Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Aktivis Lingkungan Delima Silalahi Dapat Teror Bangkai Burung

Aktivis lingkungan dan masyarakat adat Delima Silalahi mendapatkan teror bangkai burung. (Dok: Delima Silalahi)

Medan, IDN Times – Teror bangkai satwa terhadap para pegiat dan jurnalis terus terjadi di Indonesia. Pasca teror kepala babi dan bangkai tikus kepada Tempo, kini giliran aktivis lingkungan dan masyarakat adat yang mendapatkan serangan itu.

Adalah Delima Silalahi, aktivis dari Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM), mendapatkan teror berupa bangkai burung. Teror itu baru diketahuinya pada Jumat (30/5/2025).

Bangkai burung itu dikemas layaknya paket. Dikemas ke dalam kardus dan kantongan plastik. Bungkusan itu pertama kali diketahui oleh Asisten Rumah Tangga (ART) yang bekerja di rumahnya di kawasan Kecamatan Siborong-borong, sekitar pukul 08.15 WIB.

“Saat bersih-bersih, tiba-tiba dia lihat ada paket dibungkus plastik oranye,” kata Delima kepada IDN Times, Jumat petang.

Bangkai burung yang dikirim peneror dalam keadaan berdarah-darah. Kondisi darahnya juga sudah mengering.

1. Teror bangkai burung dilakukan setelah unjuk rasa

Sumber : Rainforest Rescue

Bagi Delima, teror ini merupakan upaya pembungkaman terhadap gerakan masyarakat yang mendukung masyarakat adat. Selama ini, KSPPM dan beberapa organisasi lainnya memang cukup vokal dalam menyuarakan perjuangan masyarakat adat. Teranyar, KSPPM bersama organisasi masyarakat sipil juga berunjuk rasa, menuntut penutupan PT Toba Pulp Lestari (TPL), Selasa (27/5/2025).

Perempuan penerima Goldman Environmental Prize 2023 ini pun menduga, teror ini berkaitan dengan gerakan yang mereka himpun di kawasan Danau Toba.

“Kami menduga ini akibat ada orang yang tidak senang dengan aktivitas gerakan bersama yang dilakukan KSPPM dan teman-teman jaringan,” kata Delima.

Sebelum unjuk rasa yang dilakukan aliansi, ada unjuk rasa yang mengatasnamakan buruh. Mereka menuntut Delima dan beberapa rekannya yang vokal seperti Roganda Simanjutak dan Rocky Pasaribu, untuk hengkang dari Tanah Batak. Aksi itu juga menuntut agar KSPPM dan AMAN Tano Batak dibubarkan.

2. Selain bangkai satwa, Delima juga mendapat serangan di media sosial

ilustrasi media sosial (unsplash.com/William Hook)

Kata Delima, dalam beberapa waktu terakhir, dirina juga mendapat teror di media sosialnya. Dia menduga ada gerakan terorganisir yang melakukan penyerangan ini secara masif.

Namun, dengan berbagai teror yang ada tidak membuat Delima gentar. Kata dia, teror yang ada justru memberi semangat baru untuk terus memperjuangkan hak-hak masyarakat adat.

Bagi Delima, teror yang dilakukan hanyalah upaya untuk mematikan gerakan yang selama ini dibangun. “Gerakan-gerakan Tutup TPL ini kan bukan gerakan individu. Bukan misalnya saya, Rocky, Roganda. Tapi ini merupakan gerakan bersama,” katanya.

3. Segala upaya pembungkaman harus dilawan

Sumber : Mongabay

Sejauh ini, pihaknya belum melaporkan dugaan teror tersebut kepada pihak kepolisian. Mereka masih fokus untuk berkonsolidasi, memperkuat keamanan di dalam kelembagaan. Bagi Delima, teror yang dilakukan tidak perlu ditakuti. Dia tidak ingin pelaku teror justru senang, ketika melihat mereka dalam keadaan takut.

“Saat ini kita fokus ke pencegahan, pengamanan. Jadi bukan karena teror ini berhasil menakuti. Justru menambah semangat kita,” pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Arifin Al Alamudi
EditorArifin Al Alamudi
Follow Us