Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kehadiran China Coast Guard di Natuna jadi Ancaman bagi Kedaulatan RI

Kapal Bakamla RI saat menghalau upaya masuknya Coast Guard China ke wilayah Laut Natuna Utara (Istimewa)

Batam, IDN Times - Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) memperingatkan kehadiran kapal China Coast Guard (CCG) yang terus berulang di perairan Laut Natuna Utara menjadi indikator bahwa wilayah ini tetap menjadi titik rawan konflik bagi Indonesia.

Menurut Senior Analyst IOJI, Imam Prakoso, pemerintah perlu meningkatkan perhatian serta memperkuat keamanan di kawasan ini, terlebih di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

"IOJI mengapresiasi Bakamla RI dan TNI AL yang telah sigap merespons kehadiran kapal CCG di Natuna Utara. Kejadian ini menjadi pengingat bahwa wilayah ini perlu perhatian besar dari Pemerintah Indonesia," kata Imam, Selasa (5/11/2024).

Dalam beberapa bulan terakhir, kapal-kapal riset, milisi perikanan, hingga CCG dari China berulang kali memasuki wilayah Natuna Utara, memicu ketegangan di area tersebut.

1. Ancaman berulang tunjukan ketegangan di Laut Natuna Utara

Kapal Coast Guard China di wilayah ZEE Laut Natuna Utara (Istimewa)

Pada Oktober 2024, insiden kembali terjadi ketika kapal CCG mencoba mengganggu aktivitas eksplorasi migas Indonesia di zona timur Laut Natuna Utara yang tumpang tindih dengan klaim teritorial China.

Indonesia pun merespons dengan mengirimkan Bakamla dan TNI AL untuk mengawal kegiatan eksplorasi migas di kawasan tersebut.

Imam menekankan, kehadiran CCG adalah ancaman yang tidak akan mudah hilang karena kapal-kapal tersebut kerap melakukan rotasi patroli secara intrusif.

"China Coast Guard akan terus hadir hingga survei di kawasan itu dihentikan atau berakhir," tambah Imam.

2. Diplomasi yang perlu diperkuat

Kapal China Coast Guard saat masuki wilayah ZEE Indonesia di Laut Natuna Utara (Istimewa)

Dalam menghadapi isu ini, Imam menyebut bahwa pemerintah selama ini menggunakan pendekatan tanpa diplomasi terbuka atau megaphone diplomacy terhadap China. Menurutnya, pendekatan ini bisa dikombinasikan dengan cara lain untuk lebih efektif.

“Kalau kita terus ditekan dan direndahkan, sudah saatnya Indonesia mengambil langkah lebih maju untuk berbicara tegas kepada China,” ujarnya.

Lanjut Imam, Presiden Prabowo sendiri pernah menekankan dalam visi-misinya bahwa ketegangan di Laut China Selatan adalah salah satu tantangan strategis bagi Indonesia yang harus segera ditangani.

3. Potensi ledakan konflik dan peran ASEAN

Badan Keamanan Laut mengusir kapal China Coast Guard (CCG) 5402 di Laut Natuna Utara. (Dokumentasi Bakamla)

Imam mengingatkan, ketegangan di Laut Natuna Utara berpotensi menjadi bom waktu. Pembangunan pulau-pulau militer dan patroli rutin China Coast Guard di Laut China Selatan semakin meningkatkan kekhawatiran tersebut.

"Sebagai negara terbesar di ASEAN, sudah saatnya Indonesia mengambil langkah serius untuk menyiapkan strategi keamanan di Laut Natuna,” ujarnya.

Lanjut Imam, Indonesia perlu meningkatkan kerja sama dengan negara-negara di ASEAN untuk menjaga stabilitas kawasan agar tidak hanya Natuna, tetapi juga wilayah-wilayah lain tetap aman dari potensi konflik.

Selain itu, penguatan keamanan di Laut Natuna juga tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Imam menekankan bahwa pemerintah sebaiknya tidak hanya bersikap reaktif terhadap insiden yang terjadi.

"Kita tidak boleh hanya seperti pemadam kebakaran. Penguatan keamanan laut Indonesia harus menyeluruh dan terintegrasi," pungkasnya mengakhiri.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Putra Gema Pamungkas
Doni Hermawan
Putra Gema Pamungkas
EditorPutra Gema Pamungkas
Follow Us