Berdayakan 6 Ribu Pengrajin, LPEI dan Bea Cukai Resmikan Desa Devisa

Devisanya tembus 5,7 juta Dolar AS pada tahun 2021

Desa Sukoharjo resmi ditetapkan sebagai Desa Devisa Rotan. Peluncuran desa devisa ini dilakukan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank bersama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dan Indonesia Development
Design Center (IDDC) Kementerian Perdagangan dan pemerintah daerah meluncurkan.

Desa yang terletak di tengah Pulau Jawa mayoritas warganya berprofesi sebagai perajin rotan. Hal ini sudah berlangsung selama 96 tahun.

Desa Devisa merupakan salah satu program unggulan melalui Jasa Konsultasi LPEI dalam memberdayakan UKM berbasis pengembangan komunitas. Desa Devisa Rotan Sukoharjo menjadi Desa Devisa ke-195 yang didampingi oleh LPEI.

Sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan Indonesia, LPEI memiliki fungsi untuk mendorong pertumbuhan ekspor nasional melalui penyediaan pembiayaan, penjaminan, asuransi, dan jasa konsultansi ekspor.

1. Pendampingan dilakukan pada 30 UKM kerajinan rotan

Berdayakan 6 Ribu Pengrajin,
LPEI dan Bea Cukai Resmikan Desa DevisaDesa Devisa Rotan Sukoharjo (Dok. IDN Times)

Kepala Kantor Cabang LPEI Surakarta Irwan Prasetiyawan menjelaskan pendampingan
yang dilakukan LPEI di Desa Devisa Rotan Sukoharjo menyasar setidaknya 30 UKM kerajinan rotan. 

"Kegiatan ini mencakup beberapa materi pendampingan terkait perizinan, prosedur dan dokumen ekspor, akses pasar, hingga pengembangan desain produk kerajinan rotan,” ujarnya.

2. Para pengrajin memerlukan pengungkit untuk melahirkan ide segar

Berdayakan 6 Ribu Pengrajin,
LPEI dan Bea Cukai Resmikan Desa DevisaDesa Devisa Rotan Sukoharjo (Dok. IDN Times)

Para pengrajin di Desa Trangsan, Kabupaten Sukoharjo juga tak lepas dari berbagai tantangan dalam mengelola desa secara mandiri. Gejolak usaha masih terus dirasakan bahkan setelah hampir 1 abad berjaya. Apalagi, permintaan yang tinggi membuat para pengrajin kesulitan dalam hal kapasitas produksi dan pengembangan produk.

Ketua Koperasi Trangsan Manunggal Jaya Suparji menjelaskan kendala selama ini terjebak pada pengembangan inovasi dari desain yang sudah ada. Tidak seperti perusahaan besar yang memiliki tim risetnya sendiri, para pengrajin memerlukan ‘pengungkit’ untuk melahirkan ide segar pengembangan produknya.

Terlebih, proses pembuatan kerajinan rotan yang berkualitas butuh perhatian, waktu, dan ketelitian.

"Kita memerlukan pendampingan dari mentor yang bisa mengarahkan. Adanya pendampingan dari LPEI sangat kami sambut baik dengan harapan dapat membantu meningkatkan kapasitas produksi dan skala usaha pengrajin desa ke pasar global,” ucapnya. 

3. Menjadi lokomotif untuk menggerakkan UKM pengrajin rotan

Berdayakan 6 Ribu Pengrajin,
LPEI dan Bea Cukai Resmikan Desa DevisaDesa Devisa Rotan Sukoharjo (Dok. IDN Times)

Desa Trangsan telah terbukti meningkatkan kontribusinya terhadap devisa negara dari tahun ke tahun.

Kepala Seksi PKC V Bea Cukai Surakarta, Agung Setijono mengungkapkan Desa Trangsan menyumbang devisa lebih dari 3 juta dolar AS di tahun 2019, 5,4 juta dolar AS di tahun 2020, dan 5,7 juta dolar AS di tahun 2021.

"Program Desa Devisa Rotan Sukoharjo ini dapat menjadi batu loncatan bagi Desa Trangsan untuk meningkatkan kontribusi devisanya secara berkelanjutan,” jelasnya.

Saat ini, Desa Trangsan memiliki 220 usaha pengrajin kayu rotan yang aktif memproduksi 150 kontainer kerajinan rotan setiap bulannya. Tak tanggung-tanggung, terdapat total 5.000 hingga 6 ribu pekerja berkontribusi dalam kegiatan produksi setiap harinya dan lebih dari 60% penduduk desa adalah kelompok pengrajin.

“Harapannya program Desa Devisa Rotan Sukoharjo bisa menjadi bahan bakar semangat dan lokomotif untuk menggerakkan UKM pengrajin rotan yang ada di Desa Trangsan, menambah pendapatan, meningkatkan kesejahteraan, dan memajukan penjualan di skala ekspor,” pungkas Irwan.

Baca Juga: Gubernur Edy Tetap Bukber dengan Warga Meski Dilarang Jokowi

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya