Masa Pandemik, Qasir Bantu UMKM untuk Raih Permodalan

Tahun 2020 pengguna Qasir alami lonjakan

Jakarta, IDN Times - Usaha rintisan atau start-up yang menyediakan Layanan dan aplikasi kasir mikro asal Indonesia semakin banyak bermunculan sejak beberapa tahun. Salah satunya yang mengalami lonjakan di masa pandemik adalah Qasir.

Startup ini memang telah didirikan sejak April 2015, namun di tahun 2020 lompatan besar. Sekarang, Qasir telah memasuki sustainability stage dengan lebih dari 500 ribu pengguna. 

Beberapa inovasi yang dilakukan oleh Qasir untuk para pelaku UMKM selama pandemi meliputi pembuatan website usaha dan integrasi dengan GrabFood untuk memudahkan pembayaran dan pencatatan mungkin salah satu penyebabnya.

Yuk simak perjalanan dan kelebihan Qasir dari Novan Adrian selaku Chief Technology Officer Qasir:

1. Model bisnis Qasir dikenal dengan nama ‘freemium’

Masa Pandemik, Qasir Bantu UMKM untuk Raih PermodalanStartup Qasir (Dok. IDN Times)

Novan bercerita Qasir memulai perjalanannya murni sebagai ekosistem Poin of Sale (POS), tetapi sekarang mencakup segala lini usaha UMKM, mulai dari layanan keuangan, POS dan pembayaran, pemasaran, back-margin, hingga supply.

Model bisnis Qasir dikenal dengan nama ‘freemium’, yakni menyediakan sejumlah fitur gratis yang dapat dinikmati tanpa dikenakan biaya (versi basic), namun juga menawarkan beberapa fitur ekslusif yang lebih canggih dan sifatnya berbayar (versi pro).

Beberapa fitur tersebut antara lain: laporan penjualan otomatis, absensi, kelola diskon, pengaturan struk agar tampilannya sesuai dengan identitas brand, pembuatan website usaha, cetak tiket pesanan, ringkas struk, dan memudahkan pembuatan catatan tambahan pada struk.

Semua fitur di atas tersedia secara terpisah dan harganya pun terjangkau, sehingga usahawan dapat berlangganan fitur-fitur yang diinginkan saja sesuai dengan kebutuhan.

"Fitur itu ada yang dimulai dari harga Rp20 ribu hingga Rp50 ribu per fitur. Jadi ga ada yang per fitur itu harganya lebih dari R100 ribu, sangat terjangkau. Kalau berlangganan tahunan bakal lebih murah lagi," jelas Novan pada temu pers 

Secara umum, menurut Novan, versi basic bisa dinikmati oleh para pelaku UMKM yang baru saja menginjakkan kakinya di dunia usaha, tetapi mereka yang ingin serius ‘naik kelas’ ke tahap berikutnya dapat mempertimbangkan beralih ke versi pro.

Baca Juga: Dorong UMKM Naik Kelas, Pertamina Dukung UMKM Sociopreneur 

2. Dengan teknologi Qasir, UMKM terbantu bukan hanya dari segi teknologi, melainkan dalam hal permodalan pula

Masa Pandemik, Qasir Bantu UMKM untuk Raih PermodalanStartup Qasir (Dok. IDN Times)

Selain itu, dari hasil riset yang sama ditunjukkan bahwa salah satu kesamaan milik UMKM yang berhasil adalah akses kepada permodalan yang tepat. Untuk memperoleh permodalan, salah satu cara paling sederhana adalah melakukan validasi transaksi sebagai landasan untuk membuat pengajuan.  

Dengan teknologi Qasir, UMKM terbantu bukan hanya dari segi teknologi, melainkan dalam hal permodalan pula. Saat ini, Qasir bekerja sama dengan perusahaan teknologi finansial (fintech) Qazwa yang bergerak dalam bidang pembiayaan Syariah serta KoinWorks.

Di luar permodalan, Qasir juga menawarkan penyediaan bahan baku (fulfillment), integrasi dengan payment point online bank (PPOB) untuk menciptakan produk digital yang kompetitif, integrasi dengan QRIS untuk pembayaran digital, dan membuat wadah dalam bentuk komunitas bernama EduQasir bagi pelaku UMKM untuk bertukar wawasan dan pengetahuan. Bahkan, dengan terbentuknya komunitas tersebut, Qasir dapat menjangkau beberapa daerah terluar seperti provinsi Papua.

3. Sekarang, Qasir telah memasuki sustainability stage dengan lebih dari 500 ribu pengguna

Masa Pandemik, Qasir Bantu UMKM untuk Raih PermodalanStartup Qasir (Dok. IDN Times)

Novan menyampaikan bahwa Qasir adalah startup yang ‘lahir di cloud’ alias menggunakan teknologi cloud milik Amazon Web Services (AWS) sejak hari pertama.

Keputusan ini didasari oleh pengalaman Novan dalam menangani beberapa proyek sebelum merintis usahanya sendiri. Novan melihat bahwa AWS adalah penyedia cloud yang tak hanya cocok bagi korporasi-korporasi besar, melainkan juga untuk perusahaan startup yang baru memulai, masih berukuran kecil, dan masih melakukan validasi terhadap produknya di pasar.

Selain infrastruktur cloud sendiri tentunya, AWS juga memberikan bantuan dalam bentuk credits selama masa validasi produk.

Perjalanan Qasir bersama AWS terkait erat dengan pertumbuhannya sebagai perusahaan startup yang memulai dari nol. Perjalanan tersebut dibagi menjadi tiga tahap: early stage (kisaran 0-100 ribu pengguna), growth stage (100-500 ribu pengguna), dan sustainability stage (>500 ribu pengguna).

Pada saat early stage, Qasir menggunakan Amazon Elastic Compute Cloud (EC2) dan Amazon Relational Database Service (RDS) untuk MySQL. Kemudian, pada tahap berikutnya atau growing stage, Qasir menambah jumlah Elastic Compute yang digunakannya, baik untuk aplikasi, frontend, serta backend, dan memisahkan beberapa beban kerja pada aplikasi agar tidak saling tumpang-tindih.

"Sekarang, Qasir telah memasuki sustainability stage dengan lebih dari 500 ribu pengguna. Dengan pertumbuhan jumlah pengguna yang signifikan, tidak lagi masuk akal bagi Qasir untuk terus-menerus menambah jumlah Elastic Compute agar dapat mengimbangi pengguna yang masuk," jelasnya.

Untuk itu Novan memutuskan untuk upgrade ke layanan Auto Scaling group yang memungkinkannya untuk melakukan scaling up maupun scaling down sesuai dengan trafik yang ada secara otomatis dan tanpa downtime, bahkan dalam kondisi darurat sekalipun.

Berkat Auto Scaling group, Qasir mampu menghemat hingga 500 dolar AS setiap bulannya, karena harganya tidak dipatok rata dan Qasir hanya perlu membayar sesuai penggunaan. Dengan kata lain, misalnya di saat trafik rendah, biaya yang dikeluarkan juga akan otomatis lebih rendah.

Baca Juga: Tips Membangun Startup dari Nol, Apa Saja yang Harus Dipersiapkan?

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya