5 Fakta Menarik tentang Guzheng, Alat Musik Tradisional Cina
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times - Alat musik tradisional populer asal Cina, Guzheng yang sudah tak asing lagi di kalangan masyarakat Tionghoa. Selain atraksi barongsai ataupun kue keranjang yang identik dengan perayaan Imlek.
Menariknya, alat musik Guzheng ini dimainkan dengan cara dipetik memaka jari-jari berupa kuku palsu yang terbuat dari tempurung kura-kura atau plastik.
Tangan kanan pada umumnya digunakan untuk memainkan melodi, dan tangan kiri digunakan untuk memainkan chord.
1. Guzheng miliki nuansa khas lagu mandarin
Kepala Sekolah Jade Music School sekaligus pendiri, Ngartini Huang mengungkapkan bahwa, permainan Ghuzeng biasanya dimainkan saat acara Imlek dengan membawa nuansa khas saat perayaan Imlek.
"Di Imlek biasanya yang ingin didapatkan adalah nuansa ataupun khas dari lagu mandarin dan juga imlek, jadi kalau ada permainan Guzheng betul betul sangat terwakilkan acara imlek tersebut," ungkapnya beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Saat Imlek, Ini 5 Vihara di Sumut yang Paling Ramai Pengunjung
2. Zaman dahulunya Guzheng jadi alat musik yang eksklusif, hanya boleh dimainkan cendikiawan di Istana
Masih dalam penjelasannya, Ghuzeng pada zaman dahulunya menjadi alat musik yang eksklusif yang hanya boleh dimainkan oleh para cendikiawan di Istana dan tidak boleh dimainkan oleh sembarang orang.
"Pada zaman dahulu alat musik ini tidak boleh dimainkan oleh sembarang orang ataupun diperdengarkan untuk rakyat biasa dan hanya diperuntukkan untuk orang-orang tertentu dan kita sangat bersyukur kita ada di zaman ini, dimana kita semua boleh memainkan alat musik ini," jelasnya.
3. Guzheng dinilai asing, Ngartini upayakan sosialisasikan alat musik ini
Sebagai bentuk upaya untuk memperkenalkan alat musik khas Negeri Tirai Bambu, maka Ngartini atak berhenti sosialisasikan kepada masarakat kota Medan. Sebab, Guzheng menjadi alat musik yang dinilai asing di tengah masyarakat Indonesia.
"Saya tetap mensosialisasikan alat musik ini sampai pada saya rasa hampir sebagian masyarakat kota Medan. Ini adalah ghuzeng, kalau dulu 10 tahun yang lalu, orang-orang nanya ini alat musik apa ya, pertanyaan masih seputar itu," ucapnya.
4. Guzheng wajib dilestarikan untuk dapat berkreasi dan kreatif
Menurutnya, alat musik tradisional seperti Guzheng wajib dilestarikan untuk dapat berkreasi dan kreatif.
Namun, perlu diketahui bahwa dalam memainkan Ghuzeng para pemain harus mengikuti sejumlah kelas yang memiliki beberapa jenjang yaitu empat kelas untuk basic, tiga kelas untuk intermedite, dan tiga kelas untuk advance.
5. Pemain profesional butuh waktu selama 10 tahun belajar Guzheng
Ngartini juga menjelaskan bahwa, seorang pemain profesional memerlukan waktu 10 tahun untuk belajar Ghuzeng.
"Kita perlu sedikitnya 10 tahun untuk sampai ke jenjang profesional. Kurang dari itu mungkin bisa, tapi ilmu ini makin dipelajari makin halus feeling-nya. Beda teknik yang ditampilkan dan itu bisa dilihat dari permainan yang menggunakan jari ini," jelasnya.
Baca Juga: Jangan Salah, Ini Beda Cap Go Meh, Sa Cap Me, dan Ceng Beng