Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Bocah SD di Riau Tewas Diduga Dianiaya Kakak Kelas, Ini Kata Polisi

Ilustrasi penganiayaan (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi penganiayaan (IDN Times/Aditya Pratama)

Pekanbaru, IDN Times - Seorang bocah berinisial KB di Kecamatan Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Provinsi Riau, meninggal dunia. Diduga, bocah berumur 8 tahun yang masih duduk di kelas 2 SD itu menjadi korban penganiayaan dan bully yang dilakukan oleh kakak kelasnya.

Terkait hal ini, Kapolres Inhu AKBP Fahrian Saleh Siregar mengatakan pihaknya melakukan penyelidikan terkait dugaan tersebut. Dimana, orang tua korban membuat laporan setelah sang anak meninggal dunia.

"Korban anak dibawah umur diduga mendapatkan penganiayaan," ucap Kapolres Inhu AKBP Fahrian Saleh Siregar di Media Center 91 Polda Riau, Kota Pekanbaru.

Lebih lanjut dikatakannya, setelah pihaknya menerima laporan itu, pihaknya langsung melakukan penyelidikan. Dimana, dalam penyelidikannya, pihaknya memeriksa puluhan orang saksi untuk dimintai keterangannya.

"Sampai saat ini sudah ada 22 orang saksi. Terdiri dari tukang urut, orang tua korban, dua dokter, 5 orang teman korban, kepala sekolah, guru serta wali kelas korban," kata AKBP Fahrian.

Tidak sampai disitu, pihaknya juga melakukan autopsi terhadap tubuh korban.

"Autopsi dilakukan untuk mengetahui pasti penyebab korban meninggal," ujar Kapolres Inhu itu.

Diketahui, korban sebelum meninggal dunia, merasakan sakit dibagian perutnya. Oleh orang tuanya, korban dibawa ke tukang urut.

Dikarenakan kondisinya tidak membaik, korban kemudian dilarikan ke sebuah klinik di Kabupaten Inhu. Selanjutnya, korban dirujuk ke RSUD Indrasari Rengat dan akhirnya meninggal dunia.

Orang tua korban yang tidak terima, membuat laporan ke Polres Inhu terkait dugaan bullying yang dialami anaknya di sekolah.

1. Terduga pelaku 5 orang, umurnya dibawah 12 tahun

Kapolres Inhu AKBP Fahrian Saleh Siregar (IDN Times/ Fanny Rizano)
Kapolres Inhu AKBP Fahrian Saleh Siregar (IDN Times/ Fanny Rizano)

AKBP Fahrian menerangkan, dalam dugaan kasus ini, ada terduga pelaku berjumlah 5 orang. Para terduga itu umurnya masih dibawah 12 tahun.

"Terduga ada 5 anak dibawah umur," terangnya.

2. Ini kata dokter forensik

Dokter forensik RS Bhayangkara Polda Riau AKBP Supriyanto (IDN Times/ Fanny Rizano)
Dokter forensik RS Bhayangkara Polda Riau AKBP Supriyanto (IDN Times/ Fanny Rizano)

Sementara itu, tim forensik dari RS Bhayangkara Polda Riau AKBP Supriyanto menerangkan, pihaknya telah melakukan autopsi terhadap tubuh korban. Hasilnya, ditemukan memar-memar pada perut kiri dan paha kiri korban yang diakibatkan oleh kekerasan tumpul.

"Kemudian kami juga menemukan kebocoran pada daerah usus di perut sebelah kanan korban," terangnya.

"Hasil kesimpulan, penyebab kematian, korban mengalami infeksi sistemik bocor pada usus atau pecahnya usus buntu," sambungnya.

3. Ini kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Riau terkait terduga pelaku

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Riau Kombes Pol Asep Darmawan (IDN Times/ Fanny Rizano)
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Riau Kombes Pol Asep Darmawan (IDN Times/ Fanny Rizano)

Sementara itu Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Riau Kombes Pol Asep Darmawan mengatakan, berdasarkan hasil dari keterangan orang tua korban, mereka tidak mengetahui bahwasanya korban mengalami sakit usus buntu yang sudah kronis. Korban juga tidak pernah dibawa ke rumah sakit untuk pengobatan.

Meskipun begitu, dari hasil penyelidikan sementara, memang ada beberapa keterangan saksi yang menyatakan bahwa korban mendapat perlakuan kekerasan fisik dari kakak kelasnya.

"Bullyan yang dilakukan terduga, korban dipukul tangan kirinya, terus punggungnya juga dipukul. Tapi tidak ada hubungannya usus pecah dengan dugaan kekerasan yang dialami korban. Karena tidak ada kekerasan dibagian usus buntu korban," kata Kombes Pol Asep.

Ditambahkannya, terkait dengan terduga 5 pelaku yang belum berusia 12 tahun, tidak bisa dilakukan pidana hukum.

"Meskipun begitu, penegakan hukum tetap kita lakukan," tambahnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fanny Rizano
Doni Hermawan
Fanny Rizano
EditorFanny Rizano
Follow Us