Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

11 Cara Mengelola Limbah Secara Bijak agar Lebih Ramah Lingkungan

Anggota Bank Sampah Yamantab menganyam sampah plastik yang sudah dipilah menjadi produk daur ulang kreatif. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Anggota Bank Sampah Yamantab menganyam sampah plastik yang sudah dipilah menjadi produk daur ulang kreatif. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Intinya sih...
  • Reduce, mulai dari mengurangi produksi sampahLangkah pertama adalah menekan produksi sampah sejak awal. Caranya sederhana: membawa tas belanja sendiri, memakai botol isi ulang, atau menghindari produk sekali pakai.
  • Reuse, perpanjang usia pakai barangMenggunakan kembali barang bekas adalah cara cerdas untuk mengurangi limbah. Botol kaca bisa dijadikan wadah, pakaian lama bisa diubah jadi kain pel.
  • Recycle, ubah sampah jadi barang bernilaiDaur ulang memungkinkan sampah diolah jadi produk baru. Plastik, logam, dan kertas punya potensi besar untuk ini.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times - Setiap hari, kita akrab dengan limbah tanpa benar-benar menyadarinya. Mulai dari bungkus makanan, botol plastik sekali pakai, hingga perangkat elektronik yang sudah tak terpakai. Tapi, pernahkah terlintas di benak kita: ke mana sebenarnya semua sampah itu pergi?

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2013 mencatat, Indonesia menghasilkan sekitar 18,2 juta ton sampah plastik per tahun. Sayangnya, hanya 9 persen yang berhasil didaur ulang, sementara sisanya berakhir mencemari tanah, laut, atau dibakar sembarangan.

Meski begitu, masalah ini bukan berarti tanpa jalan keluar. Dengan strategi tepat, sampah bisa dikelola jadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Berikut 11 cara efektif mengatasi limbah secara ramah lingkungan dilansir dari laman Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI).

1. Reduce, mulai dari mengurangi produksi sampah

ilustrasi sampah basah (pexels.com/Magda Ehlers)
ilustrasi sampah basah (pexels.com/Magda Ehlers)

Langkah pertama adalah menekan produksi sampah sejak awal. Caranya sederhana: membawa tas belanja sendiri, memakai botol isi ulang, atau menghindari produk sekali pakai. Menurut World Bank (2022), negara yang konsisten menerapkan konsep reduce bisa menekan produksi limbah hingga 30%.

2. Reuse, perpanjang usia pakai barang

ilustrasi sampah berserakan (unsplash.com/Jas Min)
ilustrasi sampah berserakan (unsplash.com/Jas Min)

Menggunakan kembali barang bekas adalah cara cerdas untuk mengurangi limbah. Botol kaca bisa dijadikan wadah, pakaian lama bisa diubah jadi kain pel, bahkan industri pun menerapkan reuse lewat palet kayu dan wadah kimia yang dipakai berulang.

3. Recycle, ubah sampah jadi barang bernilai

Anggota Bank Sampah Yamantab menganyam sampah plastik yang sudah dipilah menjadi produk daur ulang kreatif. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Anggota Bank Sampah Yamantab menganyam sampah plastik yang sudah dipilah menjadi produk daur ulang kreatif. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Daur ulang memungkinkan sampah diolah jadi produk baru. Plastik, logam, dan kertas punya potensi besar untuk ini. Meski sistem daur ulang di Indonesia masih terkendala pemilahan, data ADUPI mencatat sekitar 60% limbah plastik dari sektor informal masih bisa dimanfaatkan.

4. Komposting, solusi untuk limbah organik

ilustrasi harus menjaga kelembapan kompos (freepik.com/freepik)
ilustrasi harus menjaga kelembapan kompos (freepik.com/freepik)

Sisa makanan dan daun kering bisa diolah jadi pupuk alami. Di Surabaya, program Komposting Center mampu memangkas hingga 20% volume sampah rumah tangga tiap tahun.

5. Bank sampah, tabung sampah dapat imbalan

Bank Sampah YAMANTAB menghasilkan produk bernilai jual dari hasil pengelolaan sampah. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Bank Sampah YAMANTAB menghasilkan produk bernilai jual dari hasil pengelolaan sampah. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Bank sampah jadi inovasi berbasis komunitas. Warga bisa menabung sampah terpilah lalu ditukar dengan uang atau kebutuhan pokok. Yogyakarta bahkan punya lebih dari 300 bank sampah aktif yang terbukti mengurangi sampah ke TPA.

