M. Said Noor, Pahlawan Kemerdekaan Terlupakan dari Pulau Tello

Pahlawan Kemerdekaan dari Pulau Tello yang terlupakan

Medan, IDN Times- Pulau Tello berlokasi di Kecamatan Pulau - pulau Batu, Kabupaten Nias Selatan. Selain dikenal akan keindahannya, pulau yang masuk dalam Daftar Daerah 3T (Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar) ini pernah menjadi tempat bermukim sahabat Panglima Soedirman yang menjadi utusan hubungan luar negeri.

Bahkan karena gerakannya yang dahsyat memperjuangkan Negara Republik Indonesia, tahun 1926 Pulau Tello dan Pulau - pulau batu yang sebelumnya afdeling Padang dipindahkan menjadi afdeling Tapanuli.

Muchrid Coki Nasution saat mengunjungi Pulau Tello, mengatakan ada 4 Syech terkemuka dan para pahlawan besar yang Namanya tidak pernah terungkap di Pulau Tello ini. "Muhammad Said Noor dan abangnya Muhammad Rudin yang sebenarnya masih punya hubungan kekerabatan dengan Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia pertama dan Mohammad Natsir, Perdana Menteri Indonesia kelima,” ujarnya, Rabu (17/8/2022).

1. Temukan surat yang ditulis tangan Panglima Jendral Soedirman

M. Said Noor, Pahlawan Kemerdekaan Terlupakan dari Pulau TelloIstimewa/IDN Times

Dengan memperlihatkan Tarombo keluarga Kerajaan Natal, Muchrid Coki Nasution juga memperlihatkan Surat Kuasa Nomor 17/PB/SK/IV/49 yang isinya, Kami Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia, memberikan kuasa kepada, yang pertama Tuan M. Said Noor, dan yang kedua Tuan Kapten Subroto Kusmardy, untuk mentjari serta mendapatkan hubungan baik dengan negara-negara tetangga, serta negara-negara lainnja jang bersyimphaty pada perdjoeangan Bangsa Indonesia.

"Untuk mendapat bantuan sependek-pendeknya - tulisan tak terbaca- perdjoeangan bangsa Indonesia dalam menghantjoerkan Kolonial Imperialis, agar segera terlaksana dunia aman, adil dan makmur," tulis surat itu.

Baca Juga: Cerita Pelda Saragih, Sosok Pendidik Paskibraka di Binjai

2. M. Said Noor dan abangnya M. Rudin sudah menjadi pemberontak Belanda di tahun 1920-an

M. Said Noor, Pahlawan Kemerdekaan Terlupakan dari Pulau Telloinstagram.com/travellingsumut

Muchrid Coki Nasution melanjutkan isi surat itu juga mencatat bahwa semoga tuan-tuan yang mendapat surat kuasa kami ini, ditrima baik oleh teman-teman diluar Negri. Di tempat, 17 April 1949 Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia
Letnan Djendral Soedirman Surat yang ditulis tangan Panglima Jendral Soedirman itu diikuti foto yang menerima kuasa.

“Menurut kakek dan nenek, uyut-uyut kami M. Said Noor dan abangnya M. Rudin sudah menjadi pemberontak Belanda di tahun 1920-an. Abangnya ditangkap Belanda tahun 1927 dan dibuang ke Boven Digoel,” ujarnya.

Nama Boven Digoel yang berarti, Digoel bagian atas atau hulu ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan Sungai Digoel di Papua bagian selatan. Boven Digoel dibangun pada tahun 1927 sebagai tempat pembuangan dalam negeri atau interneeringskamp bagi tokoh-tokoh bumi putera yang dianggap berbahaya bagi pemerintah Hindia Belanda Area kamp konsentrasi sebagai tempat pembuangan (interneeringskamp) dibangun pada tanggal 27 Januari 1927 oleh Kapten Infanteri L. Th. Becking dengan mengambil lokasi di tepi Sungai Digoel, di mana kemudian dikenal sebagai Tanah Merah.

3. Berharap agar pahlawan - pahlawan yang terlupakan bisa diungkap dan menjadi pelajaran sejarah

M. Said Noor, Pahlawan Kemerdekaan Terlupakan dari Pulau TelloIDN Times/Reza Iqbal

Kamp konsentrasi di Tanah Merah ini dibangun oleh geinterneerden (orang-orang buangan) yang datang pertama di Boven Digoel. “Karena menjadi incaran Belanda, buyut kami M. Said Noor akhirnya lari ke Amerika melalui kapal-kapal perdagangan yang melewati Samudera Hindia. Dari Amerika, beliau terus terlibat dalam pergerakan termasuk proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,” tambah Muchrid Coki Nasution.

Baru pada, 2 Mei 1948, M. Said Noor pulang ke Indonesia dan bergabung Bersama Jenderal Soedirman. “Beliau ikut bergerilya bersama Jendral Soedirman hingga akhirnya mendapat tugas khusus untuk hubungan luar negeri. Sayangnya, data-data dan foto-foto beliau dengan Panglima Jenderal Soedirman sudah entah kemana, kami sedang berupaya mencarinya,” jelasnya.

Di hari kemerdekaan 2022, Muchrid Coki Nasution berharap, pemerintah melakukan penelitian dokumen sejarah dengan lebih serius agar Pahlawan-pahlawan yang terlupakan bisa diungkap dan menjadi pelajaran sejarah.

“Yang terjadi sekarang ini, anak-anak Pulau Tello sendiri bahkan tidak tau sama sekali tentang hebatnya perjuangan M. Said Noor dan abangnya. Begitu juga di catatan sejarah Kepulauan Nias, kami tidak melihat ada satupun nama orang-orang besar ini tercatat dalam sejarah hebat Kepulauan Nias,” pungkasnya.

Baca Juga: Sejarah Tari Perang Fataele dari Nias dan Maknanya

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya