TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bom Waktu Hilangnya Mangrove Pantai Timur Sumatra

Jika mitigasi tidak dilakukan, manusia merugi

Sejumlah anak-anak bermain di antara makam yang terendam banjir di kawasan Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Kamis (19/5/2022). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Medan, IDN Times – Medan Belawan mengalami bencana banjir rob terburuknya sepanjang sejarah. Medio Mei 2022, banjir merendam enam kelurahan di Kecamatan yang ada di pesisir Timur Sumatra itu.

Medan Belawan, hanya satu  dari  banyak daerah di Indonesia yang terendam karena banjir rob. Kerusakan lingkungan menjadi pemicu utama. Penyebabnya, mulai dari buruknya tata ruang hingga masifnya pembangunan industri di kawasan Kota Medan bagian Utara itu.

Sejumlah warga yang menjadi korban banjir rob juga menguatkan semakin parahnya rob. Ketinggian pasang muka air lebih dari satu meter. Bencana banjir rob ini membuat perekonomian masyarakat terganggu. Kemiskinan menjadi ancaman. Ibarat menunggu bom waktu  yang suatu  saat bisa saja meledak.

Baca Juga: Potret Banjir Rob Belawan 2022, Terparah Sepanjang Sejarah

1. Hilangnya lahan mangrove berbuah dampak buruk

ilustrasi penanaman mangrove (ANTARA FOTO/Akbar Tado)

Berbagai analisis dari para peneliti ekologi menyebut jika bencana banjir rob diakobatkan oleh hilangnya lahan mangrove secara masif. Onrizal, pakar Kehutanan USU yang memberi perhatian serius pada mangrove juga membenarkannya.

Penelitian Onrizal di Medan Belawan menyebut, ekosistem bakau di kawasan Medan Belawan hanya tersisa 10 persen. Degradasi luas kawasan mangrove di sana sudah terjadi dalam 30 tahun terakhir.

“Kawasan mangrove banyak dikonversi. Baik menjadi tambak, permukiman, dan lainnya. Di sisi lain juga ada laju industrialisasi.  Ada pengambilan air tanah, vegetasinya hilang, secara alami tanahnya turun atau mengalami subsidensi (Land Subsidence). Sehingga dengan posisi relatif air laut tidak naik saja, ketika pasang, sering  terjadi rob. Karena tanahnya turun. Jadi dengan pasang yang memang sama, sekarang sudah tenggelam. Bentengnya mangrove, sudah hilang,” kata Onrizal.

2. Laju perubahan iklim memperparah kondisi

Dua orang anak terlihat mandi menggunakan air dari banjir rob yang merendam kawasan Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Kamis (19/6/2022). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Selain hilangnya kawasan mangrove, laju perubahan iklim secara global juga memberikan kontribusi terhadap meningkatnya intensitas banjir rob.

“Mangrove rusak itu tadi. Harusnya mampu menyimpan karbon, sekarang lepas. Sehingga meningkatkan emisi gas rumah kaca, sehingga semakin berat perubahan iklimnya,” katanya.

Onrizal mendorong pemko Medan untuk melakukan kajian lebih serius lagi. Memberikan solusi jangka panjang, sehingga bisa meminimalisir dampak buruk hilangnya mangrove.

Onrizal mengkritisi soal rencana pembuatan tanggul oleh pemerintah. Dia mempertanyakan soal efektivitas tanggul menahan laju banjir rob.

Pembangunan langkah yang diambil pemerintah dengan membangun tanggul adalah solusi yang mahal. Menurut onrizal, yang harus dilakukan justru perbaikan kondisi lingkungan dan tata ruang di kawasan Medan Utara. Onrizal justru lebih mendorong pada pemulihan lingkungan yang akan memberikan dampak positif secara jangka panjang kepada masyarakat.

“Apakah efektif (tanggul) itu, kita akan lihat seperti apa juga nanti. Yang jelas itu jauh lebih mahal, dibandingkan memulihkan kondisi lingkungannya. Kemudian, pemerintah harus melakukan tata ruang. Mana yang memang kawasan lindung yang berupa ekosistem alami. Yang  mana  memang boleh ada kegiatan budidaya atau permukiman. Karena kalau kita lihat, tata ruang di pesisir Belawan ini tidak jelas lagi,” ujar Onrizal.

Baca Juga: Hujan dan Angin Kencang di Siantar, Mobil Tertimpa Baliho 

Berita Terkini Lainnya