6. Teknologi pengolahan modern

Direktur Bank Sampah Induk (BSI) New Normal Yasra Al Fariza menunjukkan hasil daur ulang sampah yang dikelola menjadi produk kerajinan kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan Suryadi Panjaitan, Selasa (24/5/2023). (IDN Times/Prayugo Utomo)
Direktur Bank Sampah Induk (BSI) New Normal Yasra Al Fariza menunjukkan hasil daur ulang sampah yang dikelola menjadi produk kerajinan kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan Suryadi Panjaitan, Selasa (24/5/2023). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Dunia industri kini banyak mengandalkan teknologi insinerator yang mampu membakar sampah pada suhu tinggi. Ada juga bioreaktor anaerob yang mengubah limbah organik menjadi biogas—energi terbarukan yang ramah lingkungan.

7. Bioremediasi untuk pulihkan ekosistem

Ketua YAMANTAB Damai Mendrofa (kanan) menunjukkan sajadah yang terbuat dari kemasan bekas minuman ringan. Bank Sampah YAMANTAB menghasilkan produk bernilai jual dari hasil pengelolaan sampah. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Ketua YAMANTAB Damai Mendrofa (kanan) menunjukkan sajadah yang terbuat dari kemasan bekas minuman ringan. Bank Sampah YAMANTAB menghasilkan produk bernilai jual dari hasil pengelolaan sampah. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Metode ini memanfaatkan mikroba, jamur, atau tumbuhan untuk mengurai zat berbahaya. LIPI, misalnya, pada 2020 menggunakan bakteri Pseudomonas putida untuk membersihkan tanah tercemar minyak bumi di Kalimantan. Meski butuh waktu, hasilnya bisa memulihkan ekosistem jangka panjang.

8. Waste-to-Energy, limbah jadi energi

WhatsApp Image 2023-05-17 at 10.25.26.jpeg
PLTSa Benowo, Surabaya. (Dok. Kominfo Jatim)

Teknologi WtE memungkinkan limbah diubah menjadi listrik, panas, atau bahan bakar cair. Beberapa kota dunia sudah mengadopsinya, menjadikan WtE solusi ganda: mengurangi sampah dan sekaligus menghasilkan energi alternatif.

9. Kekuatan komunitas lokal

PLTSa Putri Cempo, Solo. (IDN Times/Larasati Rey)
PLTSa Putri Cempo, Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Gotong royong jadi kunci. Di banyak desa di Bali dan Jawa Tengah, komunitas pengelola sampah berhasil menekan pembuangan sampah liar. Mulai dari kelompok pengomposan hingga pelatihan daur ulang, partisipasi warga terbukti efektif mengatasi masalah limbah.

10. Edukasi dan kampanye lingkungan

Bank Sampah Yamantab (BSY) menerima donasi sampah layak kelola dari Bawaslu Tapteng. (Dok YAMANTAB)
Bank Sampah Yamantab (BSY) menerima donasi sampah layak kelola dari Bawaslu Tapteng. (Dok YAMANTAB)

Masalah sampah tak lepas dari minimnya kesadaran. Maka, edukasi harus terus digencarkan, baik lewat sekolah, media sosial, maupun aksi kampanye. LSM seperti YIARI pun aktif mendorong pola hidup lebih peduli lingkungan.

11. Regulasi dan peran pemerintah

Bank Sampah YAMANTAB menghasilkan produk bernilai jual dari hasil pengelolaan sampah. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Bank Sampah YAMANTAB menghasilkan produk bernilai jual dari hasil pengelolaan sampah. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Kebijakan yang tegas sangat dibutuhkan, mulai dari aturan pemilahan sampah, pelaporan limbah B3, hingga insentif bagi perusahaan yang menerapkan ekonomi sirkular. Tanpa regulasi, sulit untuk mengelola limbah secara menyeluruh dan berkelanjutan.

Mengatasi masalah limbah memang tak bisa instan, tapi bukan berarti mustahil. Dengan langkah kecil seperti mengurangi plastik sekali pakai atau mendukung bank sampah, setiap orang bisa berkontribusi. Kalau dilakukan bersama, aksi sederhana itu bisa menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us

Latest Life Sumatera Utara

See More

11 Cara Mengelola Limbah Secara Bijak agar Lebih Ramah Lingkungan

13 Sep 2025, 22:11 WIBLife