TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jika Calon Tunggal di Pilkada Medan 2020, PKS Siap Dukung Kotak Kosong

PKS: Politik yang tidak sehat

Seorang penyandang disabilitas netra memasukkan surat suara saat Pemilihan Umum 2019 di Kota Medan (IDN Times/Prayugo Utomo)

Medan, IDN Times – Sejumlah Bakal Calon Wali Kota Medan terus bergerilya mendapatkan simpati ke sejumlah partai politik belakangan ini. Sejumlah nama beken pun mencuat ke publik.

Sebut saja nama Bobby Afif Nasution, menantu Presiden Joko Widodo dan Akhyar Nasution yang kini masih menjabat sebagai Pelaksana Tugas Wali Kota Medan. Kedua nama ini terus digadang-gadang akan menjadi calon kuat.

Namun belakangan, mencuat wacana calon tunggal yang melawan kotak kosong. Menyusul dinamika politik terkait rekomendasi dukungan partai politik yang berpotensi mengusung satu nama dan menghasilkan koalisi gemuk.

Partai Keadilan Sejahtera yang hanya memiliki tujuh kursi bereaksi atas wacana itu. Mereka menyatakan kesiapannya mendukung kotak kosong.

“Kalau itu seandainya terjadi, PKS siap untuk memenangkan kotak kosong dalam rangka untuk memberikan pendidikan politik, kepada semua pihak. Bahwa hal tersebut tidak sehat. Biarlah semua merapat ke calon tunggal. PKS bersedia bersama kotak kosong,” ungkap Pelaksana Tugas Ketua DPD PKS Medan Salman Alfarisi, Kamis (23/1) malam.

Baca Juga: Ditanya Soal Visi Misi, Bobby Nasution: Membuat Medan Lebih Berkah

1. Pilkada Kotak Kosong hanya memperburuk kualitas kepemimpinan Kota Medan

Seorang penyandang disabilitas netra menunjukkan jarinya yang berlumur tinta usai melakukan pemungutan suara pada Pemilu 2019 lalu (IDN Times/Prayugo Utomo)

Kata Salman, dukungan terhadap kotak kosong punya alasan yang cukup kuat. Mendukung calon tunggal hanya memperburuk kualitas kepemimpinan di Kota Medan. Menyusul partisipasi politik yang sangat rendah, hingga wali kota yang kerap terlibat kasus korupsi.

Kontrol sosial terhadap wali kota juga  semakin rendah. Berkaca pada Pilkada Medan 2015 lalu, tingkat partisipasi pemilih hanya sekitar 25 persen dengan dua pasang calon yang bertarung. Selebihnya, kata Salman, apatis dengan kondisi kepemimpinan.

“Apalagi sampai nanti, satu pasang calon melawan kotak kosong. Makanya kita mencoba lemparkan opini dalam rangka untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat, kemudian tokoh-tokohnya, kemudian ormas politik. Terutama penyelenggara pilkada untuk mewanti-wanti agar kualitas pilkada lebih baik. Karena ini lima tahun sekali,” ungkapnya.

2. PKS menilai potensi calon tunggal masih tinggi

Dua pekerja menyusun logistik Pemilu 2019 di gudang penyimpanan eks Bandara Polonia, Medan (IDN Times/Prayugo Utomo)

Dia meminta agar kualitas Pilkada Kota Medan bisa menjadi lebih baik. Paling tidak, ada peningkatan partisipasi pemilih.

Karena jika melihat kondisi perpolitikan di Kota Medan, potensi Pilkada hanya diikuti calon tunggal masih begitu kuat.

“Kita mencoba memberikan, semangat kepada seluruh pihak agar menciptakan Pilkada yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga kualitas Pilkada Kota Medan ini bisa dirasakan masyarakat,” tukasnya.

Baca Juga: Uji Kelayakan di Golkar, Akhyar Tidak Pikirkan Soal Menantu Jokowi

Berita Terkini Lainnya