TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Era Disrupsi dan Digital, HMI Dituntut Revitalisasi Metode Perkaderan

HMI Cabang Medan gelar LK 1 di Tebing Tinggi

(Massa Himpunan Mahasiswa Islam berdemo di depan DPR) IDN Times/Muhammad Iqbal

Tebing Tinggi, IDN Times - Di era disrupsi ini , seharusnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mulai merevitalisasi struktur pengkaderan serta merevisi kurikulum dan metode training. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kader yang inovatif dan siap menghadap sebuah fenomena dimana masyarakat mulai merubah aktivitas-aktivitas yang pada awalnya dilakukan di dunia nyata, kini bergerak ke dunia maya.

Hal ini disampaikan Muryanto Amin yang didapuk sebagai pemateri dalam Kuliah Umum dan Pembukaan Basic Training (LK 1) HMI Cabang Medan di Kota Tebingtinggi dengan Tema "HMI Di Tengah Tantangan Era Disrupsi dan Ancaman Pandemi" Kamis (22/10/2020).

"Tujuannya agar kader HMI baik sebagai teknokrat maupun politisi bisa bertahan mampu bersaing dan sejahtera," ucap Muryanto yang juga alumni HMI USU itu.

Baca Juga: ASA Viral, Dekan FISIP USU: Semangatnya untuk Mengikuti Tren Digital

1. Revolusi industri 4.0 jadi tantangan dan peluang bagi kader HMI

Muryanto Amin, Dekan FISIP USU (Dok. IDN Times)

Revolusi industri 4.0 mendorong terjadinya disrupsi dalam berbagai bidang yang memberikan tantangan dan peluang, termasuk bagi kader HMI. Disrupsi ini menginisiasi lahirnya model bisnis baru dengan strategi lebih inovatif kreatif. Cakupan perubahannya luas mulai dari dunia bisnis, perbankan, transoprtasi, sosial masyarakat hingga pendidikan. Disrupsi juga tidak hanya terjadi di dunia digital.

Dunia universitas juga mau tak mau harus menerapkan era disrupsi ini. Universitas dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi yang tepat guna untuk menjawab kebutuhan dari tenaga kependidikan, dan mahasiswa selaku civitas akademik. Kemudian juga dituntut untuk memberikan layanan akademik dan nonakademik yang tidak lagi berbasis manual, serta meninggalkan tradisional.

“Tujuan utama universitas melakukan transformasi digital ialah untuk menciptakan lingkungan belajar yang ramah digital (digital friendly),” ucap Muryanto Amin.

2. Transformasi digital harus melibatkan 3 aspek yang saling mendukung

mendigitalisasikan buku pelajaran

Namun lanjut Muryanto, mengubah skema suatu universitas menjadi digital friendly university bukan pekerjaan yang mudah. Sebab katanya, universitas yang memutuskan melakukan transformasi digital harus melibatkan 3 aspek yang saling mendukung, yaitu pengguna, sistem, dan lingkungan.

Komitmen pimpinan universitas (rektorat, senat akademik, dan majelis wali amanat) agar memerankan digital leadership, yaitu menjalankan strategi digital dengan memanfaatkan teknologi guna mencapai tujuan utama.

Teknologi dan alat yang digunakan harus memenuhi prinsip easy, simple, friendly, reliable, tepat sasaran, ramah lingkungan (green), smart, dan agile. Selanjutnya, dosen dan tenaga kependidikan harus bersahabat dengan teknologi agar menjadi agen digital transformation atau agen perubahan untuk mulai merealisasikan sebuah ide menjadi inovasi yang nyata.

Baca Juga: HMI-MPO Medan Kecam Teror Terhadap  Diskusi Pemberhentian Presiden

Berita Terkini Lainnya