Raih APFI 2025, Bidikan Saddam Husein Ceritakan Kondisi Satwa di Medan

- Saddam Husein, fotografer asal Medan, meraih APFI 2025 dengan karya foto "Bukan Lampu, Tapi Ibu" yang menggambarkan kondisi satwa liar dilindungi di Medan.
- Proses pengambilan foto membutuhkan waktu 3 hari dan memperlihatkan kondisi kritis satwa lutung yang tertidur di dalam kandangnya menggunakan lampu.
- Saddam Husein menggunakan fotografi sebagai cara untuk mengkampanyekan masalah lingkungan yang sedang dihadapi, serta telah meraih sejumlah prestasi di dunia fotografi.
Medan, IDN Times - Dari ratusan karya foto Anugerah Pewarta Foto Indonesia (APFI) tahun 2025, Saddam Husein menjadi salah satu pemenang asal Kota Medan. Karyanya jadi foto Tunggal Terbaik dengan Kategori Nature & Environment, berjudul "Bukan Lampu, Tapi Ibu". Penghargaan ini ia peroleh pada April 2025 di Solo, Jawa Tengah.
Kemenangan Saddam menjadi kebanggan bagi para fotografer Kota Medan yang memiliki mata handalnya, dan naluri yang tajam dalam membidik hasil jepretan.
Tidak hanya memotret, tapi hasil karyanya memiliki cerita menarik hingga menciptakan judul "Bukan Lampu, Tapi Ibu".
Berikut IDN Times rangkum ceritanya yang berbalut haru, dalam dunia perdagangan satwa liar dilindungi.
1. Berawal dari adanya dugaan pelaku perdagangan satwa liar dilindungi di Medan

Pria kelahiran Agustus 1991 ini menceritakan proses hasil karya fotonya, yang berawal dari adanya dugaan pelaku perdagangan satwa liar dilindungi di Medan. Selaku anggota Voice of Forest (Yayasan Suara Hutan) ia dikabari oleh NGO YOSL-OIC untuk memotret satwa yang berhasil diamankan penegak hukum.
Tak pikir panjang, Saddam langsung berangkat. Momen ini membutuhkan waktu 3 hari, untuk berkoordinasi sampai dirinya dibolehkan ikut saat proses penangkapan.
"Saat malam penangkapan itu banyak drama sih dilapangan, dari gak dibolehin terlalu dekat dengan TKP, sampai harus berpura-pura mau cod helm. Bahkan, proses penangkapan aku gak dapat gambar sama sekali, karena proses yang begitu cepat dan aku lumayan jauh dari TKP," ucapnya dalam cerita pada IDN Times.
Lanjutnya, saat penegak hukum melakukan pengembangan, ternyata masih ada 2 kukang dan satu lutung lagi dirumah-rumah terduga pelaku. Kondisi lutung ini sedang kritis didalam kandang.
"Jadi, jumlah satwa yang coba diperdagangkan saat itu ada 5 ekor lutung, 2 kukang, 1 Musang jelarang dan 1 tupai raksasa," sebutnya.
Setalah diambil dari rumah tersebut, satwa kemudian dibawa ke Polrestabes Medan untuk ditangani dan dirawat oleh dokter hewan.
"Yah, sebagai fotografer aku mencoba untuk memotret sebanyak mungkin dengan berbagai sudut saat malam itu. Setelah selesai, aku balik kerumah dan besok balik lagi ke Polrestabes sepagi mungkin karena akan ada pengembangan lanjutan," jelas Saddam.
2. Momen haru saat melihat Lutung dengan kondisi kritis sedang tertidur didalam kandangnya menggunakan lampu

Puncak momen haru dalam bidikan foto Saddam ketika itu, satwa lutung tersebut dengan kondisi kritis sedang tertidur didalam kandangnya yang diselimuti dan dihangatkan menggunakan lampu.
"Saat melihat moment ini yang ada dibenakku hanya satu "harusnya kehangatan itu dari ibunya, bukan dari lampu", jadi judul itu sebenarnya sudah ada sejak aku melihat moment tersebut, bahkan sebelum memencet tombol shutter kameraku," katanya.
Sehingga, ia memilih foto ini untuk mengikuti APFI 2025 karena baginya foto ini layak dilihat orang banyak.
"Agar mereka tahu betapa menyedihkan terpisah dari ibu, karena dalam beberapa kasus ketika pemburu mengambil anak primata, induknya akan dibunuh (mungkin tidak semua)," tambahnya.
Dirinya tidak pernah ada terbesit untuk menang APFI 2025. Sebab, baginya hanya ingin orang banyak melihat foto ini (termasuk para juri) sebagai kampanye lingkungan.
Dia juga berbagi tips untuk para pemula dalam mengawali dunia fotografi, sebagai berikut:
Memulai untuk memotret dengan apa yang dimiliki (gadget, kamera DSLR atau apapun yang bisa mendukung dalam pengambilan visual), Potret apa saja yang paling dekat denganmu (tidak mesti hunting jauh-jauh), Peka dengan apa yang terjadi di sekitarmu, Perbanyak jaringan, dan jangan cepat puas.
"Bagi aku fotografi bukan hanya sebuah profesi, tapi juga cara mengekpresikan diri bagaimana menangkap setiap moment, peristiwa, mimik wajah dan fotografi juga menjadi salah satu caraku untuk menunjukkan pada khalayak ramai tentang kondisi lingkungan kita saat ini," ucapnya.
3. Kini Saddam masih memilih dunia fotografi untuk dapat mengkampanyekan masalah lingkungan yang kini sedang dihadapi

Sejak tahun 2012 Saddam sudah terjun ke dunia fotografi. Pada masa itu, ia memilih dunia fotografi dengan alasan senang belajar tentang foto dan menjadi hobi. Hingga akhirnya, melalui fotografi Saddam bisa mengkampanyekan masalah lingkungan yang kini sedang dihadapi.
"Aku menyukai fotografi sudah sejak remaja, waktu itu keluargaku punya sebuah kamera poket film dan saat itu aku mulai menyisihkan uang jajanku untuk membeli roll film supaya bisa memotret. Nah, setelah aku dewasa dan bekerja sebagai tukang jok mobil pada waktu itu aku mulai lagi mengumpulkan uang untuk membeli kamera. Sempat ditipu teman juga diawal beli kamera, tapi alhamdulillah akhirnya bisa beli juga kamera dan mulai memotret lagi," kata Saddam.
Saat ini, Saadam bekerja sebagai freelance di agency foto Zuma press dan juga IDN Times. Selain untuk media dia juga merupakan Fotografer di Voice of Forest.
Selain menang APFI, sejumlah prestasi juga diraih Saddam diantaranya yakni juara Anugerah Subroto tahun 2021, Lomba foto BPIP tingkat nasional, Lomba foto Bea Cukai RI tingkat nasional, Finalis lomba foto Bartur Photo Award tingkat internasional, dan pernah masuk 10 besar lomba foto se-Asia yang diselenggarakan oleh National Geographic (Natgeo) Asia x Temasek, dan beberapa lomba foto tingkat lokal, nasional dan internasional.
Selain jadi juara, Saddam juga pernah dipercayakan sebagai salah satu juri mewakili Indonesia untuk lomba video internasional yang diselenggarakan oleh Wiki Love Earth.