Honne Batalkan Konser di Medan, Ada Pembatalan dari Otoritas Setempat

Medan, IDN Times – Musisi duo asal Inggris Honne, batal menghelat konser di Kota Medan, Kamis 31 Juli 2025 mendatang. Musisi yang terbentuk pada 2014 di London itu menyebut, keputusan pembatalan dilakukan oleh pemerintah daerah.
Duo ini terdiri dari James Hatcher (produser) dan Andy Clutterbuck (penyanyi, produser). Mereka dikenal dengan musik mereka yang menggabungkan elemen-elemen R&B, soul, dan pop elektronik.
1. Honne sampaikan rasa kecewa lewat Instagram

Dalam unggahan Instagram Story @hellohonne, Honne mengaku sangat sedih harus membatalkan konser mereka di Medan. Mereka menyebut keputusan itu berada di luar kendali mereka dan diambil oleh pemerintah daerah.
" Kami tidak tahu bagaimana kami bisa sampai di sini, tetapi kami dengan berat hati mengumumkan bahwa pertunjukan kami di Medan telah dibatalkan. Kami sangat menantikan pertunjukan spesial ini, tetapi sayangnya keputusan ini di luar kendali kami dan diambil oleh otoritas setempat,” tulis Honne dalam unggahan Instagram-nya, dilansir, Minggu (27/7/2025).
Mereka juga menyampaikan permohonan maaf kepada para penggemar dan berharap bisa kembali ke Medan di masa mendatang.
"Mungkin suatu hari nanti kita akan mendapatkan kesempatan untuk kembali,” tulis akun resmi Honne.
2. Penolakan konser mencuat dari MUI hingga ormas

Sebelum konser dibatalkan, sejumlah pihak di Kota Medan menyampaikan penolakannya terhadap kehadiran Honne. Di antaranya adalah MUI Kota Medan, Fraksi PKS DPRD Kota Medan, dan organisasi masyarakat lainnya.
Ketua MUI Kota Medan, H. Hasan Matsum, menegaskan sikap MUI yang menolak konser yang diduga mengandung dukungan terhadap komunitas LGBT.
“MUI Kota Medan menolak segala bentuk aktivitas publik termasuk konser, pertunjukan, kampanye sosial, hingga konten digital, baik secara langsung maupun tidak langsung membawa pesan dukungan terhadap perilaku LGBT,” ujar Hasan kepada awak media, Sabtu (19/7/2025).
3. MUI tegaskan ini bukan soal personal, tapi tanggung jawab sosial

Hasan menjelaskan bahwa MUI tidak menolak konser musik pada umumnya, tetapi menyoroti isi pesan yang dituding mengarah pada promosi nilai yang bertentangan dengan norma masyarakat.
Ia mengimbau agar Pemda lebih selektif dalam memberikan izin konser, terutama terhadap artis yang pernah menyuarakan dukungan terhadap LGBT.
"Ini bukan soal pribadi atau kelompok. Tapi menjaga ruang publik kita, agar tidak dijadikan tempat kampanye nilai-nilai yang merusak moral dan tatanan sosial."
"Kami tidak dalam posisi memusuhi siapapun. Tapi kami punya kewajiban untuk menyuarakan penolakan terhadap hal-hal yang merusak moral dan tidak sesuai dengan prinsip hidup masyarakat kita," tegasnya.