Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Klaim Menteri Bahlil 93 Persen Listrik Menyala di Aceh, Korban Banjir: Itu Bohong

WhatsApp Image 2025-12-07 at 22.07.10_e99a7fb8.jpg
Sumiyati dan keluarganya bertahan di rumah dalam keadaan gelap di Desa Upah, Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang, Minggu (7/12/2025) malam. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Aceh Tamiang, IDN Times - Menteri Energi Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyebut klaim yang mengejutkan di tengah bencana banjir bandang yang melanda Aceh. Dia menyebut, listrik di Aceh akan menyala 93 persen pada Minggu (7/12/2025) malam. Klaim itu dikatakannya tatkala ditanyai Presiden Prabowo menanyainya disela peninjauan jembatan Bailey, Teupin Mane, Kabupaten Bireun, Aceh, Minggu siang.

"Siap malam ini menyala pak. Seluruh Aceh, 93 persen malam ini menyala," ujar Bahlil kepada Prabowo.

Tentu klaim ini disambut rasa senang masyarakat. Lantas, bagaimana kenyataan di lapangan? IDN Times yang saat ini sedang melakukan reportase di Kabupaten Aceh Tamiang, melihat kondisi yang terbalik dengan klaim Bahlil. Hampir seluruh Aceh Tamiang masih padam.

Para penyintas banjir Aceh Tamiang masih bertahan hidup dalam gelap. Di Kecamatan Bendahara Aceh Tamiang, para penyintas hanya mengandalkan penerangan seadanya. Di Desa Upah, Sumiyati bersama suami, anak dan cucunya bertahan di rumahnya dalam keadaan pencahayaan yang minim.

Sumiyati memilih bertahan meski rumahnya hancur dihantam banjir. Dia kesal kepada Bahlil yang menyebut klaim listrik menyala itu.

"Itu bohong semua. Kami dalam kegelapan semua," kata Sumiyati dengan nada meninggi.

Saat IDN Times menemuinya Minggu malam, Sumiyati dan keluarganya tengah berada di depan rumah. Mereka memanfaatkan lampu ting yang sudah lama. Minyak tanah yang seharusnya jadi bahan bakar lampu itu diganti dengan solar.

"Solarnya minta dari pengendara yang lewat. Kami minta hanya untuk sekedar menerangi rumah," katanya.

Sejak banjir melanda pada 25 November lalu, gelap seperti sudah menjadi teman bagi Sumiyati dan anggota keluarganya. Setiap malam mereka tidur di dalam rumah yang dindingnya sudah roboh. Lampu kendaraan yang melintas, seperti menjadi hiburan kecil bagi mereka.

"Agak was-was. Gelap, kami kena angin. Badan udah kurang sehat semua," kata Sumiyati.

Dia berharap pemerintah bisa lebih berempati pada para penyintas banjir. Bisa cepat mendistribusikan bantuan. Termasuk pemulihan tenaga listrik. Tangis Sumiyati juga seketika pecah, kala mengingat kehidupannya setiap malam setelah banjir.

"Kami gelap-gelapan. Makan kalau ada bantuan dari orang lain yang memberi. Kalu gak ada, kami tidak makan. Kami berharap pemerintah bisa melihat warganya yang susah karena banjir di sini," ujar Sumiyati lirih.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Arifin Al Alamudi
EditorArifin Al Alamudi
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

Kisah Perawat Nurhayati, Bertahan di RSUD Tamiang saat Banjir Demi Merawat Bayi

08 Des 2025, 05:00 WIBNews