Pertumbungan Ekonomi Sumut 2025 Diprediksi Sulit Melampaui Capaian Tahun Lalu

Medan, IDN Times - Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada 2025 terancam tidak akan melampaui pertumbuhan pada tahun lalu di angka 5,03 persen (year-on-year). Hal ini berkaca pada capaian pertumbuhan ekonomi Sumut Triwulan I dan Triwulan II 2025 yang hanya 4,67 persen (yoy) dan 4,69 persen.
Capaian tersebut berada di bawah perekonomian nasional yang tumbuh 4,87 persen (yoy) pada Triwulan I dan 5,12 persen pada Triwulan II. Hal ini menandakan pertumbuhan ekonomi nasional melaju kencang, tapi di Sumut malah melambat.
Jika tidak diakselerasi pada Triwulan III ini, Pengamat Ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo memprediksi pertumbuhan ekonomi Sumut bakal lebih rendah dari tahun lalu, yakni 5,03 persen.
"Ancaman pertumbuhan ekonomi Sumut yang melambat atau hanya 5 persen itu mengacu pada pencapaian ekonomi di triwulan II yang hanya tumbuh sebesar 4,69 persen," katanya pada IDN Times, Rabu (13/8/2025).
Lantas apa yang harus dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk bisa menyamai bahkan melampaui pertumbuhan ekonomi tahun lalu? Yuk simak penjelasan Wahyu Ario.
1. Belanja pemerintah harus digas pol pada Triwulan III

Dosen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (USU) ini menjelaskan di triwulan II seharusnya pertumbuhan ekonomi Sumut berada di fase puncak. Karena banyak faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi seperti momen Ramadan, Lebaran Iduk Fitri dan libur sekolah.
Namun ternyata hanya tumbuh 4,69 persen atau naik 0,02 dari dibandingkan triwulan I 2025. Untuk itu, Wahyu menilai Pemerintah Provinsi Sumut harus memiliki langkah strategis pada Triwulan III untuk mengejar pertumbuhan ekonomi.
"Pada triwulan III ini, belanja modal pemerintah (proyek pembangunan pemerintah) dan swasta (investasi investor) harus dilaksanakan agar perekonomian tumbuh. Segerakan belanja pemerintah lewat pengerjaan proyek dan proyek investasi investor di triwulan III," jelas Wahyu.
Wahyu menyebutkan, saat ini, nilai investasi khususnya asing di Sumut berada di bawah daerah di Sumatera yang lain seperti Riau. Kondisi itu mengindikasikan kurang diminatinya lagi Sumut sebagai tempat investasi.
"Padahal dulunya Sumut selain pertumbuhan ekonominya cukup tinggi, nilai investasinya juga cukup bagus dibandingkan daerah di Sumatera,"katanya.
Menurut dia, turunnya nilai investasi antara lain karena ketidakpastian kepemilikan lahan, birokrasi perizinan dan mandeknya hilirisasi industri.
"Semua jadi PR serius bagi Pemprov Sumut dan Pusat untuk kembali meningkatkan perekonomian maupun investasi di Sumut," jelas Wahyu
Apalagi, tambahnya, Gubernur Sumut Bobby Nasution menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata Sumut menjadi 6,08 persen di tahun 2029 dari 2024 yang masih 5,03 persen.
2. Ekonomi Indonesia berjalan lebih cepat dibandingkan banyak negara lain di ASEAN

Wahyu menyebutkan, di tengah Sumut yang masih lamban bertumbuh di tengah ketidakpastian ekonomi dunia, pertumbuhahan ekonomi Indonesia secara nasional justru melaju kencang. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada triwulan II-2025, perekonomian nasional tumbuh 5,12% (y-on-y), naik dari 4,67% di triwulan I-2025.
Pencapaian itu, katanya, bukan sekadar angka, melainkan bukti bahwa mesin ekonomi Indonesia berjalan lebih cepat dibandingkan banyak negara lain di ASEAN. Bandingkan saja, pada periode yang sama, ekonomi Malaysia hanya tumbuh 4,5%, Singapura 4,3%, dan Thailand bahkan tertahan di 2,3%.
"Jika membandingkannya dengan mitra dagang utama di luar ASEAN, performa Indonesia juga jauh di depan. Amerika Serikat misalnya, hanya mencatat pertumbuhan 2,0%, Korea Selatan 0,5%, sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi global versi IMF untuk 2025 berada di angka 3,0%,"katanya.
Dengan capaian ini, Indonesia tidak hanya berhasil mempertahankan momentum, tetapi juga keluar dari bayang-bayang proyeksi perlambatan global.
3. Pendorong utama kinerja ekonomi berasal dari tiga komponen

Wahyu menyebutkan, pendorong utama kinerja itu datang dari tiga komponen yakni konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor barang dan jasa.
Konsumsi rumah tangga tetap menjadi “raja” dalam struktur PDB, menyumbang 54,25% terhadap total ekonomi.
Pada Triwulan II 2025, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97% (y-on-y), didorong oleh mobilitas tinggi masyarakat selama libur Hari Besar Keagamaan Nasional (seperti Idul Fitri, Waisak, Kenaikan Isa Almasih, Idul Adha), libur sekolah, dan pariwisata domestik.
Belanja masyarakat, terutama pada makanan, transportasi, dan rekreasi, melonjak signifikan, diperkuat oleh program bantuan sosial dan bantuan subsidi upah (BSU) dari pemerintah. Dari sisi investasi, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh solid.
"Kalau pertumbuhan ekonomi Sumut bisa bertumbuh bagus di triwulan II, maka perekonomian Indonesia akan semakin bagus," pungkasnya.