5 Alasan Seseorang Suka Melindungi Diri dengan Cara Menyangkal

Menyangkal adalah salah satu mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan seseorang ketika menghadapi situasi atau kenyataan yang sulit diterima. Cara ini sering muncul sebagai respons spontan untuk melindungi perasaan atau menjaga harga diri. Meski terdengar negatif, tindakan menyangkal sebenarnya sering berakar pada kebutuhan manusia untuk merasa aman secara emosional.
Namun, jika dilakukan secara berulang dan terus-menerus, menyangkal bisa menjadi penghalang bagi seseorang untuk tumbuh dan menghadapi masalah dengan bijak. Di balik kebiasaan ini, terdapat berbagai alasan yang membuat seseorang merasa perlu berlindung di balik tameng penyangkalan.
Ini adalah lima alasan utama mengapa seseorang memilih untuk menyangkal kenyataan sebagai cara melindungi diri.
1. Sulit menerima kenyataan yang menyakitkan

Ketika seseorang dihadapkan pada kenyataan yang terlalu menyakitkan, seperti kehilangan orang terkasih, perceraian, atau pengkhianatan, menyangkal sering kali menjadi reaksi pertama mereka. Ini adalah bentuk perlindungan emosional untuk menghindari perasaan kehilangan yang terlalu mendalam.
Dalam situasi seperti ini, menyangkal membantu seseorang untuk bertahan dan memberikan mereka waktu untuk memproses rasa sakit tersebut secara bertahap.
Namun, jika dilakukan terlalu lama, penyangkalan dapat menghambat proses pemulihan. Misalnya, seseorang yang kehilangan pekerjaan mungkin menyangkal dampak besar dari hal tersebut dengan berpura-pura bahwa mereka tidak terlalu membutuhkannya.
Hal ini membuat mereka cenderung mengabaikan peluang untuk memperbaiki situasi atau mencari pekerjaan baru, yang pada akhirnya dapat memperburuk keadaan.
2. Rasa takut akan penilaian orang lain

Bagi mereka yang sangat peduli dengan pendapat orang lain, penyangkalan menjadi alat untuk melindungi diri dari rasa malu atau kritikan. Seseorang mungkin menyangkal kenyataan tertentu untuk menjaga citra diri yang positif di hadapan orang lain. Ini adalah bentuk perlindungan dari tekanan sosial yang dirasakan, terutama dalam lingkungan di mana reputasi sangat penting.
Sebagai contoh, seseorang yang menghadapi masalah keuangan mungkin menyangkal kondisi tersebut di depan teman-temannya, dengan berpura-pura bahwa mereka baik-baik saja secara finansial. Hal ini dilakukan untuk menghindari rasa malu atau penilaian negatif.
Namun, dalam jangka panjang, sikap seperti ini justru dapat menciptakan jarak dalam hubungan sosial mereka, karena orang lain mungkin merasa tidak diberi kepercayaan penuh untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya.
3. Menghindari ketakutan akan perubahan

Perubahan adalah salah satu hal yang paling menakutkan bagi sebagian orang. Ketika dihadapkan pada situasi yang menuntut mereka untuk keluar dari zona nyaman, banyak yang lebih memilih menyangkal kenyataan tersebut daripada menghadapi ketidakpastian yang dibawa oleh perubahan.
Mereka merasa lebih aman dengan mempertahankan status quo, meskipun situasi tersebut mungkin tidak ideal.
Sebagai contoh, seseorang yang berada dalam hubungan yang sudah tidak sehat mungkin menyangkal fakta bahwa hubungan tersebut tidak lagi membawa kebahagiaan. Mereka lebih memilih bertahan dengan harapan bahwa semuanya akan kembali seperti semula, meskipun tanda-tanda keretakan sudah jelas terlihat.
Penyangkalan ini memberikan rasa aman sementara, tetapi pada akhirnya dapat menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan.
4. Takut menghadapi kegagalan yang memalukan

Ketakutan terhadap kegagalan sering kali menjadi alasan utama seseorang menggunakan penyangkalan sebagai cara melindungi diri. Kegagalan dianggap sebagai ancaman besar terhadap harga diri, sehingga mereka merasa perlu untuk menghindari pengakuan atas hal tersebut.
Dengan menyangkal, seseorang dapat berpura-pura bahwa situasi buruk itu tidak sepenuhnya nyata atau tidak sepenuhnya terjadi karena kesalahan mereka.
Misalnya, seorang pekerja yang gagal memenuhi target proyek mungkin mengatakan bahwa kegagalan itu terjadi karena kondisi yang tidak mendukung, bukan karena kurangnya usaha dari pihak mereka. Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa malu yang mungkin muncul akibat kritik dari rekan kerja atau atasan.
Sayangnya, dengan menyangkal kegagalan, seseorang kehilangan kesempatan untuk belajar dari kesalahan dan memperbaiki pendekatan mereka di masa depan.
5. Ingin menghindari pertanggungjawaban

Penyangkalan juga sering digunakan sebagai cara untuk menghindari tanggung jawab atas kesalahan atau keputusan yang diambil. Orang yang menggunakan mekanisme ini cenderung mencari alasan lain untuk membenarkan tindakan mereka, sehingga mereka merasa tidak perlu menghadapi konsekuensi dari kesalahan tersebut.
Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang mendapatkan nilai buruk mungkin menyangkal bahwa ini akibat kurangnya persiapan mereka. Sebaliknya, mereka akan menyalahkan dosen yang dianggap tidak adil atau teman yang mengganggu proses belajar mereka. Dengan menyangkal tanggung jawab, mereka merasa lebih nyaman untuk sementara waktu, meskipun dalam jangka panjang hal ini dapat merugikan karena mereka tidak berusaha memperbaiki diri.
Menyangkal adalah mekanisme yang sering digunakan untuk melindungi diri dari rasa sakit, ketidaknyamanan, atau tekanan emosional. Meskipun ini adalah respons yang manusiawi, penting untuk menyadari kapan penyangkalan mulai menjadi penghalang untuk menghadapi kenyataan dan bertumbuh.
Belajar menghadapi kenyataan, seberapa sulit pun itu, adalah langkah penting menuju kedewasaan emosional dan pemecahan masalah yang lebih efektif. Dengan menerima kenyataan, seseorang tidak hanya dapat menemukan solusi, tetapi juga membangun keberanian untuk menjalani hidup dengan lebih baik.