3 Kedai Kopi Eropa yang Bangga Jual Biji Kopi Sumatera Utara

Saat kita menyeruput kopi di kedai lokal, pernahkah terpikir bahwa di belahan dunia lain, orang-orang di kafe-kafe Eropa juga sedang menikmati aroma dan cita rasa yang sama? Ya, biji kopi dari Sumatera Utara sudah lama menjadi primadona di panggung kopi dunia.
Nama-nama seperti Mandailing, Lintong, dan Sidikalang bukan lagi sekadar nama daerah, mereka kini menjadi label kualitas yang diakui secara global di dunia kopi.
Ketenaran ini bukan tanpa alasan. Kopi dari Sumut memiliki karakter yang unik dan tak tertandingi, hasil dari metode pengolahan khas bernama "Giling Basah" (wet-hulling). Proses ini memberikan cita rasa earthy (beraroma tanah) yang kuat, kekentalan yang mantap, dan tingkat keasaman yang rendah sebuah profil rasa yang begitu istimewa hingga membuat banyak kedai kopi di Eropa bangga menampilkannya di menu mereka.
Mengetahui hal ini bukan sekadar informasi biasa, ini adalah soal kebanggaan. Ini adalah bukti nyata bahwa kerja keras para petani di lereng-lereng bukit Sumut dihargai secara global. Ini menunjukkan bahwa produk lokal kita memiliki kualitas yang mampu bersaing dan bahkan menjadi favorit di pasar yang sangat kompetitif.
Jadi, mari kita intip tiga kedai kopi di Eropa yang dengan bangga menyajikan harta karun dari Sumatera Utara kepada para pelanggannya.
1. Cafeology (Inggris): Cita rasa otentik dari jantung Sumut

Di Inggris, ada sebuah roastery bernama Cafeology yang punya hubungan personal dengan kopi Sumatra. Kisah mereka dimulai ketika Steve, kepala bagian kopi mereka, berkunjung langsung ke pegunungan Sumatra pada tahun 2017. Terpikat oleh apa yang ia temukan, ia kembali ke Inggris dengan misi untuk menciptakan profil rasa Sumatra yang otentik untuk para pelanggannya.
Cafeology tidak main-main dalam meracik kopinya. Mereka secara spesifik mengambil biji kopi dari Dolok Sanggul, Sumatera Utara, dan memadukan beberapa varietas lokal seperti Ateng Super, Catimor, dan Bourbon untuk menciptakan rasa yang seimbang. Hasilnya adalah kopi sangrai medium-gelap yang mereka deskripsikan memiliki "rasa cokelat yang dalam dan nuansa herbal dengan sentuhan earthy yang positif, body pedas seperti lada, dan keasaman lembut yang creamy."
Kisah Cafeology menunjukkan bagaimana pengalaman langsung di kebun kopi Sumut bisa menginspirasi sebuah produk yang berkualitas. Mereka tidak hanya menjual kopi, tetapi juga menjual hasil dari sebuah perjalanan dan pemahaman mendalam tentang cita rasa asli dari tanah vulkanik Sumatera Utara.
2. Corica (Belgia): Tradisi sangrai klasik dengan kekuatan Mandailing

Bergeser ke jantung Eropa di Brussels, Belgia, kita akan menemukan Corica, sebuah rumah sangrai artisanal yang dikelola oleh keluarga. Berbeda dengan roastery modern, Corica mengusung filosofi tradisi dan pengalaman rasa yang intens. Mereka adalah spesialis dalam menyajikan kopi yang kaya dan full-bodied, sangat cocok untuk budaya espresso yang kental di Eropa.
Salah satu produk kebanggaan yang berasal dari Sumut adalah "Sumatra Mandheling Organic". Pemberian nama "Mandheling" merupakan bentuk penghormatan terhadap salah satu kopi klasik paling legendaris dari Sumatra yang tentu sudah dikenal dunia sejak lama. Corica secara sadar menjual warisan dan kekuatan rasa dari kopi ini kepada para pelanggannya, bahkan menghubungkannya dengan sejarah kopi di era kolonial.
Dalam deskripsinya, Corica menonjolkan profil rasa "mentega, gula vanila, dan tembakau," dengan kekentalan yang bulat seperti sirup dan sentuhan rasa pahit yang nikmat. Ini adalah profil yang sangat disukai oleh para pencinta espresso. Melalui Corica, kopi Mandailing dari Sumut tidak hanya dinikmati sebagai minuman, tetapi juga sebagai bagian dari tradisi dan warisan kopi dunia yang terus dijaga di sebuah kedai kopi keluarga di Belgia.
3. Pebble & Pine (Inggris): Memperkenalkan 'permata tersembunyi' dari Lintong

Di Leeds, Inggris, ada sebuah roastery kecil bernama Pebble & Pine yang beroperasi dengan model unik, yaitu menyangrai kopi hanya berdasarkan pesanan (roast-to-order) untuk menjamin kesegaran maksimal. Mereka tidak menjual kopi Sumatra secara umum, melainkan sangat spesifik, yaitu "Sumatra Lintong".
Pebble & Pine memasarkan kopi ini sebagai sebuah "permata tersembunyi" dari dataran tinggi vulkanik di sekitar Danau Toba. Dengan menyoroti mikro-region Lintongnihuta, mereka menawarkan sebuah cerita penemuan dan keunikan yang berbeda dari label "Sumatra" yang lebih umum. Mereka bahkan merinci proses Giling Basah dan kondisi pertumbuhan ideal di ketinggian 800 hingga 1.500 meter, memberikan edukasi kepada konsumen mereka.
Untuk rasanya, Pebble & Pine mendeskripsikan kopi Lintong sebagai perpaduan "nuansa tanah yang dalam, dilengkapi dengan rasa manis alami yang halus, serta sentuhan cedar pedas, cokelat, dan buah tropis matang". Melalui Pebble & Pine, kopi Lintong dari Sumut diperkenalkan sebagai sebuah produk kerajinan tangan yang eksklusif, sebuah penemuan bagi para pencinta kopi di Inggris yang ingin menjelajahi rasa yang lebih spesifik dan otentik.
Dari Inggris hingga Belgia, tiga kedai kopi ini menunjukkan betapa kopi dari Sumatera Utara dihargai dan dicintai. Mereka tidak hanya menjual biji kopi, tetapi juga cerita, tradisi, dan kerja keras para petani kita. Ini adalah bukti bahwa secangkir kopi bisa menjadi jembatan budaya yang menghubungkan kita dengan dunia.
Jadi, lain kali kamu menikmati secangkir kopi Mandailing atau Lintong, ingatlah bahwa di saat yang sama, seseorang di Eropa mungkin sedang melakukan hal yang sama, mengagumi kekayaan rasa dari tanah kita. Bangga, kan? Punya cerita lain tentang kopi Sumut yang mendunia? Bagikan di kolom komentar, ya!