Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kata BP3MI soal Pemulangan Jenazah Pekerja Migran Meninggal di Kamboja

Videoshot_20250821_144638.jpg
Sumarni selaku Petugas Pengantar Kerja Ahli Muda BP3MI Sumut (IDN Times/Eko Agus Herianto)
Intinya sih...
  • Nazwa Aliya pergi ke Kamboja sebagai pekerja migran ilegal, keluarga minta bantuan BP3MI untuk memulangkan jenazahnya ke Indonesia.
  • BP3MI berkoordinasi dengan KBRI untuk pemulangan jenazah Nazwa dan mengingatkan masyarakat agar tidak tergiur menjadi pekerja migran ilegal.
  • KBRI sedang melakukan investigasi terkait kematian Nazwa akibat overdosis obat painkiller di Kamboja, zona merah bagi pekerja migran ilegal.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Deli Serdang, IDN Times - Meninggalnya Warga Negara Indonesia (WNI) bernama Nazwa Aliya di Kamboja memantik perhatian publik. Pasalnya, perempuan berusia 18 tahun itu nekat menjadi pekerja migran ilegal, meskipun sebelumnya ia pamit ke orang tuanya untuk melakukan interview kerja di bank swasta Indonesia.

Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Sumut mengaku kecolongan atas peristiwa meninggalnya Nazwa Aliya. Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kemenlu sebelumnya juga sudah berusaha memediasi Nazwa dengan ibunya. Namun, Nazwa bersikeras tidak ingin kembali ke Indonesia sebelum pada akhirnya jatuh sakit dan dinyatakan meninggal dunia.

1. Nazwa pergi ke Kamboja berstatus pekerja migran ilegal, keluarga datangi BP3MI minta bantuan memulangkan jenazah Nazwa ke Indonesia

Videoshot_20250819_132134.jpg
Foto masa kecil Aliyah (dok.istimewa)

Sumarni selaku Petugas Pengantar Kerja Ahli Muda BP3MI Sumut angkat bicara soal kasus ini. Kamis (21/8/2025), ibu kandung Nazwa bernama Lanniari Hasibuan membuat pengaduan ke BP3MI. Ia berharap BP3MI bisa membantu proses pemulangan jenazah Nazwa yang terkendala biaya.

"Sudah membuat pengaduan ke BP3MI terkait kematian anaknya yang saat ini ada di Kamboja. Sudah diterima pengaduannya, kita akan proses. Kita akan berkooridnasi dengan pihak pemerintahan Kamboja dan KBRI di Phnom Penh," kata Sumarni Sinambela.

Nazwa Aliya disebutnya berangkat ke luar negeri sejak 29 Mei 2025. Ia nekat berangkat ke Kamboja setelah diiming-imingi bekerja oleh seseorang berkebangsaan Inggris berinisial CT.

CT bukanlah orang asing bagi keluarga Nazwa. Ibunya, Lanniari Hasibuan, sudah mengenal CT sejak ia bekerja di Malaysia sebagai pekerja migran. Namun Lanniari tidak tahu Nazwa pergi ke Kamboja dan bertemu CT. Sebab, Nazwa hanya pamit untuk melakukan interview kerja di bank swasta Indonesia.

"Nazwa ini bukan berangkat sebagai pekerja migran (resmi), walau pun dia diiming-imingi bekerja di bagian pelestarian lingkungan. Orang yang mengajak Nazwa ini adalah seorang ilmuwan. Ketika Nazwa di sana, ibu korban koordinasi dengan pihak KBRI. Dan petugas KBRI mengatakan kepada si Nazwa untuk segera pulang. Namun Nazwa menolak karena mengaku punya masalah dengan keluarga. Dia juga mengatakan bahwa dia sudah dewasa dan itu keputusanya juga hak dia untuk berangkat ke luar negeri dalam hal berwisata. Jadi mediasi tidak berjalan karena Nazwa tidak bersedia," lanjut Sumarni.

2. BP3MI berkoordinasi dengan KBRI soal pemulangan jenazah Nazwa ke Indonesia

Videoshot_20250819_132109.jpg
Lanniari Hasibuan, ibu dari Nazwa Aliya yang dikabarkan meninggal dunia di Kamboja (dok.istimewa)

Status Nazwa berangkat ke luar negeri tidak sebagai pekerja migran yang resmi. Atas dasar itulah biaya pemulangan jenazahnya dibebankan kepada keluarga. Namun, BP3MI tetap membantu ibu Nazwa dengan berkoordinasi dengan KBRI.

"Jadi kita sudah berkooridinasi dengan pihak KBRI Phnom Penh. Dalam hal ini untuk jenazah yang akan dikebumikan di Kamboja, KBRI akan fasilitasi dananya. Mungkin tidak full, tapi akan bantu. Nah, sementara untuk proses pemulangannya ke Indonesia, itu kita juga akan berkoordinasi kembali. Kalau dalam hal ini perwakilan kita yang ada di Kamboja, untuk biaya pemulangan kita tidak anggarkan untuk ke situ," jelas Sumarni.

Sementara untuk perkembangan kasus, BP3MI Sumut melalui Sumarni mengatakan bahwa KBRI tengah melakukan investigasi. Termasuk apakah nanti ditemukannya sejumlah kejanggalan kematian.

"Saya dapat kabar bahwa pihak KBRI saat ini sedang melakukan investigasi terkait meninggalnya Nazwa akibat overdosis. Karena dikabarkan dia mengonsumsi obat painkiller terlalu berlebihan sehingga bermasalah. Mereka masih melakukan investigasi terhadap peristiwa tersebut," beber Sumarni.

3. BP3MI ingatkan kepada masyarakat agar tak mudah tergiur menjadi pekerja migran ilegal apalagi di negara zona merah seperti Kamboja

Videoshot_20250821_144638.jpg
Sumarni selaku Petugas Pengantar Kerja Ahli Muda BP3MI Sumut (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Saat Nazwa jatuh sakit pada tanggal 8 Agustus 2025, KBRI telah melakukan penanganan dan pendampingan terhadap Nazwa di Rumah Sakit. Namun tanggal 12 remaja berusia 18 tahun itu dinyatakan sudah meninggal dunia.

"Pihak KBRI juga di Rumah Sakit membantu membuat nota, kan ada urusan administasi semisal surat kematiannya. Sehingga nanti untuk kepulangannya, bisa dibuat nota dinasnya ke kita," ungkap Sumarni.

Diakui olehnya bahwa cukup banyak pekerja migran ilegal yang nekat merantau ke luar negeri. Mereka yang mencoba mencari nafkah itu sayangnya tidak dilengkapi surat-surat yang resmi. Sehingga sangat rentan bagi mereka menjadi korban kekerasan di negeri orang.

"Diperlukan sosialisasi yang sangat masif terhadap masyarakat. Meskipun kita sudah lakukan sampai ke desa. Tapi kita masih kecolongan, lagi lagi ada korban jiwa terhadap WNI yang diiming-imingi untuk bekerja ke luar negeri. Diharapkan warga bijak dalam menggunakan media sosial. Karena tidak sedikit warga kita berangkat ke luar negeri karena mendapatkan informasi dari media sosial. Iming-iming pekerjaan mudah, gajinya besar, cepat berangkat. Jadi harapan kami agar WNI khususnya di Sumut untuk lebih bijak menggunakan medsos, terutama info lowongan kerja yang menawarkan ke luar negeri. Apa lagi Kamboja, itu bukan lah negara penempatan, itu adalah zona merah," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us