Cerita Sedih Pengungsi yang Selamat dari Banjir Tanjung Selamat

Salah satu warga mendengar suara dentuman 'boom'

Medan, IDN Times - Tia (25), Warga De Flamboyan, Tanjung Selamat yang tak bisa menahan kesedihannya. Dia harus kehilangan rumahnya akibat banjir yang melanda Kota Medan sejak Kamis (3/12/2020) malam hingga Jumat (4/12/2020).

Ditemui IDN Times di Posko Utama, Balai Desa Tanjung Selamat, ia sudah bisa beristirahat bersama kakak dengan dua keponakannya. Ada sekitar 300-an pengungsi yang bernaung di posko itu. Rasa sedih jelas masih terasa lantaran tak menyangka melihat langsung bencana banjir besar yang melanda rumahnya. Belum lagi, ada dua balita di rumahnya.

1. Tia hanya bisa berlari menggendong satu keponakannya yang berumur 3 tahun ke lantai dua rumah tetangganya

Cerita Sedih Pengungsi yang Selamat dari Banjir Tanjung SelamatPotret suasana posko pengungsian korban banjir di Balai Desa Tanjung Selamat (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Tia bercerita, kala banjir datang menghadang rumah mereka. Ia hanya bisa berlari menggendong satu keponakannya yang berumur 3 tahun ke lantai dua rumah tetangganya. Sedangkan kakaknya menggendong anaknya, balita berusia 3 bulan. 

"Pas kami di rumah, airnya langsung datang banyak masuk ke rumah. Kami langsung naik ke rumah tetangga yang lantai dua, karena cuma itu saja pertolongannya. Kita semua lari-lari ke lantai dua," ujarnya.

2. Tia mengaku, memang sering banjir di perumahan De Flamboyan , namun baru pertama kali bervolume besar

Cerita Sedih Pengungsi yang Selamat dari Banjir Tanjung SelamatIDN Times/Masdalena Napitupulu

Tia baru dua tahun tinggal di perumahan De Flamboyan. Ia mengaku, di kawasan perumahan tersebut memang sering terjadi banjir, namun baru pertama kali bervolume besar. 

"Sebelumnya kan udah pernah banjir, sering, tapi biasanya pelan-pelan airnya, hanya sedikit. Ini airnya langsung datang banyak. Semua barang-barang gak ada yang selamat," kata Tia.

Tia bersama kakak dan dua keponakannya berhasil di evakuasi. Saat ini mereka sudah bisa beristirahat di posko utama pengungsian. 

3. Suriana, sudah dua malam hujan di Kota Medan membuatnya tidak bisa tidur

Cerita Sedih Pengungsi yang Selamat dari Banjir Tanjung SelamatIDN Times/Masdalena Napitupulu

Hal yang sama juga diceritakan Suriana (56), ia bercerita sudah dua malam hujan di Kota Medan membuatnya tidak bisa tidur.

"Memang dua malam ini hujan. Jadi semalam jam 11 ke jam 12 malam itu kita sudah tidak bisa tidur. Sungai itu sudah kelihatan rata," ujarnya terbata-bata.

"Aku diingatkan anakku, mak jangan tidur airnya sejengkal lagi naik," tambahnya. Tak lama setelah itu, katanya, ia mendengar suara dentuman 'boom', dan melihat air bervolume besar masuk ke rumahnya.

"Jadi kami hanya bisa lari ke lantai dua. Kita udah lihat televisi, mesin cuci di bawa arus air. Kita bingung. Semua tembok tembok pecah. Rumah pun habis," ceritanya seraya menangis kepada IDN Times.

Baca Juga: Potret Haru Suasana Posko Pengungsian Korban Banjir Tanjung Selamat 

4. Suriana sempat memanggil tetangga yang berada di belakang rumahnya naik ke atas, lantai dua. Namun, ada beberapa tetangganya yang tidak sempat naik

Cerita Sedih Pengungsi yang Selamat dari Banjir Tanjung SelamatIDN Times/Masdalena Napitupulu

Kata Suriana, ia juga sempat memanggil tetangga yang berada di belakang rumahnya naik ke atas, lantai dua. Namun, ada beberapa tetangganya yang tidak sempat naik ke atas. Sontak tangisnya pecah saat bercerita, karena salah satu anak tetangganya meninggal akibat bencana banjir tersebut.

"Yang di belakang tetangga semua kami panggil naik ke atas. Ada tetangga yang hilang dan anak tetangga sudah ditemukan satu sudah meninggal sama perempuan lagi pegangan tangan di rawa-rawa," tuturnya.

5. Pasrah dengan kondisi rumahnya yang rusak

Cerita Sedih Pengungsi yang Selamat dari Banjir Tanjung SelamatIDN Times/Masdalena Napitupulu

Setelah berhasil naik ke lantai dua rumahnya. Suriana dan keluarganya menelpon tim evakuasi. "Kita berhasil dievakuasi, kita sampai posko jam tiga sore," katanya.

Suriana berujar, baru pertama kali merasakan banjir besar. Ia pasrah dengan kondisi rumahnya yang rusak. "Setelah dipulangkan, mungkin kami akan mengontrak di tempat lain. Kami gak punya rumah lagi, udah rata semua udah hancur, terpaksa cari rumah sewa lagi lah," katanya.

Saat ini, warga yang berada di posko utama butuh bantuan selimut, handuk dan perlengkapan balita.

Baca Juga: Ini Beberapa Titik Lokasi Banjir Parah di Kota Medan dan Sekitarnya

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya