Agar Lebih Nyaman Bermedia Sosial, Yuk Kenali Digital Security

Keamanan di media sosial sangat penting

Melda Agarina, S.Kom., M.T.I. selaku Relawan TIK mengampaikan bahwa semenjak masa pandemi, tentunya pengguna media sosial semakin meningkat.

Berbagai macam media sosial yang muncul dan sangat dekat dengan masyarakat, dapat dilihat dari berbagai sisi seperti social networking, media sosial yang dipakai seperti Facebook dan Linkedin. Kemudian, media sharing networks, seperti Instagram, Youtube, Snapchat, dan Tiktok.

Lalu Discussion Forums, seperti Kaskus. Kemudian, Blog dan Microblog seperti Wordpress, Blogger, Microblog, Twitter. Terakhir dari Layanan Kolaborasi, seperti Wikipedia.

"Beberapa manfaat yang dimiliki Media Sosial, yaitu seperti, Relationship Networks, menambah pengetahuan dan informasi terbaru, media penghibur, marketing branding, dan juga untuk mempermudah pengelola usaha, organisasi masyarakat, sampai lembaga pemerintah untuk dapat berkomunikasi  atau interaksi secara cepat," ujar Melda saat menjadi pembicara pada Webinar Literasi Digital di Kota Medan beberapa waktu lalu

1. Kenali Threat, Asset, dan Strategic

Agar Lebih Nyaman Bermedia Sosial, Yuk Kenali Digital SecurityPexels.com/Artem Beliaikin

Pembicara kedua, Dr. Sutedi, S.Kom., M.T.I mengatakan Digital Security lebih kepada ke arah keamanan, kalau digital safety bagaimana kita dapat selamat dalam menggunakan media sosial dan perangkat digital.

Untuk mengerti digital safety dalam penggunaan media sosial, menurutnya kita harus tahu tentang beberapa hal seperti sebagai berikut, Threat, Asset, dan Strategic.

"Digital safety juga berkaitan dengan satu hal penting yaitu Social Engineering, yang dapat diartikan sebagai kegiatan atau usaha untuk mendapatkan informasi dan hak akses dengan cara memanipulasi psikologis melalui interaksi yang biasa dilakukan melalui berbagai jalur komunikasi seperti telepon, sms, direct messages, whatsapp atau bahkan bertemu langsung dengan pemilik informasi dan menipu user secara halus tanpa user sadari," ujarnya.

Baca Juga: Recehnya Bikin Ngakak! 10 Candaan Ala Emak-emak di Sosmed

2. Media social juga harus menerapkan prinsip kerja sama komunikasi “Grice”

Agar Lebih Nyaman Bermedia Sosial, Yuk Kenali Digital Securityedit

Tampil sebagai pembicara ketiga Dr. Zulherman, M.M, M.Pd menyampaikan materi tentang peraturan dan etika digital. Beberapa kajian etika digital yang beririsan dengan kultur digital yaitu budaya bertutur di dunia digital dan mengenal UU ITE terkait membangun budaya digital yang santun. Salah satu instrumen hukum yang mengatur teknologi informasi informasi adalah undang-undang ITE.

Dalam berkomunikasi di media social juga harus menerapkan prinsip kerja sama komunikasi “Grice” yaitu, Maxim of quantity (secukupnya), Maxim of quality (sesuai fakta), Maxim of relevance (relevan), Maxim of manner (langsung dan jelas).

Pembicara keempat Fadhilah Tsaqila Akhyar berbicara mengenai digital culture. Digital culture sendiri berubah dipengaruhi oleh partisipasi, evaluasi dan kreatifitas yang mempengaruhi dalam perubahan budaya digital. Partisipasi contohnya seperti menjadi bagian dari komunitas dan berkontribusi misalnya seperti blog komunitas atau wikipedia dan media sosial.

Kemudian, remediation seperti evaluasi sebagai media jurnalisme layaknya twitter. Kemudian bricolage yaitu menggunakan kembali, mendistribusikan ulang informasi misalnya klik, tautkan dan terbitkan.

"Dalam dunia digital kita harus melakukan hal positif yang lebih seperti, Exposes skills and hobbies, Make collaboration, Join digital training, Be comfortable, Aspire to inspiration. Narasumber juga menyampaikan Pekerjaan yang menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Saatnya kita produktif menggunakan media sosial. Biarkan hobimu diapresiasi lebih banyak orang dan dapatkan penghasilan," jelasnya.

3. Ada beberapa software untuk content filtering

Agar Lebih Nyaman Bermedia Sosial, Yuk Kenali Digital SecurityIlustrasi YouTube (Tangkapan layar Youtube)

Popi Anggraini selaku Key Opinion Leader (KOL) menyampaikan pengalamannya bahwa banyak strategi yang bisa dilakukan dalam mendapatkan penghasilan atau keuntungan lain melalui media sosial. Contohnya, seperti beliau yang tidak meminta bayaran dalam endorse, tetapi diganti oleh tambahan subscriber bagi kanal Youtubenya. Hal tersebut dapat menjadikan kita tidak konsumtif tetapi lebih produktif.

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber.

Seperti Yesika Olivia memberikan pertanyaan kepada bapak Dr. Sutedi, S.Kom., M.T.I mengenai anak usia dini yang menggunakan media sosial berlebihan, penggunaan kata-kata negatif. Apakah ada fitur keamanan media sosial bagi anak usia dini?

Narasumber menjawab bahwa kontrol kita terhadap anak usia dini dalam penggunaan gadget memang sangat lemah dan tidak terdampingi. Ada beberapa software untuk content filtering yang bisa dipakai, lalu ada fitur dari browser yang memblokir beberapa situs untuk internet sehat bagi anak.

"Tetapi semua itu tetap mempunyai celah, yang lebih efektif lagi yaitu kesadaran orang tua dan keluarga untuk bisa mendampingi anak-anak dalam berselancar dalam media sosial dan internet untuk hal-hal yang positif," ujar Sutedi.

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya