5 Alasan Utama yang Jadi Pemicu Anak Suka Bohong, Takut Dihukum

Proses tumbuh kembang anak pasti sering diwarnai dengan berbagai drama, salah satunya adalah anak yang suka berbohong. Gak jarang kondisi ini bisa membuat orangtua merasa bingung dan khawatir. Walaupun berbohong memang dianggap sebagai tindakan yang negatif, namun kamu harus bisa memahami bahwa ini masih dalam bagian dari perkembangan normal anak.
Anak-anak itu seperti orang dewasa yang suka berbohong karena berbagai alasan yang bisa mencerminkan kebutuhan emosionalnya. Itu adalah salah satu cara mereka berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan merupakan tahapan dari perkembangan kognitif mereka.
Saat mengetahui anak kamu berbohong sebagai orangtua kamu harus mencari tahu alasan yang membuat mereka melakukan hal tersebut. Nah, berikut lima dari banyaknya alasan yang mendasari anak kamu berbohong, simak ya!
1. Sebagai alat untuk menarik perhatian

Salah satu alasan utama anak berbohong adalah karena mereka ingin menarik perhatian orangtua. Pada usia dini, anak biasanya akan mencari perhatian dan pujian dari orangtua atau orang dewasa di sekeliling mereka.
Saat mereka merasa bahwa tindakannya gak mendapatkan perhatian seperti yang diinginkan, mereka mulai membuat cerita untuk menarik perhatian dan mendapatkan pengakuan. Misalnya, anak mengatakan bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang sebenarnya gak mereka lakukan hanya untuk mendapatkan pujian atau perhatian dari orangtuanya.
2. Menghindari hukuman orangtua

Anak-anak juga bisa berbohong agar mereka bisa terhindar dari hukuman atas kesalahan yang mereka lakukan. Saat mereka tahu bahwa tindakan yang mereka lakukan bisa berakhir dengan hukuman, mereka merasa bahwa berbohong adalah cara yang terbaik untuk melindungi dirinya akibat dari hal negatif tersebut.
Misalnya, jika seorang anak tahu bahwa orangtua akan marah saat mereka tidak bisa menyelesaikan pekerjaan rumah, mereka akan membuat alasan bohong tentang mengapa pekerjaan tersebut tidak selesai. Kebiasaan bohong ini muncul akibat dari sikap orangtua yang sering memarahi anaknya karena kesalahan anaknya tanpa bertanya terlebih dahulu.
3. Membuat imajinasinya sendiri

Pada usia tertentu, anak biasanya punya imajinasi yang sangat aktif tentang berbagai hal. Alasan mereka berbohong mungkin sebagai cara untuk menghidupkan dunia khayalannya atau membuat cerita yang mereka anggap menarik.
Ini sering terjadi pada anak-anak prasekolah yang memang belum bisa memahami perbedaan antara kenyataan dan imajinasi. Misalnya, seorang anak mengatakan bahwa mereka punya teman super hero yang bisa melakukan banyak hal luar biasa sebagai bagian dari permainan atau cerita mereka.
4. Menirukan perilaku orang dewasa di sekitarnya

Anak-anak akan mudah belajar dari apa yang dilihat di lingkungan sekitar mereka, utamanya perilaku orang dewasa disekelilingnya. Jika mereka sering melihat orang dewasa berbohong atau menggunakan kebohongan dalam kehidupan sehari-hari mereka cenderung akan menirukan hal tersebut.
Mereka bisa menganggap bahwa berbohong adalah perilaku yang masih bisa diterima bahkan harus dilakukan dalam situasi tertentu. Misalnya, jika seorang anak melihat orangtuanya berbohong tentang sesuatu, mereka akan merasa bahwa berbohong adalah cara yang bisa diterima untuk menangani situasi sulit.
5. Sebagai cara untuk mengatasi takut atau cemas

Beberapa anak berbohong karena mereka merasa ketakutan atau cemas saat dalam situasi tertentu. Ketika menghadapi situasi yang menakutkan atau bisa menekannya mereka bisa menggunakan kebohongan sebagai cara untuk menghindari situasi tersebut.
Selain itu juga sebagai cara untuk melindungi diri mereka dari rasa takut. Misalnya, seorang anak yang takut dengan reaksi orangtuanya terhadap sesuatu yang menurutnya buruk mereka akan memilih untuk berbohong daripada menghadapi kemungkinan reaksi orangtuanya yang negatif tersebut.
Berbohong pada anak-anak adalah hal yang sering terjadi dan bisa dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk dari lingkungan. Meskipun kebohongan adalah hal yang wajar namun orangtua harus menghadapinya dengan cara yang bisa membangun karakter anak.