miliki low vision

Cerita Marilyn Rifani, Mendirikan Yayasan untuk Anak Tuna NetraIDN Times/ Dok. Istimewa

Marilyn menjelaskan bahwa matanya dikarenakan ada kotoran saat masih balita dan dibiarkan begitu saja. Sehingga menjadi hambatan untuk melihat.

“Saya pernah dipukuli sama orangtua karena katanya bandal, padahal itu saat saya merasa ada penglihatan yang mengganjal,” jelasnya.

3. Dirikan yayasan untuk anak keterbelakangan mental dan tuna netra

Cerita Marilyn Rifani, Mendirikan Yayasan untuk Anak Tuna NetraIDN Times/ Instagram @ypd_harapanbaru

Dirinya memiliki niat tulus ingin membantu anak yang kondisinya sama sepertinya. ”Akhirnya saya bersepakat dengan teman lainnya untuk membuat kursus pada anak seperti kami,” jelasnya.

Saat ini ia berhasil mendirikan sebuah yayasan khusus anak tuna netra dan memiliki keterbelakangan mental yang berada di Jalan Yos Sudarso Medan.

Baginya, semua anak tidak boleh dibedakan. “Saya berharap orang-orang tidak membedakan anak seperti kami ini, karena mereka juga tidak menginginkannya,” tuturnya.

Baca Juga: Untuk Kamu Freelancer, Ini 5 Cara Atur Waktu dan Keuangan 

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya