5 Fakta Seputar Kopi Decaf yang Lagi Tren di Kalangan Gen Z

Kopi dan Pahit adalah dua hal yang tak terpisahkan, bahkan sudah menjadi identitas yang membedakannya dengan teh dan jenis minuman lain. Kebanyakan orang sengaja ngopi untuk mengejar efek pahit yang bikin melek atau mengusir kantuk.
Tetapi banyak juga yang tidak tahan dengan ‘efek gemetaran’ yang ditimbulkannya dari menyesap kopi. Walaupun sebenarnya kopi yang baik itu tidak akan membuat gemetaran.
Nah, kini muncul lah tren kopi decaf di kalangan Gen Z, yakni jenis kopi yang kadar kafeinnya sudah diturunkan sampai level terendah melalui proses yang dikenal dengan dekafeinisasi. Dengan kemajuan teknologi dekafeinasi seperti Swiss Water Process, kopi tanpa kafein ini tetap mampu mempertahankan rasa asli biji kopi.
Tapi, apakah benar kopi decaf bebas kafein? Apakah ramuan kimia yang digunakan untuk menghilangkan kafein dari kopi itu sudah pasti aman untuk kesehatan?
Nah, berikut fun facts seputar kopi decaf yang dilansir IDN Times dari artikel ottencoffee.co.id: Yuk simak
1. Tidak ada metode yang bisa menghilangkan kafein 100 persen dari biji kopi

Intinya, meskipun sudah dicap dengan “label” decaf, kopi itu akan tetap mengandung kafein meski persentasenya cuma 2 atau 3 persen. Konten kafein sendiri bervariasi dari satu biji kopi ke biji lain. Secangkir kopi decaf berukuran 12 ounce biasanya mengandung sekitar 3 sampai 18 miligram kafein.
Seorang nutritionist Amerika, Maria Bella, yang sudah mendirikan sebuah pusat gizi terkenal di New York bahkan menegaskan tidak ada benda yang bernama kopi dengan zero kafein di dunia ini. Kamu tidak bisa menyamakan kopi decaf seperti minuman cola zero sugar. Jadi jangan salah kaprah.
2. Kopi decaf tidak memiliki lagi zat anti-oksidan

Ketika proses dekafeinisasi (penghilangan kadar kafein) berlangsung, ada beberapa tahap yang dilakukan terhadap biji kopi. Entah dengan cara direndam atau dipanaskan dalam suhu yang ekstrim, proses ini akan memaksa pori-pori biji kopi terbuka agar larutan apapun yang digunakan untuk menghilangkan kafeinnya bisa masuk.
Di sisi lain, biji kopi memiliki zat anti oksidan alami bernama chlorogenic acid. Chlorogenic acid sendiri memiliki sifat yang gampang larut dalam air sehingga oleh proses dekafeinisasi, zat anti oksidan alami kopi ini seringkali ikut menjadi lebur.
3. Proses decaffeination di kopi decaf

Dalam proses dekafeinisasi, kafein dihilangkan ketika kopi masih berbentuk biji, green-bean, alias belum di-roasting. Ada berbagai proses yang akan menentukan bagaimana metode roasting kopi (decaf) itu berikutnya atau seberapa lama kopi itu akan bertahan tetap segar. Sekedar informasi, kopi decaf cenderung 2 kali lebih cepat “basi” ketimbang kopi biasa.
Metode dekafeinisasi mula-mula yang dikembangkan di awal tahun 1900-an menggunakan tekhnik pembilasan secara berulang-ulang dengan memakai bensol kimia—yang saat ini tidak lagi digunakan karena zat itu telah diketahui adalah penyebab kanker.
Di masa sekarang, seperti halnya penjual anggur berpengalaman, para prosesor kopi telah menggunakan berbagai metode dekafeinisasi berbeda untuk tetap mempertahankan rasa dan kualitas kopi. Kebanyakan brands menggunakan direct process yang biasanya melibatkan methyl chloride.
Dua metode lain adalah natural process yang menghilangkan kafein dengan menggunakan hormon tanaman etil asetat atau karbon dioksida, dan water process yang tidak menggunakan bahan kimia sama sekali—hanya murni H2O.
Dari semua metode itu, methyl chloride dikenal sebagai yang paling baik untuk mempertahankan rasa kopi. Zat ini hanya membawa pergi kafein dan meninggalkan semua material-material organik lain, tapi methyl chloride juga sekaligus terdaftar sebagai carcinogen alias zat pembawa kanker, oleh Institusi Kanker Nasional Amerika.
So, sebelum kamu membeli kopi decaf, sebaiknya teliti dulu baik-baik dengan proses apa kopi itu telah dimurnikan.
4. Ada senyawa fitokimia yang tertinggal setelah proses dekafeinisasi

Banyak peminum kopi-kopi yang salah mendapat masalah seperti hipertensi, penurunan kepadatan tulang dan meningkatnya asam lambung sehingga ujung-ujungnya mereka jadi menyalahkan kopi secara keseluruhan dan beralih ke kopi decaf.
Padahal (masih menurut Maria Bella, nutritionist yang sama) seharusnya jika peminum kopi ingin menghindari semua masalah kesehatan yang tidak diinginkan, menghilangkan kafein sama sekali justru bukan jawaban sebenarnya.
“Banyak masalah kesehatan yang diakibatkan kopi-kopi yang salah, justru semakin diperparah lagi karena meminum kopi decaf karena ada (senyawa) fitokimia yang tertinggal setelah proses dekafeinisasi,” jelasnya.
5. Kopi Decaffeinated Colombia

Salah satu produk kopi decaf yang bisa kamu coba adalah Kopi Decaffeinated Colombia dari Otten Coffee. Kopi ini menawarkan taste notes yang menarik seperti dark chocolate, cotton candy, dan stone fruit.
Dengan karakteristik yang kaya, kopi ini menjadi pilihan yang tepat bagi kamu yang ingin menikmati kopi tanpa kafein.
Menurut banyak pakar nutrisi, jumlah kadar kafein yang bisa ditoleransi adalah maksimal 400 miligram. Jadi, meminum kopi dengan kadar kafein maksimal segitu masih dianggap baik untuk kesehatan orang dewasa.
So, kamu lebih tertarik kopi decaf atau kopi biasa, guys?