5 Efek Kecanduan Konten Algoritmik yang Lebih Parah dari Narkoba

Kalau kamu pikir kecanduan narkoba itu buruk, tunggu sampai kamu tahu efek kecanduan konten algoritmik! Dalam era digital ini, kita disuguhkan berbagai konten yang dirancang khusus untuk bikin kita terus menggulir timeline, membuka satu video setelah yang lain, dan tanpa sadar kehilangan waktu berjam-jam. Ini bukan kebetulan, tapi hasil dari algoritma yang mempelajari pola konsumsi kita dan terus menyajikan konten yang bikin nagih.
Masalahnya, efeknya bisa jauh lebih berbahaya daripada yang kita kira. Kecanduan konten algoritmik bukan sekadar soal buang-buang waktu, tapi juga bisa memengaruhi cara berpikir, kesehatan mental, dan bahkan hubungan sosial kita.
Berikut adalah lima efek yang lebih parah dari narkoba dan mungkin sedang terjadi padamu tanpa kamu sadari!
1. Otak jadi kebal terhadap kepuasan sejati

Pernah merasa kalau apa pun yang dulu seru sekarang jadi terasa biasa aja? Itu karena otakmu terus-menerus dibanjiri dopamin dari konten algoritmik. Setiap kali kamu melihat sesuatu yang menarik, otak melepaskan dopamine rush, bikin kamu merasa puas sementara. Masalahnya, semakin sering ini terjadi, semakin tinggi standar otak terhadap kepuasan, dan lama-kelamaan, hal-hal sederhana yang dulu bisa bikin bahagia malah terasa membosankan.
Hasilnya? Kamu jadi selalu butuh sesuatu yang lebih ekstrem untuk merasakan kesenangan. Video biasa gak cukup, harus yang lebih dramatis. Berita standar gak menarik, harus yang penuh kontroversi. Lama-kelamaan, dunia nyata jadi terasa hampa karena otakmu sudah terbiasa dengan kesenangan instan yang disediakan oleh algoritma.
2. Efek sampingnya mirip gangguan kecemasan

Kalau kamu sering merasa cemas tanpa alasan jelas setelah terlalu lama scrolling, itu bukan kebetulan. Konten algoritmik sering menyajikan informasi secara berlebihan, mulai dari drama seleb sampai berita-berita menegangkan, yang bikin otak kita kewalahan. Akibatnya, kita jadi lebih mudah stres, paranoid, dan sulit merasa tenang meski sedang gak ada masalah.
Lebih parah lagi, otak yang terus-menerus terpapar informasi yang bikin cemas bisa masuk ke mode fight or flight, alias selalu siap siaga. Kamu mungkin jadi sulit tidur, gampang panik, atau selalu merasa ada sesuatu yang salah meskipun sebenarnya semua baik-baik aja. Ini mirip dengan efek kecanduan zat stimulan, yang bikin penggunanya gelisah dan sulit santai.
3. Hubungan sosial jadi renggang tanpa disadari

Mungkin kamu sering lihat orang yang asyik dengan ponselnya bahkan saat sedang kumpul bareng teman. Ini bukan sekadar kebiasaan buruk, tapi efek dari kecanduan konten algoritmik. Setiap kali kita melihat notifikasi atau membuka media sosial, otak kita memberi sinyal bahwa ada sesuatu yang lebih menarik di sana dibandingkan dengan interaksi langsung di dunia nyata.
Masalahnya, semakin sering ini terjadi, semakin sulit bagi kita untuk benar-benar hadir dalam sebuah momen. Kita mungkin ada secara fisik, tapi pikiran kita sibuk mikirin apa yang terjadi di timeline. Tanpa sadar, hubungan dengan orang-orang sekitar jadi semakin renggang, dan kita kehilangan koneksi emosional yang sebenarnya jauh lebih berarti daripada sekadar like atau comment.
4. Algoritma bisa mengubah cara berpikir tanpa kamu sadar

Pernah merasa kalau tiba-tiba kamu punya pandangan ekstrem terhadap suatu topik, padahal dulu biasa aja? Itu bisa jadi karena kamu terperangkap dalam filter bubble yang dibentuk oleh algoritma. Setiap kali kamu menyukai atau berinteraksi dengan jenis konten tertentu, algoritma akan terus menyajikan lebih banyak hal serupa, sampai akhirnya kamu hanya melihat satu sisi dari suatu perdebatan.
Efeknya? Cara berpikir kita jadi makin sempit dan kurang kritis. Kita merasa yakin banget kalau opini kita paling benar, karena yang kita lihat di internet selalu mendukung pandangan kita. Ini bisa bikin seseorang jadi lebih mudah terhasut, percaya hoaks, atau bahkan jadi bagian dari kelompok yang punya pemikiran radikal.
5. Kamu gak bisa lagi nikmati hidup tanpa layar

Bayangkan ini, kamu lagi di pantai, angin sepoi-sepoi, pemandangan indah, tapi tanganmu otomatis mencari ponsel buat foto atau buka media sosial. Ini adalah salah satu efek paling parah dari kecanduan konten algoritmik, kita jadi sulit menikmati momen tanpa harus membagikannya atau mencari validasi dari orang lain.
Bahkan, ada fenomena di mana orang merasa gelisah atau kehilangan arah saat gak ada akses ke ponsel atau internet. Ini mirip dengan gejala withdrawal pada pecandu narkoba, yang merasa hampa atau gak nyaman saat gak bisa mengakses zat yang mereka konsumsi. Ironisnya, ini sering terjadi tanpa kita sadari, karena sudah jadi bagian dari gaya hidup modern.
Kita sering menganggap media sosial dan konten digital sebagai hiburan yang gak berbahaya, padahal efeknya bisa lebih parah dari yang kita bayangkan. Ketergantungan pada konten algoritmik bisa mengubah cara berpikir, mengganggu kesehatan mental, dan bahkan mengikis hubungan sosial kita. Jadi, sebelum kamu terjebak lebih dalam, ada baiknya mulai membatasi konsumsi konten digital dan belajar menikmati hidup tanpa terus bergantung pada layar.
Mulai sekarang, coba deh tanya ke diri sendiri: apakah kamu yang mengendalikan konten yang kamu konsumsi, atau justru algoritma yang mengendalikan kamu?