Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Aksi Kamisan: Tindakan Represif Polisi pada Demonstran Semakin Merajalela

IMG_20250828_180141.jpg
Aktivis Kamisan Medan kritik kinerja polisi yang represif (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Medan, IDN Times - Aksi mahasiswa dan masyarakat sipil di Gedung DPRD Sumut yang berlangsung ricuh, memantik atensi aktivis Kamisan Kota Medan. Terutama saat demonstran bentrok dengan aparat kepolisian, Selasa (26/8/2025) silam.

Ramai video viral di jagad media sosial yang menunjukkan salah seorang peserta aksi ditendang oleh diduga aparat tanpa seragam. Bahkan mengakibatkannya kejang-kejang dan dibawa ke Rumah Sakit.

Bentrok yang tersaji antara demonstran dengan aparat kepolisian selama 2 hari berturut-turut itu, memicu gelombang protes aktivis. Bagi Aksi Kamisan Medan, kontak fisik yang tersaji menunjukkan tindak represif aparat kepolisian.

1. Aktivis Aksi Kamisan kritik tajam aksi reoresif aparat kepolisian dalam pengamanan demonstrasi di DPRD Sumut

IMG_20250828_173837.jpg
Poster yang dibawa aktivis Aksi Kamisan (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Belasan aktivis Kamisan tegap berdiri di pusat Kota Medan tepatnya dekat Lapangan Merdeka. Mereka membentangkan poster-poster berisi narasi protes kepada aparat penegak hukum yang bertugas mengamankan aksi demonstrasi kemarin.

"Aksi Kamisan hari ini bawa isu bagaimana tindakan wakil rakyat dan tindak kekerasan aparat pada demonstrasi kemarin. Seperti kita ketahui bahwa hampir di seluruh Indonesia sedang menjalani aksi serupa yang mengkritik tunjangan DPR. Di Sumut, Selasa kemarin, ada aksi di Gedung DPRD," kata aktivis Kamisan Alfandi Algana, Kamis (28/8/2025).

Awalnya aksi yang melibatkan mahasiswa, pelajar, dan masyarakat sipil itu berjalan damai. Namun lambat laun atmosfer memanas.

"Sampai di akhir ada tindak represfitas dari aparat kepolisian. Sehingga dalam aksi Kamisan ini kami bersama rekan mahasiswa dan masyarakat sipil membawa isu tersebut. Ya, semakin hari tindak represif polisi semakin merajalela," lanjutnya.

2. Mobil Brimob disoraki Aktivis Kamisan saat melintas

IMG_20250828_175405.jpg
Massa aksi soraki mobil Brimob yang lewat (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Salah satu yang disorot ialah saat banyak diduga aparat kepolisian tanpa pakaian dinas menangkap massa aksi. Dalam aksi itu turut diiringi kekerasan seperti pemukulan, penarikan, bahkan ada yang ditendang.

"Bentuk represfitasnya kemarin ketika aksi berlangsung, pihak polisi dengan dalih pengamanan, melakukan tindak represifitas kepada massa aksi. Padahal awalnya massa aksi mau menyampaikan aspirasinya. Akan tetapi justru pihak kepolisian melakukan tindakan keji dan berlebihan," beber Alfandi.

Aktivis Kamisan berorasi di pusat kota. Apa yang mereka sampaikan memantik atensi para pengguna jalan yang lewat.

Bahkan pantauan IDN Times, para aktivis Kamisan serempak menyoraki mobil Brimob lewat di hadapan mereka. Bagi Alfandi, apa yang mereka lakukan sebagai respon dari betapa kecewanya mereka dengan aparat penegak hukum.

"Itu (sorakan) sebenarnya respon dari kawan-kawan yang resah bahwa semakin hari pihak kepolisian semakin menjadi-jadi tindak brutalitasnya dan kesewenang-wenangan dalam menggunakan kekuasaannya. Itu sebenarnya respon bahwa ketika berkali-kali mahasiswa melakukan aksi membawa tangan kosong, tapi aparat mengamankan masyarakat dengan menggunakan alat pentungan, tameng, dan senjata laras panjang. Padahal mereka (massa aksi) menggunakan tangan kosong. Dan juga banyak kasus lain seperti salah tangkap yang melibatkan anggota kepolisian," jelas Alfandi.

3. Sebanyak 42 dari 44 massa aksi yang ditahan di Polda kini sudah dibebaskan

IMG_20250828_180216.jpg
Aksi Kamisan di Medan kritik kinerja polri (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Alfandi sadar bahwa fenomena represif dalam demonstrasi sering tak terelakkan. Namun baginya yang penting adalah bagaimana aparat tak melakukan kekerasan bagi orang yang ingin beraspirasi.

"Harapan dari kami dari aksi ini, tujuannya menuntut reformasi institusi kepolisian!" tegas Alfandi.

Ia membeberkan bahwa tak sedikit teman mereka ditahan oleh polisi. Hal ini disebutnya menjadi sesuatu yang tidak diinginkan dalam kebebasan berekspresi.

"Kemarin massa aksi diamankan polisi. Ditahan 44 orang di Polda. Ada masyarakat, mahasiswa, dan pelajar. Sampai saat ini alhamdulillah sudah dibebaskan 42 orang," pungkasnya.

Share
Topics
Editorial Team
Arifin Al Alamudi
EditorArifin Al Alamudi
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

Kepiting Lunak Bang Naga, Kisah UMKM Inalum dari Batubara Menembus Eropa

03 Sep 2025, 23:35 WIBNews