Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Tantangan yang Dihadapi Gen Z dalam Mengakses Informasi Politik

ilustrasi bermain sosial media (unsplash.com/camilo jimenez)
ilustrasi bermain sosial media (unsplash.com/camilo jimenez)

Gen Z berada di era dimana informasi politik tersedia dalam jumlah yang sangat besar dan mudah diakses hanya dalam hitungan detik. Namun, kemudahan ini juga membawa tantangan tersendiri bagi Gen Z dalam memahami dunia politik secara akurat dan objektif.

Dari banyaknya informasi yang bertebaran di media sosial, generasi ini harus lebih kritis dalam memilah informasi. Kebijakan dan masa depan bangsa berada di tangan generasi muda. Oleh karena itu, tantangan ini tidak bisa dianggap remeh, karena pemahaman politik yang baik adalah fondasi partisipasi demokrasi yang sehat.

Mari kita simak beberapa tantangan yang dihadapi Gen Z dalam mengakses informasi politik.

1. Maraknya berita palsu dan misinformasi

ilustrasi media sosial (pexels.com/Tracy Le Blanc)
ilustrasi media sosial (pexels.com/Tracy Le Blanc)

Di era digital ini, penyebaran berita palsu atau misinformasi semakin sulit dikendalikan. Media sosial menjadi ladang subur bagi informasi yang belum tentu benar, tetapi dengan cepat menjadi viral karena judul yang provokatif atau emosi yang dimainkan. Banyak dari berita ini tidak memiliki sumber yang kredibel atau sengaja dibuat untuk memanipulasi opini publik.

Hoaks politik modern dirancang secara psikologis untuk memicu emosi kuat seperti kemarahan atau ketakutan. Tanpa kebiasaan mengecek sumber atau membandingkan informasi dari berbagai media, mereka bisa dengan mudah terjebak dalam berita yang menyesatkan. Oleh karena itu, penting bagi generasi ini untuk memiliki keterampilan literasi digital yang kuat agar bisa membedakan antara berita yang valid dan hoaks.

2. Dominasi buzzer yang menggiring opini publik

ilustrasi seorang yang anonim (unsplash.com/mhrlife)
ilustrasi seorang yang anonim (unsplash.com/mhrlife)

Fenomena buzzer politik semakin mengakar di media sosial, di mana akun-akun tertentu bekerja untuk mempromosikan narasi tertentu atau menyerang pihak yang berbeda pandangan. Buzzer ini sering kali tidak hanya menyebarkan informasi yang bias, tetapi juga aktif dalam menutup ruang diskusi dengan melakukan serangan atau pembungkaman terhadap suara yang berlawanan. Banyak Gen Z tidak sadar sedang dijadikan target operasi informasi terselubung. 

Bagi Gen Z, keberadaan buzzer ini bisa menghambat akses terhadap informasi yang objektif. Diskusi politik yang sehat bisa berubah menjadi perdebatan yang penuh serangan pribadi, sehingga membuat orang enggan untuk terlibat dalam diskusi lebih dalam. Untuk menghadapi ini, penting bagi generasi muda untuk bersikap skeptis terhadap informasi yang terlalu condong ke satu sisi dan selalu melakukan cross-check sebelum mempercayainya.

3. Algoritma media sosial yang membentuk "Echo Chamber"

ilustrasi bermain sosial media (unsplash.com/ROBIN WORRALL)
ilustrasi bermain sosial media (unsplash.com/ROBIN WORRALL)

Media sosial menggunakan algoritma yang dirancang untuk menampilkan konten berdasarkan minat dan preferensi penggunanya. Akibatnya, seseorang cenderung hanya melihat informasi yang sejalan dengan pandangan mereka, menciptakan efek "echo chamber" di mana opini yang berbeda jarang muncul. Hal ini menyebabkan Gen Z sering terjebak dalam lingkaran informasi yang memperkuat keyakinan mereka tanpa mendapatkan perspektif lain.

Echo chamber ini bisa menjadi bahaya besar dalam memahami politik secara objektif. Ketika seseorang hanya terpapar pada satu sudut pandang, mereka cenderung mengabaikan fakta atau argumen dari pihak lain, yang berpotensi memperkuat polarisasi di masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk secara aktif mencari informasi dari berbagai sumber dan tidak hanya mengandalkan media sosial sebagai satu-satunya sumber berita.

4. Informasi politik yang terlalu kompleks dan sulit dipahami

ilustrasi seseorang yang sedang kesulitan (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi seseorang yang sedang kesulitan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Banyak kebijakan politik dan isu-isu pemerintahan disajikan dalam bahasa yang sulit dipahami oleh orang awam. Dokumen hukum, pidato politik, atau berita mengenai kebijakan publik sering kali menggunakan istilah teknis yang membingungkan. Akibatnya, Gen Z yang baru mulai tertarik dengan politik bisa merasa kewalahan dan akhirnya memilih untuk tidak mengikuti berita politik sama sekali.

Selain itu, banyak media yang lebih fokus pada drama politik dibandingkan dengan substansi kebijakan. Alih-alih menjelaskan dampak suatu kebijakan terhadap masyarakat, berita lebih banyak mengangkat konflik antar-politisi atau skandal yang tidak selalu relevan. Untuk menghadapi tantangan ini, Gen Z harus mencari sumber informasi terpercaya yang bisa menyederhanakan isu-isu politik.

Tantangan informasi politik Gen Z adalah ujian bagi masa depan demokrasi. Berita palsu, buzzer politik, algoritma media sosial, dan kompleksitas informasi menjadi hambatan utama dalam membentuk opini politik yang berbasis fakta. Oleh karena itu, generasi muda perlu meningkatkan literasi digital, mencari sumber berita yang kredibel, dan membuka diri terhadap berbagai sudut pandang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Theodore Siagian
EditorTheodore Siagian
Follow Us