Medan Belum Bisa New Normal, Masker Masih Dianggap Aksesoris

Penularan COVID-19 tertinggi di Medan Area dan Medan Denai

Medan, IDN Times – Medan masih betah menduduki peringkat pertama dengan kasus COVID-19 terbanyak di Sumatera Utara. Angka kasusnya bertambah saban hari.

Data teranyar dari laman resmi http://covid19.sumutprov.go.id/ menyebut, ada 421 dari 619 kasus di Sumatera Utara. Sebanyak 32 orang di antaranya meninggal dunia.

Meski dengan kasus tertinggi, aktifitas di Kota Medan di beberapa lokasi sudah seperti biasa. Kafe-kafe tempat berkumpul masyarakat sudah ramai. Pengawasan juga seakan dilonggarkan.

Kesadaran masyarakat akan protokol pencegahan COVID-19 pun masih dipertanyakan. Masih banyak masyarakat yang enggan memakai masker untuk mencegah penularan. Apalagi untuk sering mencuci tangan dan menjauhi kerumunan. Kondisi ini terus terjadi di tengah wacana new normal yang sama sekali belum diterapkan di Sumatera Utara.

1. Medan Area dan Medan Denai jadi kecamatan dengan tingkat penularan tertinggi

Medan Belum Bisa New Normal, Masker Masih Dianggap AksesorisIlustrasi penerapan new normal di restoran (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Saat ini, seluruh kecamatan di Kota Medan sudah menjadi zona merah penularan COVID-19. Namun angka penularan terjadi di dua kecamatan.

“Sudah terjadi pergeseran penularan Di Kota Medan. Jadi penularan tertinggi itu adalah di Kecamatan Medan Area, kemudian Medan Denai. Disini potensi eksponensialnya sangat potensi sekali, jadi memang kehidupan masyarakat yang padat dan ramai,” ujar Pelaksana Tugas Wali Kota Medan Akhyar Nasution di sela rapid test di Rumah Sakit USU, Selasa (9/6).

Baca Juga: Ini 17 Daerah di Sumut yang Boleh Terapkan New Normal

2. Akhyar tegaskan Medan belum new normal

Medan Belum Bisa New Normal, Masker Masih Dianggap AksesorisIDN Times Bali

Akhyar pun menegaskan jika sampai saat ini Kota Medan belum menerapkan new normal atau kenormalan baru. Pihaknya masih melakukan pembahasan dan mempersiapkan infrastruktur pendukung. Meskipun tak bisa dipungkiri, masyarakat saat ini sudah semakin ramai beraktivitas layaknya sebelum COVID-19 merebak.

“Namun, dari semua ini yang terpenting adalah pembangunan sebuah kultur baru. Kultur baru yaitu masyarakat hidup di dalam suasana pandemi Covid-19. Jadi di sini kita mengajak semua elemen masyarakat membangun kultur baru. Kalau kultur baru ini sudah terbangun maka kehidupan new normal tersebut dan pandemik sudah bisa menurun kita bisa menuju new normal tersebut,” tukasnya.

3. Masih banyak masyarakat yang menganggap masker hanya aksesoris

Medan Belum Bisa New Normal, Masker Masih Dianggap AksesorisSeorang ayah memakaikan masker kepada anaknya sebelum masuk ke Masjid Raya Al Mashun untuk mengikuti salat Ied berjamaah, Minggu (24/5). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Akhyar tetap mendorong kesadaran masyarakat akan bahaya COVID-19 terus meningkat. Masker harus menjadi kultur baru di tengah masyarakat. Dia juga tidak membantah jika saat ini masyarakat masih ada yang membandel dan tidak memakai masker.

“Kami sedang berdiskusi dengan tokoh masyarakat, tokoh agama membangun budaya baru di Kota Medan ini. Pertama mengikuti protokol kesehatan dengan menggunakan masker Karena menggunakan masker budaya baru, bukan aksesoris. Masih banyak yang menganggap masker aksesoris. Padahal ini budaya baru. Jaga jarak hindari kerumunan cuci tangan dengan sabun. Ini tidak berat kalau kita laksanakan,” jelasnya.

Pihaknya pun akan terus melakukan tracing dengan rapid test massal secara selektif. Mulai dari aparatur pemerintahan hingga tingkat kepling hingga daerah dengan tingkat penularan yang tinggi.

“Gak sampai bulan depan . Selama masih ada (rapid test) akan kita lakukan,” pungkasnya.

Baca Juga: [UPDATE] Terus Bertambah, Pasien Corona di Sumut Jadi 619 Orang

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya