Kasus Inses Buang Bayi di Medan, Psikolog Menilai Degradasi Moral

Medan, IDN Times - Kasus inses atau percintaan saudara kandung yang berujung dengan membuang bayi di Kota Medan saat ini jadi perbincangan. Psikolog asal Kota Medan Irna Minauli menyoroti munculnya kasus yang menyebabkan kehamilan yang tidak dikehendaki.
Diketahui sepekan lalu seorang driver ojek online menerima barang dari customernya yang berisi mayat bayi. Kini, para customer tersebut telah ditangkap oleh polisi yang ternyata memiliki hubungan abang beradik.
"Bahkan, hingga meninggalnya bayi tersebut, merupakan kejadian yang sangat miris. Tampak nyata bahwa telah terjadi degradasi moral yang mengakibatkan terjadinya normalisasi atas semua penyimpangan yang terjadi," ucap Irna kepada IDN Times.
Menurutnya, hal-hal ini memiliki kombinasi dari beberapa faktor seperti perubahan norma-norma dan nilai-nilai sosial, paparan pornografi yang memberanikan remaja untuk mencoba hal-hal baru tersebut.
"Selain itu, keluarga yang tidak berfungsi dengan baik (dysfunctional family) membuat batas-batas dalam hubungan antar keluarga menjadi kabur. Saat ini dengan banyaknya kasus perceraian, dikhawatirkan dapat meningkatkan masalah sosial terutama karena kurangnya peran ayah (fatherless). Kurangnya pemahaman agama dapat menjadi faktor risiko terhadap kejadian incest ini," ucapnya.
1. Dampaknya terganggu secara akademis, sosial dan emosional

Dikatakan Irna, bahwa ada beberapa dampak kepada para pelaku yang merupakan abang adik kandung melakukan hal tersebut.
"Pertama, hubungan seks di luar nikah tentunya hal yang terlarang karena akan berdampak buruk terhadap berbagai aspek kehidupan remaja. Mereka akan terganggu secara akademis, sosial dan emosional karena melakukan sesuatu yang terlarang," katanya.
2. Inses adalah hal yang tabu

Selanjutnya, Irna menyebutkan perilaku inses dinilai sangat taboo. Namun seolah dijadikan sebagai suatu hal yang biasa.
"Padahal, dampak dari inses ini sangat buruk dan seringkali menimbulkan trauma. Menjadi suatu hal yang janggal ketika mereka bisa melakukannya tanpa merasa bersalah," jelas Irna.
3. Para pelaku inses umumnya memiliki gangguan dalam pola pikirnya

Irna mengatakan para pelaku inses umumnya memiliki gangguan dalam pola pikirnya (distorsi kognitif), karena mereka beranggapan bahwa saudara kandungnya merupakan miliknya.
"Sehingga, daripada orang lain yang menyetubuhi adiknya, ia merasa lebih memiliki kewenangan," pungkasnya.