Insiden Penarikan Baju, Wakil Ketua DPRD Tapteng Mengaku Syok

Medan, IDN Times - Wakil Ketua DPRD Tapanuli Tengah berinisial CNS angkat bicara tentang insiden penarikan baju yang dilakukan terhadapnya. Ia tak menyangka bahwa hal tersebut dilakukan oleh rekan sesama partainya yang saat ini sedang berkontestasi sebagai Calon Bupati Tapanuli Tengah bernama Masinton.
Meskipun sampai saat ini CNS mengaku masih trauma, namun di depan awak media ia menyampaikan permasalahan yang telah terjadi di tubuh partai PDIP. Ia juga telah melaporkan Masinton ke Polrestabes Medan tentang dugaan pelecehan yang menimpanya itu.
1. Wakil ketua DPRD Tapteng masih syok atas insiden penarikan baju yang dilakukan Masinton

CNS mengaku bahwa pada hari Minggu (6/10/2024), partai PDIP sedang mengadakan Rakerdasus. Namun setelah acara tersebut usai, CNS bersama rekan-rekannya berdantai di salah satu warung kuliner.
Di tempat inilah CNS bertemu dengan rekan sesama partainya bernama Masinton. Saat Masinton memanggilnya, CNS disebut "tidak tegak lurus" atau dianggap tidak mendukungnya maju Pilkada Tapteng. Saat itu pula Masinton menarik kemeja yang dikenakan CNS sampai kancingnya terlepas.
"Saya tidak ingat lagi dia berkata apa. Cuma saya langsung syok. Begitu saya duduk, saya ingat betul kancing itu melompat. Kebetulan saya pakai baju partai dengan lengan panjang, cuma saya lipat karena sudah selesai acara. Saya langsung diam, saya gabungkan baju saya kembali, saya ambil tas saya, lalu saya tutup (seadanya). Saya tidak tahu mau berbuat apalagi karena syok," kata CNS kepada IDN Times, Selasa (14/10/2024) malam.
Wakil ketua DPRD Tapteng sekaligus bendahara PDIP itu mengatakan kancing kemejanya hanya tinggal bagian bawahnya yang tidak rusak. Setelah itu ia memutuskan untuk pulang. Di mobil CNS menangis dan memutuskan untuk melaporkan dugaan pelecehan ini ke polisi.
"Saat itu juga kami ke Polrestabes Medan. Saya didampingi polwan karena memang pada saat ditarik, seperti mengena dada saya. Saya buka dalaman saya, memang ada memar. Mungkin karena dia menarik baju saya," bebernya.
2. CNS: sesalah-salahnya saya di partai, saya tidak boleh diperlakukan seperti itu

Paginya, polisi merujuk CNS agar melakukan perawatan di Rumah Sakit. Di sana CNS diperiksa dan dilakukan visum.
"Waktu itu saya tidak menduga akan dirawat. Saya diarahkan ke IGD. Karena tensi saya tinggi, saya dianjurkan dokter rawat inap. Rencananya cuma mau satu malam. Cuma dokter melarang saya pulang. Lalu Rabu malam saya permisi untuk pulang dan hari Kamis saya keluar dari rumah sakit," lanjutnya.
CNS mengatakan bahwa sejak awal dirinya tidak berpikir untuk ikut membawa partai dalam insiden ini. Meskipun saat penarikan baju itu terjadi, Masinton sempat menyinggung mengapa CNS tidak mendukungnya di Pilkada Tapteng.
"Saya hanya berpikir, sesalah-salahnya saya di partai, saya tidak bisa diperlakukan seperti itu. Kami kader partai PDIP harus tegak lurus sesuai dengan keputusan ketua umum kami. Itu saja," kata CNS yang tak urung meneteskan air matanya.
3. Kuasa Hukum CNS sebut pihaknya melaporkan Masinton atas dugaan pelecehan

Sementara itu Kuasa Hukum CNS, Ferdinand Simorangkir, menganggap bahwa permasalahan ini jangan dipandang sepele. Sebab insiden penarikan baju telah mereka laporkan dengan dugaan pelecehan seksual.
"Untuk saat ini kami melihat dan menyadari bahwa ini adalah permasalahan antar individu yang harusnya tunduk pada hukum positif Indonesia. Laporan terhadap partai belum ada sampai sekarang, karena kami menganggap ini permasalahan antar individu, subjek hukum Indonesia, mengikuti hukum positif di Indonesia pula," ujar Ferdinand.
Lebih lanjut Ferdinand mengatakan jika di luar sana orang berpikir bahwa insiden tersebut terjadi karena masalah politik dan CNS dikatakan berbohong hingga mendramatisir, pernyataan seperti itu adalah salah satu usaha untuk mengkerdilkan fakta yang ada.
"Tidak, itu tidak hoaks. Kami mengetahui bahwa kami dibilang mendramatisir masuk ke Rumah Sakit. Untuk mediasi (kepada pihak Masinton), kita belum. Namun, ada apapun sebelum insiden itu, perbuatan (yang dilakukan Masinton) tentunya secara adab dan hukum tidak boleh dilakukan," bebernya.
4. Ferdinand: klarifikasi, CNS pasti nurut dengan keputusan partai

Bukti rekaman CCTV disebut Ferdinand telah diamankan oleh pihak penyidik, termasuk kemeja dan kancing yang lepas. Dan mungkin pihaknya akan dipanggil kembali untuk dimintai keterangan lanjutan.
"Kami tentunya (berharap) penyelidikan dan penyidikan harus (dilakukan) dengan benar, penuntasan kasus dengan benar, serta mengedepankan keadilan tanpa intervensi apapun. Itu kami tegaskan. Hukum harus tetap berjalan, kami tidak ada mendramatisir," tegas Ferdinand.
Ia mengatakan bahwa CNS tidak secara resmi melakukan dukungan kepada pasangan lawan Masinton yakni KEDAN. Untuk saat ini pihaknya menegaskan bahwa proses hukum terhadap kasus ini harus tetap berlangsung.
"Sudah jelas ya, beliau (CNS) kader PDIP maka tegak lurus dengan keputusan ketua umum. Klarifikasi kami, itu sudah keputusan ketua umum. Beliau selaku kader partai maka nurut sama keputusan tersebut. Bila sudah keputusan partai, maka dia (CNS) mematuhi. Jadi narasi mereka tidak benar. Klien kami ini juga seorang ibu, punya suami dan anak. Dia punya martabat. Martabat dia sebagai seorang perempuan dan ibu harus dijaga, terlebih dia juga seorang pejabat negara," pungkasnya.
5. Laporan di polisi masih berproses

Terpisah, Kasatreskrim Polrestabes Medan Kompol Jama Purba membenarkan bahwa pihaknya telah menerima laporan yang dibuat oleh CNS. Pihaknya juga sudah mengambil CCTV dan barang bukti yang lain.
Namun, Jama mengatakan bahwa dirinya belum bisa memastikan apakah akan dilakukan panggilan terhadap Masinton.
"(terkait laporan) masih berproses. (pemanggilan Masinton) itu pimpinan nanti," kata Jama saat ditemui di Polrestabes Medan.