Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Hari Mangrove Dunia 26 Juli, Mengenang Kematian Daniel Nanoto

Seorang nelayan menyempatkan diri salat di atas perahunya di tengah hutan mangrove, Kabupaten Langkat. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Seorang nelayan menyempatkan diri salat di atas perahunya di tengah hutan mangrove, Kabupaten Langkat. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Medan, IDN Times - Setiap tanggal 26 Juli, dunia memperingati Hari Mangrove Internasional—sebuah momentum global untuk menyoroti pentingnya melindungi salah satu ekosistem paling produktif di bumi: hutan mangrove. Tak hanya sekadar seremoni, peringatan ini menjadi panggilan untuk bertindak nyata melawan degradasi pesisir, perubahan iklim, dan krisis ekologi yang semakin meluas.

Lahirnya peringatan hari mangrove ini punya sejarah panjang. Bermula dari keprihatinan global terhadap hancurnya ekosistem mangroe sebagai benteng alami pesisir. Mangrove memiliki fungsi meredam abrasi, menahan badai, menjadi tempat berkembang biak ikan, hingga menyimpan karbon dalam jumlah besar.

1. Hari mangrove Internasional ditetapkan pada 26 Juli 2015

Perkebunan sawit dan tambak menjadi ancaman serius kelestarian hutan mangrove di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. (Suhairy Faiz for IDN Times)
Perkebunan sawit dan tambak menjadi ancaman serius kelestarian hutan mangrove di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. (Suhairy Faiz for IDN Times)

Tepat satu dekade yang lalu, berbagai negara mulai prihatin dengan kondisi ekosistem mangrove. Dalam Konferensi Umum ke-38 UNESCO pada 6 November 2015, disahkanlah resolusi yang menetapkan 26 Juli sebagai Hari Mangrove Internasional atau International Day for the Conservation of the Mangrove Ecosystem.

Tujuannya jelas: membangun kesadaran kolektif terhadap pentingnya ekosistem mangrove dan mengajak publik dunia untuk melindunginya.

2. Mengenang Hayhow Daniel Nanoto, aktivis yang gugur saat berjuang untuk kelestarian mangrove

Kelestarian kawasan hutan mangrove di Kabupaten Langkat terancam dengan ekspansi perkebunan, tambak dan perambahan kayu untuk arang. (Suhairy Faiz for IDN Times)
Kelestarian kawasan hutan mangrove di Kabupaten Langkat terancam dengan ekspansi perkebunan, tambak dan perambahan kayu untuk arang. (Suhairy Faiz for IDN Times)

26 Juli bukanlah tanggal acak yang dipilih sebagai Hari Mangrove Internasional. Ada sejarah perjuangan yang melatarinya.

Tanggal ini dipilih untuk mengenang, seorang aktivis lingkungan asal Ekuador, Hayhow Daniel Nanoto yang gugur saat membela ekosistem mangrove dari ancaman tambak udang ilegal. Dia meninggal karena serangan jantung saat melakukan protes untuk menyelamatkan ekosistem mangrove di Muisne, Ekuador.

Aksi heroiknya menyentuh hati komunitas global, dan akhirnya menjadi simbol perlawanan terhadap kerusakan alam.

3. Mendorong upaya konservasi mangrove di Indonesia

Perkebunan sawit mengambil andil serius dalam kerusakan kawasan mangrove di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Perkebunan sawit mengambil andil serius dalam kerusakan kawasan mangrove di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, Indonesia memegang peran penting dalam konservasi mangrove global. Namun kondisi mangrove di Indonesia tidak dalam keadaan yang baik-baik saja.

Kawasan ekosistem mangrove masih dihadapkan dengan berbagai ancaman. Mulai dari penebangan liar, hingga perubahan kawasan hutan.

Dilansir dari laman Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) disebutkan, pemerintah belum serius dalam melakukan konservasi di kawasan mangrove. Misalnya, dalam hal data mengenai mangrove di Indonesia, Pemerintah tidak konsisten. Merujuk pada data yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sebagaimana tercantum dalam dokumen Statistik Sumber Daya Pesisir dan Laut, tahun 2022, total luasan hutan mangrove tercatat seluas 2.320.609,89 hektar.

Dari angka tersebut, hanya 30,32 persen hutan mangrove yang berada dalam kondisi baik. Sisanya, 10,75 persen berada dalam kondisi sedang, dan 12,36 dalam kondisi rusak. Anehnya, pemerintah Indonesia menerbitkan Peta Mangrove Nasional (PMN) pada tahun 2021 yang mengklaim luasan mangrove lebih dari 3,364,080 hektar, di mana 92.78 persen tutupannya dinilai lebat, 5,60 tutupan sedang, 1,62 tutupan jarang. Selain itu, pemerintah mengklaim ada wilayah potensi mangrove seluas 756,183 hektar.

Mangrove bukan hanya soal pohon dan lumpur. Ia adalah akar harapan bagi jutaan manusia yang hidup dari laut. Ia adalah pelindung pertama saat ombak besar datang. Ia adalah paru-paru biru yang menyimpan karbon jauh di bawah tanah.

Memperingati Hari Mangrove Internasional adalah cara kita mengingat bahwa solusi krisis iklim tidak selalu datang dari teknologi mahal, tapi bisa berawal dari menyelamatkan akar-akar yang tumbuh di sepanjang pantai.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Arifin Al Alamudi
EditorArifin Al Alamudi
Follow Us