Borju Medan, Gerakan Sedekah yang Dimotori Jurnalis Perempuan Medan

- Berawal dari ingin membantu para pedagang UMKM dengan cara memborong jualannya
- Kartika tak menyangka gerakan Borju mendapat respon positif dari teman-trmannya untuk ikut serta membantu
- Momen paling berkesan saat harus seleksi warung kecil untuk diborong jualannya
Medan, IDN Times - Sedekah Jumat merupakan amalan bersedekah yang dilakukan pada hari Jumat khususnya bagi umat muslim, dan diyakini memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan hari lain.Di Kota Medan, ada gerakan sedekah yang didirikan oleh para kawula muda berprofesi jurnalis. Gerakan sedekah ini dinamai dengan Borong Jualan atau Borju Medan.
Sistem sedekahnya dengan cara memborong jualan para pedagang makanan (umkm kecil) untuk dapat dibagikan kembali ke para pencari nafkah yang ada di jalan dan sasarannya yaitu ojol, tukang becak, sopir angkot, pemulung, dan lain-lain.
Gerakan ini juga membuka donasi bagi para donatur yang ingin ikut bersedekah.
1. Berawal dari ingin membantu para pedagang UMKM dengan cara memborong jualannya

Kartika Sari sebagai pendiri Borong Jualan (Borju) Medan ini menjelaskan bahwa, inspirasi terbentuknya gerakan sosial ini berawal dari ingin membantu para pedagang UMKM dengan cara memborong jualannya. Kemudian hasil borongan jualan itu diberi kepada para Ojek Online (Ojol), tukang becak, sopir angkot, pemulung, dan kaum dhuafa lainnya.
"Berawal dari sering ikut charity, terus saat jadi jurnalis beberapa kali ikut liputan aksi sosial. Terus ya mikir selain kita meliput, kenapa enggak kita ikut ambil bagian juga untuk saling berbagi. Selain itu, borju ini juga berawal dari rasa ingin membantu para pedagang kecil ya bukan restoran untuk ikut berbagi rejekinya. Jadi, kenapa enggak kita ikut melariskan jualan para pedagang kecil dan dagangan mereka juga jadi berkah buat para penerimanya yang memang juga para pejuang nafkah," ucapnya pada IDN Times, Jumat (20/6/2025).
Lokasi pembagian sedekah ini ada di sekitaran Medan. Dan, biasanya dilakukan dua kali sebulan atau sekali sebulan.
"Karena kan tim yang bagi masing-masing bekerja, jadi kadang kita sesuaikan waktu yang pas lah untuk bagikan makanannya. Tapi kita pastikan dalam satu bulan itu pasti ada aksi yang dilakukan," jelasnya.
Pembagian sedekah ini berupa makan siang, dan beberapa kali membagikan sembako mini seperti beras, minyak cup, mie instan, telur yang dikemas pakai standing pouch.
"Jadi aksi pertama kita mulai di Agustus 2024 lalu. Tim yang ikut rata-rata dari temen jurnalis yang juga tergerak untuk ikut aksi berbagi," tutur Kartika.
2. Kartika tak menyangka gerakan Borju mendapat respon positif dari teman-trmannya untuk ikut serta membantu

Dalam cerita Kartika, dirinya tak menyangka bahwa gerakan ini mendapat respon positif dari temannya untuk ikut menjadi donatur.
"Ternyata waktu awal kita naikkan flayer, agenda aksi pertama kita banyak yang tertarik untuk ikut menyumbang khususnya dari teman-teman jurnalis. Dan lama-lama melebar dari teman A, temen B yang bukan jurnalis juga ikut berdonasi ke borju. Bahkan, selalu rutin menyumbang ke gerakan ini untuk titip menyalurkan rezekinya," jelas Kartika.
"Ya, enggak menyangka ternyata banyak teman-teman yang antusias untuk ikut plus senang juga, ternyata gerakan Borju Medan ini bisa jadi penyambung untuk berbagi kepada sesama," tambahnya.
Setiap aksi, dikatakannya pasti selalu update ke instagram @sedekah_borjumedan untuk posting waktu aksi dan dokumentasi kegiatan yang sudah dilakukan. Jadi teman-teman yang menyumbang juga tahu bahwa uang yang disumbangkannya juga sudah tersalurkan dan murni disalurkan sepenuhnya.
"Tim yang biasa ikut bagikan itu awalnya dari rekan sesama jurnalis. Ada Anisa, Vosa, Vinta, Tria yang jurnalis dan ikut menyalurkan. Ternyata setelah melihat aksi kita, beberapa teman yang bukan jurnalis pun ikut, seperti Sartika dari Rantau Prapat yang sering atur jadwalnya buat ke Medan untuk ikutan," ucap Kartika yang berprofesi sebagai jurnalis di Kota Medan, Sumatera Utara.
3. Momen paling berkesan saat harus seleksi warung kecil untuk diborong jualannya

Gerakan positif ini dikatakan Kartika akan dibuat selalu, selama masih ada rejeki dan umur yang panjang.
Baginya, momen yang paling berkesan adalah saat harus seleksi warung mana yang diborong dengan catatan memilih warung kecil. Bahkan, mencari warung yang tidak banyak pelanggannya.
"Itu kita bisa keliling lama buat carinya, tapi rasanya senang ternyata kita enggak salah pilih warung. Si pemilik warung begitu senang dagangannya kita borong puluhan bungkus. Bahkan, kita enggak menyangka ternyata aksi ini juga ikut menggerakkan para pedagang juga ikut berbagi, jadi beberapa kali warung yang kita borong itu melebihkan dagangannya “titip ya dek buat disumbangkan juga, ibu mau ikut” rasanya senang kali ya, ternyata aksi ini juga ajak para pedagang ikut berbagi rezekinya," terangnya penuh haru.
Selain itu, momen yang paling berkesan baginya adalah ketika berbagi, melihat abang becak yang kadang sampai tertidur menunggu penumpang senang membagikan makanan ataupun sembako.
"Sampai ikut doakan yang baik-baik buat gerakan ini. Setiap aksi pasti ada rasa lega dan terharu ternyata gerakan yang dibuat bareng teman-teman ini bisa bawa kebahagiaan buat orang-orang yang membutuhkan," pungkasnya.